Halooo
Apa kabar semua?
Makasih sudah mau baca sejauh ini
_
_Part ini akan sepenuhnya mengandung Flash back!!!
_Enjoyy!!!!
Paula, yang sedang berbaring di-karus kamar rumah sakit, perlahan menggerakkan jari-jari tangannya, matanya yang sedari tadi tertutup rapat kini, dengan pelan ikut terbuka. "Sa-saya dimana,?" Ucapnya lemas kebingungan.Salah satu suster yang kebetulan ada dikamar Paula, menjawab pertanyaannya. "Ibu sedang berada dirumah sakit," jawab suster itu yang sedang merapihkan infus.
Paula dengan ingatan yang masih samar, mencoba untuk mengingat kembali sebuah kejadian. Salah satu tangannya memegang kepala meringis. "Saya kenapa sus,?" Tanya Paula lagi.
Belum menjawab, Pintu kamar perlahan terbuka. terlihat seorang dokter memasuki kamar Paula. "Jantung ibu semakin lemah, dan sekarang Kondisi ibu juga masih belum stabil, masih banyak terapi yang harus ibu jalanin saat ini, karena setelah memeriksa kondisi kesehatan ibu, ibu sudah masuk ke stadium tiga, yang mengharuskan ibu untuk menjalankan operasi jantung. Akan tetapi, saat ini belum ada pendonor yang tepat," penjelasan lebar dokter.
Paula dengan rasa sakitnya hanya bisa membatin. "Bagaimana aku bisa menjalankan operasi ini, biaya untuk kontrol aja gak ada," Batinnya.
Dokter yang melihat ke-terdiaman Paula serta tak mendengar sepatah jawaban, Begitu peka dengan hal yang dialami ibu itu. "Ibu gak perlu mikirin biaya, sudah ada yang nanggung," ucapnya.
Paula tercengang kebingingan menjawab ucapan dokter. "Hah? Siapa dok,?" Serunya.
"Pak Iwan yang tadi menolong ibu,"
Paula yang mencoba mengingat kembali, spontan langsung teringat anak semata wayangnya itu ditinggal sendirian dengan keadaan yang sakit.
Ia pun seketika mencoba untuk melepas jarum infus, dokter yang melihatnya, langsung panik melihat tingkah Paula. "Bu jangan Bu," bujuknya menahan tangan Paula.
Paula tetap memaksa melepaskan jarum infusnya. "Anak saya dirumah sendirian dok, dia lagi deman tinggi," gretaknya panik.
Kini, dokter tak bisa mencegah Paula. Ia berhasil melarikan diri dari rumah sakit untuk pergi ke-gubuk menemui putranya.
Terlihat, di-angkutan umum pun kondisi fisik Paula masih belum stabil. Mulutnya bergetar menahan rasa sakit, matanya lebam, serta perban infus yang masih menempel ditangannya.
****
Sesampainya, Paula dikejutkan dengan keberadaan Awan yang tergeletak di-teras, ia berlari kencang kearahnya. Matanya mulai berkaca-kaca, alisnya tertarik keatas, menangis haru. "Kamu gak papa sayang," ucapnya se-segukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untuk Langit [ SUDAH TERBIT ]
Novela JuvenilCerita ini bukan berkisah tentang seseorang yang memperjuangkan cintanya, melainkan kisah seorang awan yang bermimpi untuk melengkapi langit. Berawal dari Awan Alaskar Mahendra , pria pekerja keras yang mempunyai impian besar untuk menerbangkan sebu...