Semua orang berkumpul untuk Membacakan doa dan Menyiapkan penampilan terakhir Abyan untuk menghadap sang pencipta. Gibran sudah menerima semuanya, dan kini dia dan fachri bukan hanya sebagai teman lagi, tapi Fachri sekarang adalah adik ipar nya. Elisha masih berada di kamar, dia tidak mau keluar dan Mengobrol dengan siapapun.
"Kak, Khanza tau pasti ini berat sekali untuk kakak, tapi Khanza mohon biarkan ayah pergi dengan tenang kak. Maafkanlah ayah dan kita akan mengirimkan doa untuk ayah."
"Za, bilang sama kakak jika ini bukan mimpi. Apa ayah meninggalkan kami lagi, tidak za bagaimana bisa ayah pergi meninggalkan kakak dalam keadaan seperti ini. Tidak mungkin kan za." Ucap Elisha yang langsung menangis dalam pelukan Khanza
Khanza merasa sedih melihat keadaan kakak nya ini. Dia tau bagaimana sakitnya menjadi Elisha dari dulu hingga sekarang. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah semuanya persiapan selesai, jenazah abyan mulai di makamkan.
Semua orang hadir di pemakaman itu, keluarga Eshaal, Dizhwar termasuk Fachri. Elisha disana sangat terpukul. Dia merasa semua ini adalah karena dirinya. Seharusnya dia sudah bisa ikhlas dan lebih perhatian pada ayahnya seperti dulu. Sepanjang pemakaman, dia hanya menatap kosong ke arah peristirahatan terakhir ayahnya itu.
"Sha, ikhlaskan ayah. Ini semua bukan salah kamu, mau kamu telah ikhlas atau menerima pernikahan ayah mu dari awal, tidak akan merubah takdir yang telah diberikan oleh Allah untuk keluarga ini. Takdir yang tidak bisa diubah karena kita telah berusaha untuk mencegah itu adalah jodoh dan kematian. Kematian adalah hal yang tidak bisa diprediksi. Saya mohon kamu ikhlas, jika tidak kasihan ayah disana." Ucap Fachri
"Semuanya sudah selesai. Mari kirim doa kepada Allah untuk kelapangan kuburnya."
Semuanya berdoa dan bergantian menaburkan bunga, Khanza masih berada di dalam pelukan Eshaal, dia bahkan tidak bisa berhenti berderai air mata. Semua dalam keadaan sedih hari ini. Setelah itu mereka pergi ke rumah. Dan keluarga masih berkabung.
Malam harinya Tahlilan dimulai. Elisha tetap berada di kamarnya. Dia sama sekali belum siap untuk bertemu dengan semua orang. Setelah selesai Gibran menyadari jika Elisha belum keluar kamar dari acara pemakaman itu. Dia pergi ke atas bersama dengan Fachri.
"Siapa di luar?"
"Kakak sha. Gibran. Kakak boleh masuk kan?"
"Sama siapa kak?"
"Suami kamu."
Elisha pergi membukakan pintu untuk Gibran dan Fachri. Mereka masuk dan berusaha membujuk Elisha untuk kebawah dan bertemu dengan para tamu di bawah. Elisha tetap menolak dan memilih duduk membelakangi mereka.
"Sha, kakak sama kamu berada di posisi yang sama. Kita sama-sama terpojok dan bersalah karena tidak memberitahu keadaan ayah pada bunda dan Khanza. Tapi apa sha. Bunda dan Khanza memang masih tidak menerima ini, tapi mereka sudah sadar jika ayah sudah meninggalkan kita semua. Jangan terlalu menangisi kepergian seseorang sha, itu akan menjadi berat untuk ayah." Ucap Gibran
"Tapi kak Elisha merasa sangat bersalah dengan Bunda dan Khanza. Elisha belum siap bertemu dengan mereka. Jadi biarkan Elisha disini."
"Sha. Kamu disini, kamu Pendem semuanya apa nanti kamu gak semakin sakit dengan kepergian ayah. Bunda dan Khanza justru kasihan melihat kamu yang seperti ini, bunda masih perhatian dengan kamu. Kepergian ayah bukan karena kakak ataupun kamu, ini semua sudah kehendak Allah sha." Ucap Gibran dengan tegas
"Baiklah, Elisha akan pergi menemui semua orang. Tapi kakak pergi dulu dari kamar ini."
Gibran meninggalkan Elisha didalam bersama dengan Fachri. Dia langsung pergi ke bawah untuk menemui para warga. Elisha sudah siap semuanya. Dia pergi kebawah dan menemui semua orang. Dia pergi ke Husna dan meminta maaf padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Takdir Surga Ku
RomancePernikahan. Adalah sebuah rangka atau perjalanan awal seseorang untuk memilih jalur masuk atau membangun surga yang mereka inginkan. Perjalanan yang panjang dengan rintangan sulit dari bisikan setan. Biasanya dalam sebuah rumah tangga atau pernikaha...