Aku harus minta maaf sama Mas Raka atau tidak? Karena aku merasa dia yang harus minta maaf padaku. Perihal dirinya yang bohong, benar bohong, kan? Dia pulang kerja ke rumah bulek karena disuruh bulek tapi tidak sibuk kerja sampai malam.
Apakah aku harus tanya langsung padanya? Tentu saja aku harus dan berhak, kan. Tapi disini masih ada orang tua kami. Tidak enak jika nantinya kami akan bertengkar. Ya Allah, aku tidak inhin bertengkar, itu sama saja makin memperburuk diri kami. Aku hanya ingin kami hidup bersama dalam keadaan baik.
Kalo misalkan semua buruk, bagaimana kami akan hidup bersama?
Yang pasti, aku rasa in tergantunh kami masing-masing. Dimana sudah tanggung jawab kami. Tapi aku juga ingin Mas Raka bilanh semuanya, semua maksud yang dikatakan bulek tadi.
Mas Raka manut disuruh datang ke rumah bulek, makan dan mengobrol dengan Mbak Helda, yang dimaksud bulek agar mereka bisa reuni. Ketika aku mendengar itu, aku sangat tidak suka.
Sudah pukul 7.30, Mas Raka sebentar lagi pulang. Semoga ya. Aku masih dikamar, menunggunya. Anakku dudalam perutku, dia sedari tadi juga merasakan tidak enak, perutku agak nyeri. Aku Dari tadi menarik Dan menghembuskan napas untuk menenangkan diri. Cara lain juga, aku minum jus buatan ibu mertuaku yang beliau antarkan tadi, menyemil roti, dan menonton youtube kartun. Bukan punya Mbak Helda lagi, aku rasa aku tidak akan menontonnya lagi.
Sebenarnya aku tadi kepikiran untuk membuang buku berisi tulisan Mbak Helda Dan satu foto mereka yang diletakan dirak buku Mas Raka. Karena setiap melihat rak buku itu aku teringat dan tidak suka. Tapi takut menambah masalah.
Dan, aku menafsirkan pada diriku sendiri, apakah aku akan marah sampai melempar benda ke Mas Raka nanti? Atau memukulinya? Aku ketika marah hanya bisa dipendam, tapi untuk Hal ini tanganku merasa gatal ingin melakukan sesuatu. Mungkin anakku juga menyetujui apa yang diinginkan ibunya.
Aku berbaring saja, Mas Raka belum ada tanda-tanda membuka pintu kamar. Apakah dia tidak akan butuh dan tidur di kamar ini lagi? Atau dia pulang malam lagi untuk datang ke rumah om dan bulek? Berpikir macam-macam sangatlah melelahkan.
Anakku minta dielus-elus ayahnya. Karena dia tidak ada disini. Jadi aku mengelusnya sendiri sambil memberinya pengertian. Mataku sayup-sayup mau mulai menutup. Tapi suara pintu terbuka.
Aku terkesiap dan duduk, Mas Rakalah yang masuk. Alhamdulillah, dia tidak sesuai semua prasangkaku.
"Mas udah pulang?" panggilku.
Namun, dia berlalu meletakan tas dan memgambil handuknya. Lalu ke kamar mandi. Dia tidak bersuara pun tidak menatapku. Aku terdiam melihat pintu kamar mandi itu.
Apakah Mas Raka masih tetap marah?
Aku berinisiatif membuatkannya teh hangar, gegas aku keluar kamar. Bertemu dengan semuanya yang hanya aku sapa dengan berkata mau membuat minuman untuk Mas Raka. Lalu kembali ke kamar dengan nampan kecil. Saat masuk, Mas Raka sudah duduk dipinggir kasur sambil main hpnya.
"Mas, ini diminum dulu." ucapku dengan menaruh teh hangat dimejanya Mas Raka.
"Iya." dia tidak melihatku.
Aku agak tersinggung, sekarang aku bingung mau bagaimana. Aku putuskan untuk duduk disampingnya, sedikit berjarak saja.
"Mas, udah makan malam? Tadi ibu bikin opor ayam."
"Udah, dirumah bulek."
Dadaku terasa ditekan, aku melihat sisi samping wajah Mas Raka yang masih pada ponselnya. Aku melirik layar ponselnya, Mas Raka sedang berbalas pesan dengan, mataku mencari nama... Gista. Mas Raka sedang berkirim pesan dengan Mbak Helda. Aku menepis untuk melihat lebih lama lagi. Mas Raka punya nomernya Mbak Helda ternyata.
![](https://img.wattpad.com/cover/321927749-288-k503462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Jelita
General FictionJelita diambang kebingungan karena tiba-tiba juragan kaya di kampungnya datang dan mengutarakan permintaan menjodohkan dirinya kepada sang anak sulung yang bekerja di Jakarta, bernama Raka. ©Oktober 2022