24. aku, kamu, dan dia

37 5 0
                                    

Hallo!
Apa kabar kalian?
-
Yuk kita lanjut!! Tapi sebelumnya jangan lupa Vote sama komen okey!!
-
Enjoy to reading!!

Nuansa hijau pepohonan, angin meniup sejuk ranting-rantingnya yang lebat, dengan genangan air yang terus menerus bergelombang, membuat dua remaja itu asyik mengobrol menikmati cuaca yang sejuk saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nuansa hijau pepohonan, angin meniup sejuk ranting-rantingnya yang lebat, dengan genangan air yang terus menerus bergelombang, membuat dua remaja itu asyik mengobrol menikmati cuaca yang sejuk saat ini. Di-sebuah ayunan bawa pohon. Aura yang kini sedang duduk manis dengan kepala Awan di-pangkuannya bercengkrama.

"Dulu, sebahagia itu ya kita, tertawa lepas tanpa beban, tak ada pikiran lain selain bermain," renungan Aura.

Awan yang sedang menyender dipangkuan Aura menjawab. "Kalo dulu itu bisa keulang lagi gimana?," Tanya Awan mencoba untuk mengalihkan topik.

Aura menduduk menatap Awan memelas seraya mengelus-elus rambutnya. "Itu gak bakalan terjadi Wan, apakah bisa, orang yang sudah meninggal bisa kembali?, Itu gak mungkin," balas Aura.

Awan menjawabnya dengan senyum sembari merubah posisinya duduk tepat didepan kursi roda Aura. "Bukan orangnya yang kembali, tapi kehangatan, dan kebahagiaan itu Ra," jawab Awan lagi.

"Impian aku?, Untuk menjadi seorang atlet?, Apakah itu mungkin?," Tanya Aura lagi dan lagi. Membuat sahabatnya itu menggeleng pelan kepala.

Awan menepuk lutut Aura, mencoba untuk menjelaskan lebih dalam kepadanya. "Inget ya Ra, didunia ini, gak ada yang gak mungkin, aku yakin, seyakin-yakinnya kamu bakal bisa jadi seorang atlet, di-luaran sana, banyak sekali atlet dengan semangat yang tinggi. meskipun mereka mempunyai kekuarangan fisik, kamu gak harus berlari untuk menjadi pemain tenis, seorang atlet kan banyak, kamu bisa coba hal baru didunia atlet," penjelasannya begitu panjang membuat Aura sedikit demi sedikit merubah pikirannya.

Tak hanya pikirannya, kini sikapnya pun mulai berubah. Mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan."Sebentar, kamu kesini mau ajak aku belajar kan?, kok gak belajar-belajar ya Mon maap," ucapan Aura membuat Awan tercengang kelupaan.

Ia pun refleks memegang kedua kepalanya dengan ekspekspresinya yang tak biasa, "Oh iya Ra, aku lupa,"

"Udah gih, mana bukunya," Aura pun mencoba mengambil tas Awan mengambil buku pelajarannya untuk persiapan olimpiade besok.

Saat posisi tangan Aura tepat berada diatas ransel Awan, Awan memegang erat tangannya. Membuat antara kedua remaja itu saling menatap satu sama lain.

Pupil mata keduanya membesar, tak berpaling tanpa kedipan. Satu menit setelahnya seekor burung yang lewat membuat Awan dan Aura tersadar.

"So-sory, ya Ra, Gi-gimana, kalo kita makan aja?, Kamu laper kan?," Ucap Awan melawan rasa gugupnya itu terbata-bata.

Aura hanya tersenyum malu. Mengangguk pelan sebagai jawaban. Beberapa waktu Awan menundukkan badannya didepan Aura, Aura belum saja peka. Langsung di-saut oleh Awan. "Ayo naik cantik,"

Awan Untuk Langit  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang