Haloo!!
Gimana nih? Udah cukup kan flasbacknya, Sekarang kita lanjut ke kehidupan Awan yang sekarang oke, yang berlalu biar lah berlalu anjayy..
Matahari menyorot tajam kearah jendela ruang tamu, tepat kearah mata Awan yang sedang tertidur pulas dikursi sofa. Ia mulai memejamkan matanya begitu dalam guna menutupi matanya yang silau.Awan perlahan bangun dari tidurnya, duduk dan tubuhnya mengulet dengan menguap. Ia pun mulai mengucek matanya yang baru tersadar itu.
Setelah setengah sadar, spontan ia kebingungan dengan keberadaannya ditempat asing. "Hah saya dimana,?" Ucapnya panik melihat sekeliling rumah.
Tiba-tiba, Aura datang dari dapur mengenakan kursi rodanya seraya mengucap selamat pagi pada Awan. "Pagi Wan, semalem kamu ketiduran dirumah aku," jawab Aura lembut.
Awan semiakin kebingungan lagi saat tidak ada tanda-tanda keberadaan dua sahabatnya disana. "El sama Bara dimana," tanyanya.
Aura hanya tersenyum dan terkekeh kecil melihat wajah Awan penuh dengan coretan. "Mereka semalem pulang duluan, lagian kamu Wan, susah banget buat dibangunin, muka dicoret-coret pun kamu gak sadar," kekehnya diakhiri menggeleng Pelang kepalanya.
Awan menggaruk belakang kepalanya malu, ia pun mencoba mencari kaca untuk melihat mukanya yang dibilang penuh coretan.
Tak jauh darinya, kaca tertempel disebelah Awan, ia begitu terkejut seperti ketakutan melihat wajahnya yang konyol itu. Ia pun menghela nafas berat.
Aura ikut tertawa melihat tingkah laku yang baru ia lihat pada Awan. "Kamu Wan, ada-ada aja," ucap Aura.
Awan lagi-lagi tersipu malu, ingin cepat-cepat pamit dari sana, ia pun dengan tergesa-gesa berpamitan. "Yaudah Ra, makasih ya, maaf ngerepotin, aku pulang dulu, assalamualaikum," pamit Awan dengan cepat membawa tas ransel dan pergi.
Aura kembali menggelengkan kepala.
"Awan, Awan,"****
Dirumah El, ia dengan telepon genggam ditelinga, terlihat mondar mandir penuh emosi. "Inget, El, gamau tinggal disitu, paham!," Tekannya.
Lawan bicara terus menerus menghentak El dengan kata-kata pedas.
"Saya gak Sudi punya anak kaya kamu yang cuman bisanya mengangkang, gak mau nurut," bentak papah El.El mulai terpancing, ia mengeraskan rahangnya begitu keras, tangannya mengepal kencang pada telepon genggam, matanya begitu tajam menahan emosi. "STOP!," Sorotnya dengan cepat ia menutup telepon dan melemparkannya kekasur.
Tak hanya handphone, beberapa barang yang ada diapart pun ia lempar-lempar meluangkan Emosinya kesemua barang yang ada disana.
Kerusuhan itu dihentikan oleh bunyi bel apartemen. El dengan penuh Amarah, mencoba meredakannya dengan menghela nafas Berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untuk Langit [ SUDAH TERBIT ]
Teen FictionCerita ini bukan berkisah tentang seseorang yang memperjuangkan cintanya, melainkan kisah seorang awan yang bermimpi untuk melengkapi langit. Berawal dari Awan Alaskar Mahendra , pria pekerja keras yang mempunyai impian besar untuk menerbangkan sebu...