22-Rumah Tangga Yang Berulang

34 2 0
                                    

Gibran segera pergi kembali ke kamar Elisha. Sesampainya di sana Elisha sudah lebih tenang dan tidak merasakan sakit lagi. Dia lantas mengucapkan alhamdulillah. Di lain tempat, Fachri terlihat bingung dan lemas. Padahal malam ini ia baru akan menceritakan rencana kedepannya pada istrinya. Namun, malam ini yang ia dapatkan adalah permintaan cerai dari Elisha. Dia menyetir tanpa fokus.

Di tengah itu, dia tidak melihat jika ada sebuah truk yang berada di depannya. Karena terkejut, Fachri langsung memutarnya dan berhenti di pinggir jalan. Mobilnya sempat menabrak trotoar jalan. Namun, dia tidak apa-apa. Di tengah gelapnya malam, Fachri meluapkan emosinya di dalam mobil.

"Kenapa kamu melakukan ini sha, mas ingin bercerita dengan kamu hari ini. Kenapa kamu tidak membicarakan ini terlebih dahulu. Mas minta maaf sha, jika selama ini tidak cukup baik menjadi teman berbicara mu. Mas minta maaf sha."

Di rumah, dengan perasaan yang campur aduk husna menangisi keadaan putri pertamanya itu. Dia tidak menyangka jika apa kehidupan rumah tangga putrinya bernasib sama dengannya. Dia membuka lemari dan mengambil sebuah bingkai yang berisi foto. Dia duduk dan mengusap bingkai itu sampai terlihat bersih. Melihat itu tanpa sadar air matanya jatuh.

"Mas. Kenapa pernikahan kita harus terjadi pada putri kita. Dia anak yang sangat mirip denganmu. Kamu sendiri yang sangat menantikan kelahirannya setelah aku keguguran waktu itu. Betapa bersyukur nya kamu ketika mendengar tangisannya. Kenapa hal ini bisa terjadi padanya. Husna harap, elisha dan fachri bisa bersatu kembali."

Suasana Malam hari itu tampak sangat sunyi. Semua orang di rumah merasa sedih atas apa yang terjadi pada rumah tangga Elisha. Suara kendaraan yang berlalu lalang malam itu yang hanya menemani fachri bersama dengan kesedihan dan kebingungan nya. Sesampainya ia di rumah, melihat Sekeliling yang nampak sepi. Tawa dan candaan dia dengan elisha saat ini hanya tinggal bayangan dan kenangan. Ia yang saat itu masih dilanda kebingungan, lantas merebahkan dirinya di sofa ruang tamu.

Suara detak jam yang menandakan waktu terus berjalan mengartikan hari semakin malam. Di tengah keheningan itu, elisha yang tidak sengaja tersentak akhirnya tidak bisa tidur kembali. Ia memutuskan untuk membuka laci mejanya dan mengambil sebuah album yang di mana itu adalah foto bersama saat pernikahan Khanza. Ia mengenang kembali momen terakhir keluarga itu bersama sebelum abyan meninggalkan mereka semua. Ia mengusap perutnya yang sudah terlihat sedikit buncit sambil menelusuri kenangan di foto itu.

"Anak-anak bunda, ini adalah foto terakhir keluarga bersama dengan kakek kamu. Ini adalah momen pernikahan bibi kamu, cantik bukan. Keluarga sangat bahagia waktu itu. Namun, kalian tau tidak setelah itu kakek kalian meninggalkan kami semua. Waktu itu bertepatan dengan pernikahan bunda dan ayah kalian terjadi. Maafkan bunda untuk saat ini, tapi bunda janji ayah kalian nanti bisa bertemu dengan kalian."

"Bunda sangat mencintai ayah kalian itu, dia laki-laki yang baik, sayang, setia, dan jujur. Bunda merasa sangat berat hati melakukan ini, karena ayah kalian akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sayang bunda, mari do'akan ayah kalian ya. Ya allah, berikanlah kelapangan pada ayah kami, semoga engkau selalu menjaganya, maafkanlah dia dan segala dosanya. Semoga apapun yang dia lakukan berakhir pada kebaikan, dan semoga engkau selalu menghiburnya. Aamiin."

Di bawah langit malam yang indah, sepasang pasangan Melangitkan doa doa yang mereka saling kirimkan. Sungguh Allah selalu bersama pasangan yang baik, halal, dan fokus mengejar surga-Nya. Malam ini Fachri tersentak dari mimpi yang lumayan buruk. Dengan napas yang tergesa-gesa, fachri bangun. Ia pun lantas pergi ke kamar, mandi dan bersiap melaksanakan shalat Tahajud.

Ia melaksanakan shalat Tahajud dua raka'at. Menurutnya, apapun yang terjadi di dalam hidupnya maka Allah lah yang hanya bisa membantunya. Malam itu entah kenapa shalat yang di laksanakan olehnya terasa lebih berat dan ia bahkan tidak bisa menahan air mata. Pada saat salam, betapa sesaknya hati fachri atas apa yang terjadi hari ini. Ia menengadahkan kedua tangannya untuk mengadukan apa yang terjadi dalam rumah tangganya.

