54

3.5K 130 0
                                    

Tandai typo!

***

Pukul 01.03 dini hari, seorang gadis yang tak lain Ivy terbangun, melirik ke samping di mana wajah tenang Erlang membuatnya mengulas senyum indah. Menyingkirkan lengan sang suami dengan pelan, lalu bangkit hendak minum namun cereknya kosong dan ia lupa mengisinya tadi. Akhirnya, Ivy turun ke bawah untuk mengisi cerek air.

Sesampainya di bawah, ia melihat sepupu laki-lakinya masih bermain game maupun bercengkrama dengan minim pencahayaan tak lupa Ravin dan Davin turut serta dalam gerombolan itu.

Kakak sepupu tertua sekaligus kakak pertama Vanya, Zayyan menyadari keberadaan Ivy, "Lho, kok bangun? butuh sesuatu?"

Semuanya mengalihkan perhatian ke pengantin baru itu, "Ivy haus, bang. Ini mau ambil air."

"Duduk sini aja, biar abang yang ambil. Gelap," di jam segini lampu di dapur dan beberapa ruangan memang sengaja dimatikan makanya Marvel mengajukan diri.

Perlu diketahui, di keluarga papanya, Ivy menjadi cucu perempuan bungsu urutan keempat setelah Queenza, Trisha dan Callista, adiknya Sindy. Karena itu, ia sangat disayangi oleh semua sepupunya.

Ivy duduk di samping Xander yang satu tingkat dibawahnya, Davin langsung duduk di samping kakaknya dan bermanja-manja sebelum Marvel datang. Cowok berusia 13 tahun itu mendusel-dusel di lengan kakaknya manja.

"Dih si bocil murung," ejek Guntur.

"Biarin, kakaknya Davin," balasnya dengan wajah cemberut.

"Kakak udah nikah, udah punya laki jadi gak usah manja-manjaan," nasehat Ravin.

"Mau kakak nikah kek apa kek kak Ivy tetap jadi kakak adek," Davin memberi ultimatum membuat Ivy tersenyum dan mengelus surai hitam sang adik.

Setelah Marvel memberikan cerek berisi air, Ivy pamit ke kamarnya. Baru saja berdiri di depan pintu ia mendengar isakan kecil di kamarnya, segera ia buka terlihat Erlang yang tidur tengkurap dan selimut yang dibuang ke sembarangan tempat. 

"Hiks... masa aku ditinggalin, baru aja nikah udah ditinggalin huwaaa...," Ivy menepuk dahinya mendengar gumaman sang suami.

Mengambil selimut lalu menutupi tubuh suaminya yang telanjang dada, Erlang mengangkat kepalanya melihat Ivy yang tersenyum lebar.

Beringsut mendekat dan memeluk pinggang Ivy, "Dari mana...?"

"Ambil air di dapur, kenapa nangis, hmm?" tanya Ivy lembut.

"Kalau pergi harus bilang, kalo aku tidur bangunin...," masih dengan nada sesunggukan ia mendekap erat pinggang Ivy.

Ivy menuang air ke gelas lalu memberikannya pada Erlang dan disambut oleh cowok itu, setelah itu Ivy juga menuangkan air untuk dirinya minum. Kemudian, kembali merebahkan tubuh sampingnya yang dipeluk oleh Erlang. 

"Lanjut bobonya, nanti kalo aku pergi bilangin kok, jangan nangis lagi," mengecup dahi Erlang pelan lalu menarik selimut menutupi tubuh keduanya.

Ivy terkekeh mendengar Erlang masih sesunggukan, mengelus punggung polos suaminya terkadang menepuk-nepuk pelan badan kekar itu.

"Kayaknya aku bukan nikah tapi ngejaga bayi besar bunda," gumam Ivy.

Pagi-pagi sekali Ivy terbangun. Mencondongkan tubuhnya sedikit lalu berbisik pelan di telinga Erlang. "Erlang, aku bangun duluan ya," bisiknya. Erlang membuka matanya sedikit menatap wajah cantik yang menyambut paginya, tangannya masih tetap bertengger manis di pinggang Ivy.

"Mau ngapain?" dengan suara serak khas orang bangun tidur ia bertanya.

"Bantu mama masak, mau lanjut tidur atau ikut?"

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang