2. School

459 76 11
                                    

Pagi hari yang cerah, matahari belum terlihat tetapi udara menyejukan menyebar di langit yang sudah mulai terlihat biru.

Papa dan Mama Build hari ini dengan senang hati mengantarkan putra tunggal mereka ke sekolah.

Tepat Build selasai berbicara sebentar dengan kedua orang tuanya sebelum pergi, terlihat Apo berlari dari lorong sambil berteriak memanggil nama Build.

"Siapkan tubuh mu untuk segera kekurangan pasokan udara nak" ucap Papa Build.
Sepertinya Papa nya sudah tau apa yang akan terjadi pada anak tunggal kesayangannya itu ketika melihat Apo.

Tepat sampai di hadapan Build, dengan tidak sabar Apo menarik tubuh Build ke dalam pelukan nya.
Tubuh Apo lebih besar daripada Build.

Apo mendekap Build seakan ia tidak ingin melepaskan nya. Tubuh kecil Build terperangkap antara dua lengan berotot milik sahabat nya itu.

"Aku sangat merindukanmu sahabat kecil ku" ucap Apo yang terus menerus memeluk Build, bahkan pelukan nya semakin kuat.

Nafas Build mulai menipis, dadanya mulai sesak. Pelukan Apo terlalu kuat untuknya hingga membuat Build hampir kehabisan nafas.

"Lepasakan aku!!" Build mendorong Apo dengan sekuat tenaga nya. Alhasil ia bebas juga dari pelukan mematikan itu.

"Apo Apa kabar?" tanya Mama Build yang sedaritadi berdiri di samping papa Build, menatap tingkah anak dan sahabat kecil anak mereka.

Apo menggaruk garuk leher nya yang tidak gatal. Ia tidak sadar jika kedua orang tua Build ada di sana. Ia terlalu senang melihat Build hingga tidak menghiraukan kedua orang yang telah membuat Build, sahabat nya itu.

"Salam nyonya Jennie dan Tuan Kai. Apa kabar? " tanya Apo dengan sedikit canggung.

"Jangan segan nak, panggil kami seperti biasa saat kau kecil" Ucap Kai, sang Papa dari Build. Ia memukul pelan pundak Apo untuk menjauhkan rasa canggung yang terlihat di wajah Apo.

"Haha baiklah tante, om" ucap Apo. Itu bukan panggilan saat kecil yang Apo katakan pada kedua orang tua Build. Tapi sebutan ayah-ibu.
Merasa masih canggung, Apo memilih memanggil dengan sebutan om-tante.

"Baiklah kami mengerti. Apo, tolong jaga Build ya" ucap Jennie sang ibu. Ia mempercayakan Anak tercinta nya pada Apo.
Tidak perlu di khawatirkan, Apo dapat di percaya.

15 menit berlalu, kini bel berbunyi menandakan mereka harus masuk kelas.
Apo sudah masuk ke kelas terlebih dahulu, sedangkan Build ia akan masuk bersama guru nanti nya agar dapat memperkenalkan diri di depan kelas.

Guru telah masuk ke dalam kelas, sang ketua kelas memipin agar memberi hormat kepada sang guru. Setelah itu, tidak berlama lama sang guru langsung menyuruh Build untuk memperkenalkan dirinya.

Build juga tidak banyak basa basi, ia memperkenalkan dirinya di depan kelas. Tanggapan anak kelas tidak ada yang buruk bahkan mereka memuji Build. Bagaimana ada pria semanis dirinya

"Baik Build, pilih saja kursi yang akan kamu duduki" ucap Guru itu mempersilahkan Build untuk duduk di kursi pilihannya.

Build awalnya ingin duduk dengan sahabat nya Apo. Tapi tidak mungkin ia dengan lancang menyuruh teman semeja Apo untuk bergeser.

Build menatap ke sekeliling kelas, di sana aja 3 meja kosong.
1 meja berada di tengah dan di sebelah nya di isi oleh seorang wanita.
Ehhh Build tidak terlalu suka wanita.

Tepat di depan papan tulis, ada meja yang kosong juga. Di sana duduk seorang pria, tapi kali ini Build juga tidak suka karna terlalu mencolok di depan. Ia tidak suka duduk di meja paling depan.

Aha!!
"Aku akan duduk di sana" Build menujuk meja paling belakang.
Tempat itu cocok untuk nya, meja paling belakang, tidak mencolok dan kaca lebar juga memantulkan cahaya ke arah meja tersebut.

Build berjalan menuju meja yang ia inginkan. Tapi aneh nya semua anak kelas menatap kepergian nya untuk segera duduk di meja tersebut.

                            --------------

𝙋𝙊𝙑 𝘽𝙐𝙄𝙇𝘿

Aku duduk di meja yang aku inginkan. Tempat ini sempurna, aku bahkan bisa tidur tanpa terlihat oleh guru di depan sana.

Tapi aku bingung, kenapa semua orang yang ada di sini menatap ke arah ku?

"Ekhem... Build, apakah kau yakin ingin duduk di sana? Em maksudnya, bagimana jika kau duduk di meja tengah atau depan. Tempat belakang tidak cocok untuk anak tuan besar seperti mu" ucap Guru itu. Aku melihat wajah nya seperti ragu.
Ada apa emang nya jika aku duduk di sini?. Ini adalah meja yang sempurna untuk aku tidur

Aku menolak mentah mentah untuk menukar posisi duduk ku. Enak saja ingin menganggu tidur ku saat pelajaran.

Untung papa ku adalah orang terhormat, jadi guru banyak bicara itu tidak banyak bertingkah. Ia hanya mengiyakan dan memperbolehkan ku duduk di meja ini.

Emang di meja ini ada hantu kali?

Pelajaran sudah di mulai dan aku mengantuk, apakah aku tidur saja? Bagaimana jika guru itu melihat dan melaporkan nya pada papa? Arghh aku harus bagaimana agar tidak mengantuk?

Aku menatap seorang pria yang duduk di sebelah ku. Dia adalah teman satu meja ku. Tapi sedari tadi aku datang ia hanya menatap ke arah jendela dan bahkan tidak berkutik sedikit pun.

"Emm Hai, siapa nama mu?" tanya ku pada dirinya tapi dia sama sekali tidak menghiraukan ku, dia masih saja menatap ke arah luar jendela.

"Cih sombong sekali" kataku menyindir nya.
Tapi dia sama sekali tidak menoleh 1 centi pun. Aku sungguh kesal, apakah dia tuli?

"APA KAU TULI?" Aku berteriak kuat tepat di depan telinganya. Jika dia memang tuli, itu aman saja. Jika memang pendengaran nya normal, aku rasa gendang telinga nya  bergetar.

Pria yang aku teriaki berbalik arah menatap ku dengan wajah datar, em dingin. Ahhh dia sangat tampan.

Apa apaan? Dia menyebalkan! Walaupun dia tampan dia sudah mengabaikan ku, aku tidak suka itu.

Cukup ngeri juga aku menatap nya, jika biasanya orang lain di teriaki secara tiba tiba maka dia reflek akan terkejut. Tetapi pria ini malah menoleh padaku dengan santai, emm jantung nya sangat bagus ternyata. Untung saja aku tidak meneriaki orang yang punya penyakit jantung, bisa bisa dia mati karena terkejut. Gawat juga.

"Biu, hei kenapa kau berteriak" ucap Apo yang tidak jauh dari meja ku.

Aish aku lupa, mereka pasti heran mengapa aku berteriak. Salahkan saja teman satu meja ku ini.
Dia sangat menyebalkan

Tidak mengambil ribut, kami melanjutkan pelajaran melupakan teriakan ku yang ternyata mengejutkan satu kelas. Tapi lupakan, karena tidak ada yang mati akibat serangan jantung.

Aku menulis catatan yang sudah guru tulis di papan tulis. Walaupun aku pemalas, tapi setidaknya ini penting untuk di catat.

Pria yang menjadi teman satu meja ku juga ikut menulis apa yang di tulis oleh guru di depan sana. Dia cukup tenang, tidak berisik sedikit pun dan bahkan bergerak pun ia enggan.

"Em maafkan aku telah meneriaki mu. Jadi siapa nama mu?" tanya ku lagi membuka obrolan ditengah kekosongan kelas yang sibuk mencatat yang ada di papan tulis.
Tapi pria itu masih saja diam dan masih asik dengan acara menulis nya.

"Nama ku Build Jakapan Puttha, kau bisa memanggilku Biu" ucapku dengan ramah.
Aku juga butuh teman, jadi aku mencoba akrab dengan teman semeja yang menyebalkan ini

"Kau telalu serius menulis yang ada di papan tulis ya? Ah setelah selesai, bisakah kau meminjamkan buku mu untuk aku catat saat di rumah nanti?"

Sial!! Pria itu hanya diam, sungguh menyebalkan. Setidak nya lirik aku.

Kau sungguh sombong.
Wajah mu saja yang tampan tapi ku menyebalkan.

------------------------------------------------------

You Ghost? (Bible-Build) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang