22. Jadi sering sibuk

7.3K 524 15
                                    

Malasku juga termasuk tidak ingin bermain handphone. Jadi lupa telepon ibu. Baru saja aku meneleponnya, katanya kaki bapak yang keseleo sudah sembuh, ibu sedang ikut bertani di kebon, dan Adam sudah mulai mempersiapkan ujian kenaikan kelas.

Aku juga lama tidak membuka youtube dan menonton videonya Gistara Helda. Namun, mendengar dari Mbak Priska dia pulang ke Indonesia, membuatku penasaran lagi. Rupanya ada satu video dengan judul, 'Jakarta! Aku pulang vlog part 1'

Aku menontonnya. Gambar demi gambar memang menunjukkan tempat khas Jakarta yang sudah aku ketahui suasananya. Suasana kota ramai, gedung tinggi, jalanan macet, dan orang-orang sini. Dia menyuarakan perasaannya jika senang bisa pulang. Dia juga mencoba makanan pinggir jalan dan restoran mewah. Sampai di menit terakhir, dia berkata.

"Jangan lupa ikutin vlog aku di Jakarta ya. Walaupun ada luka lama yang belum mengering. Tapi aku cinta Indonesia. Sudahlah. Dadaaah, sampai jumpa minggu depan!"

Videonya habis. Aku menghela napas. Sebenarnya tidak ingin merasa buruk padanya dengan tahu kepulangannya.

Karena... Jika dia pulang, lalu kenapa?

Iya kenapa? Aku juga tanya pada diriku sendiri. Terasa ada tidak suka. Sebab, dia mantan pacarnya Mas Raka.

---------

Aku belajar jika kehamilan yang sudah 10 minggu ini membuat tubuhku jadi berubah. Perutku sedikit menonjol dan dadaku memgencang. Lalu, yang awalnya aku tidak merasa mual, sekarang setiap pagi selalu mual. Terkadang sampai malas untuk membuat sarapan. Mas Raka tahu, dia juga tidak mempermasalahkan jika hanya diberi roti dan selai, dia juga jadi memutuskan untuk tidak membawa bekal dan akan makan siang di kantor. Makan malamnya, aku selalu sempatkan masak.

Dua minggu berjalan seperti itu. Tetapi, makan malam itu kadang hanya aku yang memakannya dan sisanya dibuang besok. Jika aku memelihara ayam disini pasti bermanfaat, sayangnya tidak, nasi dan lauk terbuang sia-sia.

Mas Raka akhir-akhir ini, pulang larut diatas jam 9.00 malam. Dia bilang kantornya sedang sibuk-sibuknya. Sayang sekali. Aku pun merasa kurang karena dirumah sendirian, meski ada anakku tapi tetap saja, ya dia belum lahir. Aku merindukannya.

Aku jabarkan hari-hariku, senin sampai jumat hanya bertemu dengan Mas Raka pagi dan larut malam, dia pulang langsung tidur. Pagi subuhnya, kami solat, dia mandi, aku mual-mual di tempat cuci piring, dan berusaha menyiapkan sarapan. Kemudian dia berangkat kerja. Sabtu dan minggu dia memang dirumah, tapi aku tidak tahu, kenapa dia jadi banyak diam, dia biasanya membawa pakaian kami ke laundry, cuci mobil, menata kebon, sesudahnya mengotak-atik handphone. Kami juga jarang bicara. Akunya mencoba, tapi obrolan kami tidak lama.

Aku berpikir baik-baik. Itu hanya akan terjadi sementara.

Aku selesai mual-mual, berpegangan kuat dengan kursi karena disertai pusing. Aku mencoba mengendalikan diri dengan menarik membuang napas sambil beristighfar. Sedikit demi sedikit terasa enakkan. Mas Raka datang dengan pakaian kemeja biru hari Rabu.

"Bentar ya, Mas. Aku belum sempat buat sarapan. Aku mual banget dari tadi."

Ini sudah jam 6 pagi pastinya Mas Raka sudah kemepetan berangkat. Aku sangat merasa bersalah.

"Ya udah nggak apa-apa, aku bisa beli sarapan di kantin aja."

"Iya, Mas. Maaf ya."

Aku mendekatinya untuk meminta maaf. Aku juga rindu didekatnya. Meski kami tidur satu ranjang, tapi dalam keadaan larut dalam mimpi dan tidak melakukan apa-apa.

"Iya, aku berangkat ya."

Itu tidak lama. Dia langsung bergegas, mencium keningku cepat. Lalu pamit berangkat.

Pernikahan JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang