Velia melirik cepat demi memastikan Lucas belum keluar dari kamar mandi. Keadaan tampak aman dan tanpa ragu ia menarik laci meja rias.
Tangan meraba ke dalam. Velia mengambil satu botol yang selama ini selalu disembunyikan di sana. Satu-satunya hal yang mampu menenangkannya selama tinggal bersama Lucas.
Velia mengambil sebutir pil dan segera mengembalikan botol di tempat semula. Ia menutup laci, lalu meraih segelas air di nakas dan meminumnya cepat.
"Apa yang kau minum, Ve?"
Tiba-tiba dan tak terduga. Lucas keluar dari kamar mandi di waktu yang tepat.
Velia tersedak. Ia nyaris memuntahkan pil tersebut dan buru-buru meneguk air sebanyak mungkin. Pil yang semula tersangkut di tenggorokan berhasil tertelan sempurna.
"L-Luc."
Lucas mendekati Velia dengan handuk yang melingkari pinggang. Ia melihat pada gelas di tangan Velia dan mengulangi pertanyaan.
"Apa yang kau minum?"
Velia gelagapan. "A-aku tidak minum apa pun," jawabnya seraya mengusap sisa air di mulut. "Tidak ada."
"Benarkah? Sepertinya aku benar-benar melihatmu meminum sesuatu. Apa itu obat? Kau tidak sakit bukan?"
Velia menahan ringisan. Cepat, ia yakin adalah risiko bila terus membantah perkataan Lucas. Apalagi karena ia pun merasa Lucas pasti melihatnya dengan jelas.
"Sebenarnya bukan obat," ujar Velia menyerah. "Itu hanya semacam multivitamin. Ehm mungkin pil pasca menstruasi. Sebagai penambah darah."
Lucas melirih seraya manggut-manggut. "Pil pasca menstruasi."
"Ya."
Ketegangan Velia menghilang. Sempat khawatir bila Lucas mengetahui apa yang sebenarnya ia minum, sekarang Velia merasa lebih tenang.
"Agar aku lebih sehat dan tidak lesu lagi. Jadi aku bisa memasakkan sarapan spesial untukmu pagi ini."
Ucapan manis Velia membuat Lucas geli. Ia mengikis jarak dan kian mendekati Velia. Di waktu bersamaan, Velia mengangkat tangan demi menahan dada Lucas.
"Mungkin sebaiknya kau segera bersiap. Aku akan menunggumu di meja makan."
Velia langsung beranjak dari sana. Ekspresinya menyiratkan lucu ketika Lucas membuang napas dengan penuh irama, lantas geleng-geleng.
Lucas berpaling tepat ketika pintu kamar tertutup. Velia telah pergi dan tinggallah ia seorang diri di sana. Ia memutuskan segera bersiap dengan pakaian yang telah Velia sediakan seraya menggumam rendah.
"Kurasa itu memang pil pasca menstruasi yang paling tepat untukmu, Ve."
*
"Departemen Pemasaran telah menyurvei responden dari beberapa kalangan. Hasil survei akan keluar akhir bulan ini dan akan didiskusikan dengan Departemen Pengembangan dan Perencanaan."
Lucas mengusap dagu setelah mendengarkan kesimpulan dari Eko Gunawan selaku ketua Departemen Pemasaran. Setelahnya ia beralih.
"Bagaimana dengan Departemen Pengembangan dan Perencanaan, Pak?"
Pertanyaan Lucas disambut senyum percaya diri Rino. Pria paruh baya itu menegapkan punggung ketika menjawab.
"Pembangunan tower sedang dalam tahapan pengerjaan, Pak. Sekarang tim sedang menunggu pihak kontraktor untuk bergerak. Tak ada masalah sama sekali. Saya bisa memastikan semuanya aman terkendali."
Lucas menatap Rino. "Bapak pasti sudah bekerja sangat keras selama ini."
"Apa, Pak?"
"Tidak," lirih Lucas menggeleng. "Saya hanya memikirkan siapa yang kira-kira bisa mengisi kekosongan posisi Bapak kalau suatu saat nanti Bapak tak ada lagi di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY ROMANCE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Velia Angelica harus merasakan kehidupan yang berubah 180 derajat hanya dalam...