Di dalam rumahnya ia memikirkan kejadian tadi, apa ia sudah keterlaluan?tapi kan satpamnya yang salah, kerja gak bener. Tapi? Duh gak enak banget mana ntu satpam dah tua lagi. Reya merasa gelisah dan merasa bersalah dengan satpam yang baru ia kenal namanya septo.
"Ya udah, tar gue minta maaf aja deh"
Terdengar mobil ayahnya memasuki pekarangan rumah, Reya langsung buru-buru melihat ke cendela dan memastikan, setelah benar ia berlari menuju kearah pintu utama.
Ayahnya sudah membuka pintu dan melihat Reya yang dari arah tangga turun dengan terburu-buru.
"Ayaa.."
Bruk
Reya terjatuh karna kakinya terselimbet karpet, namun ia bangkit lagi dan mendekat ke arah sang ayah yang melihatnya dengan raut wajah khawatir.
Reya sudah mendekat ke arah ayahnya dengan senyuman yang menampilkan giginya, "ayah udah pulang?"tanya Reya dengan wajah sumringah tak merasakan bahwa dahinya memar merah.
Ayah Reya dengan sigap langsung menghampiri Reya melihat kondisi memar di kepala Reya, "Reya kenapa lari-lari di dalam rumah?"tanya ayah Reya dengan suara lembut namun terkesan tegas, sembari meniupi memar di dahi Reya.
"Hehe, maaf ayah...Reya niatnya mau menyambut ayah pulang"Ucap Reya merasa ayahnya sedikit marah padanya ia melihat ke bawah arah tangannya yang saling menautkan jari.
Ayah Reya yang tau ia langsung mengusap lembut kepala anaknya dan meraih nya menuju pelukannya."Maafin ayah Reya, tapi lain kali jangan lari-larian lagi nanti kamu kaya tadi jatuh, ayah gak mau kalau putri ayah ini terluka. Okee?"Ayah Reya menjelaskan maksudnya sambil mengelus kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.
Reya melepaskan pelukannya, dan mengangguk sembari tersenyum mengetahui bahwa ayahnya mengkhawatirkan-nya.
"Ayo yah kita makan malem bareng"ajak Reya dengan penuh semangat.
"Kamu duluan, nanti ayah nyusul mau mandi ayah bau soalnya"
"Okeh ayah"mendengar itu Reya langsung ke meja makan seperti yang ayahnya bilang ia akan menunggu.
Namun sudah 15 menitan lebih kenapa ayahnya belum juga turun, dari tangga terdengar langkah kaki yang berjalan turun menuju ruang makan.
Reya menoleh ke belakang, terlihat ayahnya yang mendekat namun yang Reya heran adalah pakaian ayahnya yang kembali rapih memakai setelan jas.
"Reya maafkan ayah, ayah harus keluar negri mengurusi perusahaan kita yang tiba-tiba ada masalah akibat ada yang mengkorupsi besar-besaran dan ayah harus cepat
Kesana. Ayah harus pergi sekarang juga...maafkan ayah Reya nanti ketika urusannya telah selesai kita akan makan bersama, kamu jaga diri baik-baik yah"jelas Ayah Reya dengan raut wajah cemas, mencium kening Reya dan bergegas pergi meninggalkan Reya yang sedari tadi diam saja.suara mobil terdengar telah meninggalkan perkarangan rumah.
Rumah besar itu menjadi sepi kembali.
Reya masih diam duduk di kursinya tak terasa cairan bening meluncur begitu saja,
Bangun dari duduknya ia kembali ke kamar dengan diam, di dalam kamar ia menutupi seluruh badan nya dengan selimut sembari menangis karna merasa di tinggalkan oleh ayahnya.
Beberapa saat kemudian terdengar bunyi dari ponselnya, tanpa melihat nama penelpon Reya langsung mengangkatnya.
"Halo, Reya ini Aden"
"Kamu lagi dimana?"tanya raden dari sebrang sana.
"Rumah"
"Aku mau ngajak kamu pergi bisa gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarlina [On Going]
Teen FictionWARNING!!! typo masih bertebaran! Cerita fiksi Remaja Biasa, jika penasaran tekan tombol + perpustakaan " Selayaknya kehidupan, terkadang tokoh utama juga bisa tergantikan dengan mudah Oleh orang lain (figuran) karna adanya perpisahan dan Alasan d...