19

123 17 9
                                    

Media : Reiza Dainendra Evrard

🥋

Yours 3
Both of Us
Arzachel (Bright) x Reiza (Liu)

Originally by Aframscha

🌵🌵🌵


Jangan main-main dengan emosi. Terutama mengenai amarah, memang puas ketika semua uneg-uneg dapat tersampaikan. Membebaskan segala rasa yang mengganjal. Seperti air mengalir terus menerus mengisi suatu wadah yang terbatas, maka mau tak mau akan meluap dengan sendirinya.

Akan tetapi, justru setelah meluapkan amarah yang menguasai jiwa, penyesalanlah yang tersisa. Logika tak bermain kala perasaan sesaat lebih memilih untuk mendominasi. Mundur dari bendungan hati dengan kalimat-kalimat yang lebih melukai.

Pada akhirnya, yang didapatkan yaitu melukai diri sendiri. Mana yang lebih berat dari memaafkan diri kita atau kesalahan orang lain? Tentunya dengan memaafkan orang lain, maka kita sedang berdamai dan memaafkan diri kita sendiri.

🌵🌵🌵

Waktu fajar menjadi saksi bagi Dio yang menangis dalam diam. Sebelah lengan menutupi kedua mata sembari bersandar di sofa yang nyaman. Lampu temaram di ruang kerja yang kedap suara juga melihat air mata yang menganak sungai.

"Udah marahnya?"

Ucap seseorang di suatu tempat melalui seberang telepon yang di loudspeaker.

Tak ada balasan dari pertanyaan itu. Yang terdengar hanya isakan lirih dari lelaki yang sebentar lagi memasuki usia awal 30-an.

"Gak ada umpatan lagi buat adek, kak? Udah kenyang ngata-ngatain aku?"

Katanya lagi. Namun Dio masih bungkam. Kepalanya terasa sakit karena luapan emosi yang sangat jarang ia tampilkan.

Dio hampir selalu tenang dalam berbagai situasi. Kata-kata sarkas yang keluar darinya sering tak sejalan dengan raut wajah tanpa emosi. Dio juga jarang tertawa lepas, hanya terkekeh pelan jika menyetujui suatu canda.

"Aku nggak akan nyanggah, mengelak, ataupun membela diri lagi dari pembicaraan ini. Makasih selama ini udah peduli begitu banyak. Kasih sayang yang sampai detik ini pun masih terasa, meskipun kali ini berbeda.

Kak, makasih udah jadi saudara seiman. Sekarang, nyesel nggak?"

Dio teramat sakit begitu mendengar hal paling sensitif menurutnya. Seolah-olah perpindahan keyakinannya dulu hanyalah sebuah lelucon dan rasa penasaran seorang remaja. Ataupun dengan alasan ingin Arzachel dapat disebut menjadi seorang saudara baginya.

"Kakak bahkan lebih tahu gimana brengseknya adek, cacatnya adek, rapuhnya adek waktu sendiri. Sampai adek dinyatakan sembuh, dan berani mengubur masa lalu.

Terima kasih untuk selalu ada di berbagai masa, dari remaja sampai dewasa. Adek masih menikmati dan bersyukur Tuhan udah ngasih saudara yang selalu perhatian bahkan saat adek udah berkeluarga.

Makasih udah bersabar dan banyak berkorban, termasuk melepaskan cinta pertama. Terima kasih karena udah tulus tanpa pamrih.

Kalau sekiranya kakak menyerah sama aku, dan ingin dapatkan lagi kasih sayang dari keluarga besar kakak, silakan. Tentang keyakinan, itu urusan kakak sama Tuhan.

Kita masih bisa berteman. Itupun jikalau kakak nggak keberatan. Kayak aku sama Chandra, atau seperti Reiza sama Jihan."

"Jangan ngawur." Akhirnya Dio merespons dengan suara serak.

YOURS 3; BOTH OF US (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang