20

1.6K 119 1
                                    

"Hm" Ucap Aran singkat.

"M-maafin aku ran." Ucap Chika, tetapi Aran hanya sekedar menatapnya datar dan kembali fokus dengan handphonenya.

Merasa tak ada balasan yang keluar dari mulut Aran, Chika pun mendekati Aran yang berada di sofa dan berniat ingin memeluk dan duduk di pangkuan Aran.

"Jangan mendekat dan jangan sentuh gua." Ucap Aran yang menyadari keinginan Chika. Tetapi Chika masih terus berusaha memeluk dan duduk dipangkuan Aran. Sampai Aran emosi dan....

"JANGAN SENTUH GUA ANJING!" Bentak Aran dan mendorong Chika sampai tersungkur ke lantai.

"Ran....hiks....plis dengerin penjelasan aku dulu ran...hiks...hiks" Ucap Chika lalu berdiri sembari menangis.

"Cepat ganti baju, gua tunggu di bawah." Perintah Aran.

"T-tapi kan aku gak bawa baju ran....hiks...hiks." Ucap Chika yang masih menangis.

"ARGHH!!!, pake baju gua dan gak usah nangis." Ucap Aran lalu pergi meninggalkan Chika.

Chika pun langsung segera mengganti seragamnya dengan baju yang ada di lemari Aran. Setelah mengganti baju, Chika pun turun ke lantai satu untuk menemui Aran.

●Di bawah.

"Ran aku udah ganti baju." Ucap Chika yang baru sampai dihadapan Aran.

"Pamit sama mamah dulu." Perintah Aran, lalu Aran dan Chika menuju ke dapur yang ternyata Shani dan Christy sedang membuat kue brownis.

"Mah Aran sama Chika pergi dulu yah." Ucap Aran.

"Mau kemana bang, ini Christy gimana?" Tanya Shani.

"Nanti Aran sama Chika balik lagi kesini kok." Ucap Aran.

"Aduh, jangan pergi deh bang dirumah aja." Ucap Shani yang tiba-tiba mendapatkan firasat yang tidak enak.

"Kenapa mah?" Tanya Aran yang menyadari kekhawatiran Shani saat ini.

"Gakpapa kok bang...." Ucap Shani.

"Kamu sama Chika hati-hati yah." Lanjut Shani.

"Iya mah." Ucap Aran.

"Assalamu'alaikum." Salam Aran dan Chika secara bersamaan lalu pergi keluar.

"Wa'alaikumussalam." Balas Shani.

●Sedangkan Shani dan Christy....

"Mamah Cani, kok firasat Kitty gak enak yah." Ucap Christy secara tiba-tiba.

"Mamah juga Kitty, berdoa aja semoga gak ada apa-apa yah Kitty." Ucap Shani.

(Ya tuhan, kok firasat aku gak enak gini sih. Semoga gak terjadi apa-apa sama Aran dan Chika. Dimanapun mereka berada tolong lindungi ya tuhan) Batin Shani gelisah.

(Ya tuhan, semoga kak Aran sama kak Chika gak kenapa-kenapa) Batin Christy yang juga sama gelisah seperti Shani.

●Di sisi lain.

Aran dan Chika kini sedang berada di dekat kedai es krim karena sepanjang jalan tadi Chika terus merengek meminta es krim.

"Lo jangan kemana-mana." Perintah Aran kepada Chika yang sedang duduk di bangku yang lumayan jauh dari kedai es krim.

●Di kedai es krim.

"Mas pesan es krim vanila dua yah." Ucap Aran.

"Siap kak." Ucap penjual es krim tersebut.

Tak berselang lama es krim yang Aran pesan sudah siap.

"Ini kak es krimnya." Ucap penjual es krim itu sembari memberikan es krim yang Aran pesan.

"Ini yah mas uangnya." Ucap Aran sembari memberikan 2 lembar uang berwarna merah.

"Ini mah kebanyakan kak." Ucap penjual itu.

"Gakpapa mas ambil aja." Ucap Aran, lalu penjual mengambil uang yang Aran kasih.

"Makasih yah kak." Ucap penjual itu.

"Iya mas sama-sama, saya pergi dulu yah." Ucap Aran dan penjual itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Aran pun bergegas menuju ke tempat duduk yang Chika tempati tadi. Saat sudah dekat dengan tempat duduk yang tadi Chika tempati, Aran dibuat bingung. Pasalnya keberadaan Chika tak terlihat disana. Aran pun seketika menjadi panik dan ia pun mengeluarkan handphonenya dan menelepon Chika.

"Haduh kak Chika kemana sih." Ucap Aran, karena sedari tadi telepon dari Aran tidak diangkat oleh Chika.

"Ayo dong kak, jangan bikin aku khawatir." Ucap Aran yang masih berusaha menelepon Chika.

Setelah berpuluh-puluh kali telepon Aran tidak diangkat, kini Aran membuka kontak Gracio dan meneleponnya.

●Di dimensi lain eh maksudnya di sisi lain.

Kini Gracio sedang berada di markas miliknya yang biasanya digunakan untuk menghukum orang-orang bersalah. Saat ini di markas tepatnya di suatu ruangan Gracio beserta bodyguardnya sedang mengintrogasi ketiga anak yang menjadi pembully di sekolah Bagaskara.

Saat Gracio ingin mengintrogasi, tiba-tiba...

Kring...kring...kring

Gracio yang mendengar handphonenya berbunyi, ia segera mengambil handphone miliknya di meja yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

Gracio pun melihat nama kontak itu yang ternyata adalah Aran, ia pun segera mengangkat telepon itu.

"Halo ran, ada apa?"

"Halo pah tolong Aran pah"

"Kenapa ran, jangan bikin papah panik."

"Kak Chika hilang pah"

"Apa! Chika hilang!?"

"Iya pah tadi Aran lagi beliin es krim buat kak Chika, pas Aran balik kak Chika gak ada pah, plis tolong Aran pah"

"Yaudah kamu kirim nomor Chika ke papah, nanti papah suruh bodyguard papah lacak nomornnya"

"Iya pah Aran kirim bentar"

Tut..tut..tut

"Haduh masalah apalagi ini ya tuhan." Ucap Gracio frustasi setelah mengakhiri telponnya.

"Ini pasti ada sangkut pautnya nih, ada yang gak beres." Ucap Gracio yang menyadari ada yang tak beres akhir-akhir ini.

Tak berselang lama notifikasi muncul di handphone miliknya. Gracio pun langsung melihat nomor yang dikirim oleh Aran lewat pesan pribadi.

"Alex." Panggil Gracio kepada salah satu bodyguard yang ada di ruangan itu.

"Iya bos, ada apa?" Ucap bodyguard itu yang bernama Alex.

"Kamu tolong lacak nomor ini, segera!" Perintah Gracio.

"Iya bos, akan saya lacak secepatnya." Ucap Alex, lalu ia pergi ke salah satu ruangan yabg digunakan untuk melacak keberadaan seseorang.

"Indra, Henri." Panggil Gracio lagi kepada dua bodyguardnya yang bernama Indra dan Henri.

"Iya bos, ada apa?" Tanya Indra dan Henri.

"Tolong jaga mereka, jangan sampai kabur!" Perintah Gracio sembari menunjuk ketiga anak yang kondisinya saat ini sedang duduk di kursi masing-masing dengan tangan diborgol dan badan diikat dengan tali.

"Siap bos." Ucap Indra dan Henri.











Bersambung








Gak jadi up cerita baru, mau fokus tamatkan cerita satu ini yang saya juga tidak tahu tamatnya sampai kapan 💅

KETOS, ily [Chikaran] End✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang