Sesampainya di rumah,
Reya memarkirkan motornya dan bergegas menuju ruang kerja ayahnya.
Karna ia ada janji bertemu dengan sang ayah.
Di depan pintu ruang kerja ayahnya, ia mengetuk pintu di depannya.
"Ayah, ini Reya"
Mendengar tak ada sautan,
Reya menarik nafas sebentar untuk mengurangi rasa gugupnya.Tangannya bergerak menarik ke bawah hendel pintu hingga pintu terbuka, menampilkan Reyan-ayahnya dan sekertarisnya yang bernama pak kim.
"Kalau begitu saya permisi sebentar"ucap pak kim dan beliau pun keluar ruangan. Menyisahkan Reya dan ayahnya berdua di ruangan tersebut.
Sang ayah memandang Reya datar namun sebenarnya ia heran tumben-tumbenan Reya ingin bertemu dengannya.
"Duduk."
Reya langsung menarik kursinya dan duduk.
Suasana canggung tercipta, membuat Reya berfikir bagaimana mencairkan nya.
"Ayah sudah makan?"tanya Reya tiba-tiba.
"Langsung pada intinya."jawab ayah Reya.
Reya tersenyum, namun dalam dirinya berfikir sebenci itu kah ayahnya pada dirinya. Hingga tak ingin berbasa-basi layaknya ayah dan anak dalam keluarga.
Dengan menatap ayahnya Reya berkata"ayah, Reya minta maaf atas segala masalah yang Reya sengaja ataupun tidak di sengaja, Reya minta maaf terlah memisahkan ayah dan mamah"Reya diam sebentar mengambil nafas karna dadanya sesak.
"Reya, Reya kangen sama ayah yang dulu selalu beliin es krim Reya ketika mamah nggak ngebolehin ayah untuk nurutin ke inginkan Reya, Reya udah bersalah misahin kalian berdua dalam peristiwa itu. Reya mohon sama ayah untuk bisa kaya dulu lagi sebelum mamah pergi. Reya kesepian selama ini, Rey Reya selalu merasa iri sama temen-temen Reya yang sangat di sayang sama orang tuanya. Reya pengin kaya gitu yah"kata Reya yang tanpa sadar meneteskan air matanya.
Reyan terdiam, ia memikirkan ungkapan yang selama ini di pendam Reya untuknya.
Hatinya terluka melihat putri kecil nya menangis, dirinya benar-benar tak sanggup ia merasa ia menjadi orang paling jahat sedunia karna membuat putrinya selalu merasa kesepian dan menangis.
Ayah Reya bangkit dari duduknya dan mendekat pada Reya yang kepalanya tertunduk, berlutut di hadapan Reya dan memeluk putrinya itu.
"Maafkan ayah Reya, ayah sangat jahat padamu. Ayah egois benar-benar egois, ayah merasa paling tersakiti di tinggalkan oleh ibumu. padahal kamu juga sakit,maaf kan ayah tak bisa mengerti perasaan kamu nak"
Reya membalas pelukan ayahnya dan menangis dengan kencang, pelukan ayahnya yang ia rindukan setelah mamanya meninggal. Kini ia dapatkan.
"Reya sudah memaafkannya yah, Reya juga bersalah seharusnya dulu Reya tidak merengek ke mamah yang sedang menyentir, harusnya pada malam itu kita langsung pulang dan kejadian itu nggak akan pernah terjadi. Maaf ayah"
"Kamu tidak bersalahnya flo, ayah sudah ikhlas mungkin ini adalah takdir yang di rencanakan tuhan untuk kita"jawab Reyan sambil mengelus rambut panjang Reya dan mengecup nya.
Kata-kata yang ingin di dengar Reya dari ayahnya 10 tahun yang lalu.
Yang melihat Reya dulu sebagai pembunuh istrinya.
"Sekarang ayah janji kita akan seperti dulu lagi" ucap ayah Reya sambil menghapus air mata putri kecilnya yang sudah tumbuh menjadi Remaja cantik seperti almarhum ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarlina [On Going]
Teen FictionWARNING!!! typo masih bertebaran! Cerita fiksi Remaja Biasa, jika penasaran tekan tombol + perpustakaan " Selayaknya kehidupan, terkadang tokoh utama juga bisa tergantikan dengan mudah Oleh orang lain (figuran) karna adanya perpisahan dan Alasan d...