Vlora menatap tak yakin pada sebutir pil di atas meja Lucas.
"Apa kau tahu pil apa itu?"
Vlora mengerjap sekali dan menggeleng. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu."
"Itu pil pencegah kehamilan."
Wajah Vlora terangkat dengan seberkas kaget yang berpijar di bola mata. Ia menatap sang bos dan Lucas mengangguk.
"Kau benar," ujar Lucas seperti bisa membaca pikiran Vlora. "Jadi kau tahu bukan apa yang harus kau lakukan? Aku ingin kau mencari pil penyubur kandungan yang bentuknya persis dengan pil ini."
Vlora mengerti apa yang diinginkan oleh Lucas.
"Atau paling tidak yang bentuknya kurang lebih sama. Dia tak akan menyadarinya."
"Saya perlu menyiapkan sebanyak apa, Pak?"
"Sebanyak yang bisa kau dapatkan dan secepat mungkin."
"Baik, Pak. Akan saya usahakan hari ini."
Lucas mengangguk puas. Seringainya langsung terbit tatkala Vlora keluar. Hening dan sunyi, ia tak segera melanjutkan pekerjaan. Melainkan mengisi benak dengan wajah cantik Velia.
Velia. Velia. Kau tak akan bisa melepaskan diri dariku. Sejak hari pertama kita bertemu kembali maka di hari itu aku telah berjanji. Aku tak akan melepaskanmu lagi.
*
Tak ada hal yang lebih menyenangkan bagi karyawan setiap harinya selain jam istirahat. Setelah menjaga fokus dari pagi, sejenak waktu yang didapat di siang tak ubahnya berkah bagi mereka.
Begitu pula dengan Velia dan Metta. Keduanya penuh semangat beranjak dan keluar dari ruangan. Makan siang sudah membayang di benak, tapi sayang. Kehadiran seseorang membuat senyum dan semangat mereka terjeda.
"Pak."
Langkah Velia dan Metta kompak berhenti. Pun kompak menyapa Rino yang tiba-tiba muncul di hadapan dengan sedikit kaget.
Rino melihat mereka bergantian dan tatapannya lekat berhenti pada Velia. "Kalian mau makan siang?"
Velia dan Metta mengangguk bersamaan tanpa ada praduga sedikit pun. Namun, suasana menjadi tak nyaman tatkala tatapan Rino berubah makin liar. Senyumnya berubah dan ia tak malu untuk meneguk ludah berulang kali.
Metta melirik Velia. Ia segera memegang tangan Metta dan bergeser, mencoba bersembunyi di balik tubuhnya.
"A-ada apa, Pak?"
Metta mengambil alih percakapan tersebut seraya memberikan tepukan lembut pada tangan Velia, mencoba untuk menenangkannya. Ia yakin Rino tak mungkin nekat melakukan hal kurang ajar di tempat umum.
"Saya juga kebetulan mau makan siang," jawab Rino tanpa memindahkan tatapan dari Velia. Ia sekarang melihat betisnya yang tak tertutupi rok. "Apa kalian mau makan siang bersama saya?"
Velia dan Metta saling pandang. Tanpa bersuara, mereka pun sama yakin bahwa itu adalah tawaran buruk.
"Tenang. Biar aku yang traktir makan siang kalian."
Salah mengartikan sikap Velia dan Metta, Rino justru tertawa seraya menyombongkan diri dengan amat angkuh.
"Kalian mau makan di mana? Kita makan di luar saja. Makanan di kantor tidak enak. Bagaimana? Kita pergi dengan sekarang? Tenang, pakai mobilku."
Desakan Rino membuat Velia gemetaran. Bahkan bila Metta turut serta, itu tetap tidak akan menenangkan Velia. Ia sungguh tak ingin pergi bersama Rino.
Pun demikian dengan Metta. Seisi kantor jelas tahu perangai Rino yang terkenal mata keranjang. Apa jadinya kalau mereka sampai makan bersama? Tentu saja gosip akan berembus tak kira-kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY ROMANCE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Velia Angelica harus merasakan kehidupan yang berubah 180 derajat hanya dalam...