013-Amanah

44 2 0
                                    

Elisha dan Gibran berusaha untuk mengurangi Ego dan amarah mereka masing-masing. Tidak lama Imran keluar, Fachri yang berada disana langsung berdiri, sama seperti yang dilakukan oleh Gibran dan Elisha.

"Keadaan ayah bagaimana Abi?"

"Iya om bagaimana keadaan ayah kami?"

"Keadaan ayah kalian kritis saat ini, kami akan membawanya menuju ruang perawatan yang lebih intensif."

"Terima kasih ya Allah. Terima kasih Abi, kami boleh melihat ayah?"

"Bergantian. Kamu duluan sana, ada yang mau Abi bicarakan dengan kakak kamu. Fachri, kamu bisa pulang, dan beritahu umi kalau Abi akan terlambat pulangnya. Kamu dari tadi belum istirahat sama sekali, Abi tidak apa-apa disini."

Imran mengajak Gibran untuk membicarakan hal serius soal Abyan. Elisha pergi dan masuk ke dalam kamar Abyan. Dia terkejut dan sedih bersamaan. Dia berpikir andai kata dia lebih cepat mengetahui ini, mungkin ayahnya tidak seperti ini.

"Gi, beritahu ibu kamu dan ibu tiri kamu, adik-adik kamu, Khanza dan Salwa, tentang apa yang diderita Abyan. Menurut Abi, dia harus mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Fachri udah sering memberitahu kamu soal ini kan. Sekarang Elisha, anak yang selama ini dikhawatirkan oleh Abyan yang kritis di dalam sana sudah mengetahui semua itu. Sampai kapan kamu mau menyembunyikan ini pada keluargamu yang lain."

"Om, Gibran tau ini semua salah. Tapi ini adalah amanah ayah, Gibran tidak bisa mengkhianatinya kepercayaan ayah."

"Gi, om sama seperti itu. Abyan selalu minta om untuk tidak memberitahu apa yang sedang dideritanya, om tidak bisa melanggar itu karena profesi, tapi adik kamu. Dia tidak terikat apapun soal Abyan, jika Elisha memberitahu keluarga nya tentang Abyan, kamu sudah tidak akan bisa lagi membujuknya."

Di dalam sana, Elisha duduk di sebelah Abyan. Dia melihat Abyan saat ini seperti luka untuknya. Elisha berusaha menahan deraian air mata yang hampir jatuh serta berusaha untuk tidak menyalahgunakan dirinya sendiri. Elisha memegang tangan Abyan yang di infus itu dan mengucapkan hal yang selama ini dia pendam

"Ayah. Elisha tau Elisha benci banget dengan ayah dan Tante Nadhira setelah pernikahan itu, tapi ayah harus tau maksud kepergian Elisha ke Belanda bukan untuk itu, Elisha hanya berusaha menggapai cita-cita Elisha. Setelah dari sana kebencian ini memang cukup berkurang, tapi Elisha kaget karena Khanza tidak mendapatkan luka apapun dari pernikahannya ayah. Kak Gibran memberitahu semuanya pada Khanza sama seperti ku. Tapi kenapa hati dan pikiran Elisha tidak bisa ikhlas seperti Khanza. Elisha sadar Elisha juga salah disini. Elisha mohon untuk ayah sehat dan sembuh untuk melihat kehidupan putri-putri ayah setelah pernikahan mereka. Bahkan Elisha akan melakukan apapun untuk ayah bisa bersama kami lagi. Tolong berikan kesempatan pada Elisha untuk mengubah rasa benci itu menjadi penyayang kembali, melihat bunda di hari ayah menikah kembali dengan ibu Dhira itu membuat Elisha sakit dan benci, tapi kenapa ayah memberikan hal yang sama lagi pada Elisha. Ayah sudah janji dengan kami, ayah tolong berjuang untuk kami."

Elisha tetap berada di posisi yang sama. Dia justru tertidur karena dinginnya ruangan. Gibran duduk di luar setelah pembicaraan tadi, dia memikirkan perkataan Imran ada benarnya juga. Dia baru tersadar jika elisha ada di dalam. Dia pergi dan melihat keadaan ayahnya disana. Dan mendapati Elisha yang tertidur di dekat Abyan.

Kasihan Elisha. Maafkan kakak untuk ini sha."dek bangun dulu, sama pergi shalat dan beli makanan. Kakak tau kamu dari siang belum makan di acara Khanza. Nanti kalau kamu sakit bagaimana."

"Tapi kak ayah?"

"Ayah aman sama kakak disini. Kamu beli minuman dan makanan untuk kamu, dan shalat dulu."

Menggapai Takdir Surga KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang