009-Rahasia Ayah

79 2 0
                                    

Elisha terduduk dan gelisah. Dia masih belum bisa mencerna ini semua. Semuanya terjadi begitu cepat, dia benar-benar kehilangan dirinya saat ini. Abyan mencoba mendatangi putrinya itu dan mengajaknya komunikasi.

"Sayang, dengarkan ayah dulu. Ayah minta maaf jika ini membuat kamu terkejut."

"Apa ayah dengan kak Gibran saling bekerjasama untuk menerima niat baik seseorang pada Elisha, bahkan Elisha belum diberitahu. Lalu kalian pasti berharap untuk mendengar jawaban menerima dariku kan. Apa kalian tidak memikirkan perasaanku dulu."

"Sha, kamu salah faham disini. Kami memang tidak memberitahumu karena pastinya kamu sedang," ucapan Gibran terhenti ketika Elisha pergi ke arah Fachri

Elisha berdiri dan menyatukan tangannya untuk meminta maaf, semua ini benar-benar membuat pikirannya terasa kacau. Husna dan Khanza yang melihat itu langsung mendekati Elisha.

"Cukup, yang di khitbah Fachri siapa. Elisha kan, biarkan Elisha menyelesaikan ini semua." Ucap Elisha dengan tegas pada Husna dan Khanza

"Kak, maaf sekali. Elisha tidak bisa menolak ataupun menerima lamaran kakak saat ini, ini juga bukan tentang pertemanan kakak dengan kakakku. Dengan segala keributan tadi, Elisha meminta waktu untuk menentukan pilihan dan mencari jawaban terlebih dahulu."

"Sha. Saya faham dengan itu. Saya memberikan waktu kapan saja untukmu. Dan saya mengerti apa yang sedang kamu alami."

"Terima kasih kak."

Elisha langsung berlari ke kamarnya dan menutup pintunya dengan kencang. Dia juga tidak lupa untuk mengunci pintunya itu. Setelah kejadian itu Fachri memutuskan untuk pulang, dia sama sekali tidak menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini.

Elisha duduk lemas di bawah tempat tidurnya. Dia menyembunyikan wajahnya di dalam tangannya. Dia terisak disana sambil memikirkan kejadian tadi. Husna dan Gibran mencoba untuk Masuk kedalam kamar Elisha.

"Sha, buka pintunya."

"Tidak ada yang boleh masuk ke dalam kamar ini sampai aku mengizinkannya masuk. Jika tidak, aku tidak akan keluar dari kamar ini sampai kapanpun."

"Sayang, jangan seperti ini. Buka pintunya."

"Elisha bilang tidak ya tidak."

"Bun, biarkan Elisha memiliki waktu sendiri dulu. Mungkin ada yang harus dia selesaikan. Nanti Gibran akan meletakkan makanan disini."

Di Dalam kamar, setelah menenangkan dirinya. Elisha pergi ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya disana. Dia berdoa dalam hati, untuk memudahkannya dalam menemukan apa yang menghantuinya saat ini. Setelah itu dia tertidur.

Dia terbangun di jam 4 sore, dia langsung mandi dan membersihkan dirinya. Untuk menghilangkan pikiran itu, dia berusaha untuk menyibukkan diri mengerjakan laporan penjualan. Husna yang melihat Elisha sama sekali belum keluar dari kamar sedari tadi, padahal anak itu belum memakan apa-apa dari siang.

Tidak sadar, Elisha sudah cukup lama berada di kamarnya untuk menyibukkan dirinya. Hingga malam pun dia belum keluar kamar dari tadi. Gibran baru saja pulang dari toko, dia menanyakan Elisha pada Khanza dan Husna yang sedang makan malam.

"Adik kamu?, Masih di kamar dari tadi. Belum keluar." Ucap Husna

"Yaudah, sini biar Gibran yang mengantarkan makan malam untuknya."

"Ini kak."

Gibran pergi ke kamar Elisha untuk mengantarkan makanan, di dalam Elisha merasa haus dan kepalanya mulai pusing. Dia baru sadar karena dari tadi dia belum makan dan hangat meminum sedikit air. Suara ketukan pintu terdengar.

Menggapai Takdir Surga KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang