Setelah di rasa cukup aman karena melihat Elisha dan Khanza yang sudah pergi ke kamar masing-masing, Gibran mengambil kursi dan duduk dihadapan Husna, dan memberitahu lengkapnya informasi yang tadi.
"Hilal jadi adik ipar? Maksud kamu Fachri ada niat baik untuk Elisha?"
"Iya Bun, besok Gibran akan bertemu dengannya."
"Alhamdulillah, semoga niat baik Fachri bisa dilancarkan sampai hari yang mereka inginkan. Doa ayah dan kakak nya tembus ke langit semua, Masha Allah."
"Aamiin. Makasih bunda, ini juga karena bundanya yang Sholeha dan baik terhadap anak-anaknya."
Keesokan harinya, Elisha bersiap untuk pergi mengantar Khanza ke kampus dan pergi ke cafe serta restoran. Sebelum Khanza pergi ke dalam bersama dengan temannya Aliya, Elisha sempat menanyakan Tentang Mua.
"Untuk Mua sudah aman kak. Khanza sudah booking untuk tanggal pernikahan."
"Ok, yasudah kalau begitu, Aliya jaga adik ku baik-baik. Kakak pergi dulu ya za."
"Iya kak, hati-hati."
"Ayo ya masuk."
"Cie yang bahagia karena mau menikah. Doa ku didengar oleh Allah za, jadinya kalian berjodoh."
"Bisa aja kamu ini. Sudah yuk, bisa telat ke kelasnya nanti."
Elisha sampai di cafe dengan aman, dia mengerjakan beberapa laporan terakhir yang kemarin belum sempat dibuka karena mengurus pernikahan Khanza. Dia menghabiskan waktu cukup banyak untuk mengerjakan laporan itu.
Sesekali Elisha melihat ke arah jam yang berada di meja itu, tidak sadar jika dia sudah lama mengerjakan itu, jam sudah menunjukkan jam 2 siang, dan dia baru menyadari jika belum sholat Dzuhur. Elisha shalat terlebih dahulu, lalu langsung pergi menuju restoran.
Waktu sudah menunjukkan jam 4.15 sore. Gibran memenuhi janjinya untuk bertemu dengan Fachri. Dia cukup lama menunggu fachri, hingga akhirnya orang yang dia tunggu datang.
"Nunggu lama ya gi?"
"Gak kok ri, aman. Pesan makan atau minuman dulu. Bagaimana pasien hari ini?"
"Ya seperti biasa, bentar ya gi, mau pesan minum dulu, soalnya tadi baru aja makan."
"Gi, aku memiliki niat serius untuk adikmu. Aku benar-benar serius, aku sudah meminta jawaban dari Allah, dan Elisha adalah jawabannya. Jadi bagaimana gi?"
"Kalau dari aku sendiri sih setuju aja, tapi kamu tau kan kondisi ayah yang sebenarnya. Kalau memang hal yang tidak diinginkan terjadi, jadilah pelindung dan pendengar untuknya. Waktu itu aku gagal memenuhi itu, sehingga sampai saat ini dia belum ikhlas dengan pernikahan ayah dan ibu Dhira."
"Insha Allah gi. Tapi apa Elisha tidak keberatan dengan ini?"
"Insha Allah tidak, kalau mau lebih serius ajak om imran sekalian ya, ayah nanti juga ada disana. Elisha dan Khanza harus di nikahkan oleh Abyan, karena ayah Mereka hanya Abyan."
"Makasih ya gi."
"Kenapa rada malu gitu, emangnya salah jika kamu jadi adik ipar saya. Tidak ada yang bisa melarang takdir Allah."
"Ok kalau begitu, ku tinggal dulu ya. Masih ada yang harus diurus di rumah sakit, permisi."
Setelah merasa cukup dengan urusannya, Gibran pergi ke meja kasir untuk membayar pesanannya. Saat di depan dia terkejut karena pesanan itu sudah di bayar, dia tau siapa yang melakukan itu dan langsung pergi dari cafe itu.
Sesampainya di restoran, Elisha langsung mengerjakan laporan penjualan dan keuangan yang cafe dan restoran, dia terus mengerjakan laporan itu hingga tidak sadar hp nya ada yang menelepon, dia mengangkat telepon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Takdir Surga Ku
RomancePernikahan. Adalah sebuah rangka atau perjalanan awal seseorang untuk memilih jalur masuk atau membangun surga yang mereka inginkan. Perjalanan yang panjang dengan rintangan sulit dari bisikan setan. Biasanya dalam sebuah rumah tangga atau pernikaha...