"Ya allah ya tuhanku. Engkaulah sang pemilik alam semesta, dan hanya Engkaulah yang mampu membolak-balikan hati hambamu. Ya allah hamba meminta maaf padamu jika hamba belum bisa menjadi suami yang baik. Ya allah hamba ikhlas jika ini memang yang terjadi di antara hamba dan istri hamba. Hamba akan berusaha untuk membujuk istri hamba terlebih dahulu. Tapi apapun hasilnya hamba ikhlas kepada mu. Hamba hanya meminta untuk selalu menjaganya dan menghibur nya ketika ia sedih dan lelah. Aamiin." Ucap nya

Sinar matahari tersebar secara merata ke segala arah di bumi ini. Hari itu Gibran dan yang lainnya sedang sarapan bersama. Elisha sudah memberitahukan niatnya yang akan tinggal bersama dengan Nadhira. Husna mengizinkannya. Gibran masih sana menawarkan agar Elisha dan fachri tidak berpisah. Husna juga menyarankan hal yang sama. Elisha tetap akan pada pendirian nya. Sebelum pergi menuju rumah Nadhira, Elisha berpamitan pada sang bunda.

"Hati-hati di sana. Nanti kabar-kabar lagi ya. Lumayan deket sama khanza dan Eshaal, pokoknya jangan ragu meminta tolong sama kakak kamu. Bunda akan selalu mendukung keputusanmu."

"Terima kasih bunda, Assalamu'alaikum."

"Wa Alaikumsalam. Hati-hati gi bawa mobilnya."

"Siap bun, aman. Ayo sha."

Gibran mengemudikan mobil dengan sangat hati-hati menuju rumah Nadhira. Selama di perjalanan Elisha hanya fokus melihat ke arah jalan sambil sesekali mengusap perutnya itu. Tiba-tiba sering ponsel Elisha berbunyi, itu berarti ada beberapa pesan yang masuk. Elisha tetap mendiamkan handphone nya. Gibran meminta nya untuk membaca pesannya terlebih dahulu.

"Sha, baca saja dulu. Siapa tau itu penting."

Elisha mengambil handphone nya dan melihat notifikasi pesan tersebut. Hanya beberapa iklan dan pesan dari Fachri. Untuk terakhir kalinya,dia membuka dan membaca pesan yang dikirimkan fachri semalam yang ia belum sempat baca.


Dari: My Habibi

Untuk: diriku

Sha, kamu bagaimana kabarnya. Mas akan pulang sedikit larut. Takutnya kamu menunggu mas.

Tidur saja duluan, nanti mas akan menyusul. Oh ya Sha, mas rencananya akan mengambil spesialis bedah. Insha allah besok malam kita akan ke rumah umi dan membicarakan ini. Mas mau ketika mas sibuk, umi akan menjadi temanmu. Tunggu mas pulang ya Sha. Assalamu'alaikum.


"Wa Alaikumsalam."

"Pesan dari Fachri ya?"

"Iya."

"Hmmm. Sudah Sha, kalau kamu tidak bersedia berbicara dengannya, kakak yang akan berbicara padanya."

Perjalanan berjalan lancar. Mereka akhirnya sampai ke rumah Nadhira. Mendengar adanya suara mobil di depan rumahnya, Nadhira pergi keluar dan memeriksanya. Ternyata itu mobil yang ia kenal. Ia pantas memanggil Gibran dari luar.

"Assalamu'alaikum bu."

"Wa Alaikumsalam gi, sama siapa?"

"Sama Elisha bu. Sha keluar."

Elisha keluar dan bersalaman dengan Nadhira. Dia mempersilahkan Elisha dan Gibran masuk ke dalam rumah. Gibran membawa Koper-koper milik Elisha. Nadhira merasa bingung dengan hal itu. Dia membuat teh hangat untuk kedua orang itu. Gibran menyampaikan niat Elisha untuk tinggal bersama nya, Nadhira tidak apa-apa bahkan ia sangat bahagia karena akhirnya dia dapat mengenal putri nya yang satu ini. Kejadian itu membuat Elisha sama sekali tidak mau menghubungi Ayah-nya lagi.

"Lho, kemana nak Fachri. Apa dia tidak ikut kesini?"

"Elisha berencana akan berpisah dengannya bu."

"Lho ada memangnya?"

Gibran menjelaskan apa yang sudah terjadi selama. Elisha berencana berpisah dengan Fachri bukan karena laki-laki itu kasar dan mendua darinya. Namun karena Elisha tidak ingin memberatkan Fachri dengan keadaannya. Fachri yang ingin melanjutkan pendidikannya akan mundur ketika mengetahui Elisha sedang sakit di tambah dia sedang hamil anak kembar dari Fachri. Mendengar itu membuat Nadhira merasa sedih hingga tak sadar butiran air jatuh sedikit.

"Elisha pikir ibu bisa menjaga Elisha dengan baik karena mampu merawat ayah walaupun akhirnya dia memilih tidak operasi, Elisha harap ibu mau menerima Elisha disini. Supaya Elisha bisa membaca hasil tes kesehatan ayah dulu."

"Ibu Senantiasa menerima kalian bertiga disini, tapi ibu berharap rumah tangga kamu dengan Fachri masih bisa lanjut."

Menggapai Takdir Surga KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang