Aku menyuguhkan segelas teh hangat dihadapan Mbak Helda. Aku merasa canggung padanya, walaupun Mbak Helda terlihat biasa saja. Dengan terusan bunga-bunga warna biru muda, dia terlihat cerah dan manis sekali.
Ini pertama kalinya kami bertemu. Dengan hal-hal yang sudah aku ketahui terhadapnya, jadi aku tidak terlihat menerima kehadirannya sebaik mungkin.
"Diminum, Mbak." titahku.
"Iya, terimakasih,"
"Kamu sendirian aja berarti ya, Mbak?""Iya sudah biasa Mbak. Mas Raka pulangnya nanti malam."
"Oh iya sih. Kamu berani juga dirumah sendiri, Mbak."
"Nggak ada apa-apa kok." Aku sedikit terkikik agar mencairkan suasana hatiku.
"Wanita memang kodratnya dirumah ya, mengurus suami dan anak-anak. Sejenis hal yang manis sekaligus ladang pahala, iya kan?"
"Heem begitulah, Mbak."
"Tapi nggak bosan kalo cuma dirumah aja melakukan hal yang sama?"
"Nggak kok. Nggak jauh beda saat tinggal sama orang tua, bersih-bersih, masak, itu hal biasa, Mbak."
"Iya juga sih, setiap orang berbeda-beda. Aku cuma kagum aja sama wanita yang sudah jadi istri dan ibu, sepenuh waktunya dirumah, ngurus suami dan anak-anak. Super women banget."
"Mbak Helda juga nanti akan begitu."
"Hm, mungkin. Entahlah."
"InsyaAllah, Mbak. Semua hal baik akan datang diwaktu yang tepat, jangan dianggap buruk."
"Iya Mbak, kerjaanku bikin aku nggak mikir sampai ke arah situ. Makanya belum yakin."
Aku sembunyi-sembunyi menghela napas, aku tidak tahu mengapa Mbak Helda belum yakin menjalani kodrat wanita. Padahal itu hal lumrah yang pantas diepeispakam dulu saja bukannya tidak yakin. Ya, setiap orang berbeda-beda, aku tidak tahu apa yang ada dipikiran Mbak Helda sepenuhnya.
"Mbak Helda lama disini?"
"Rencananya 2 bulan sih. Ini baru hampir sebulan, belum kelar urusannya. Malah tambah deh, diajak vlog sama teman-teman influencer, diundang wawancara di tv sama media, sama yaaa gitulah. Pingin liburan juga tapi belum ada waktu. Nanti malam juga ada kerjaan jadi mumpung pagi sampai sore ini luang jadi aku milih buat main kerumah teman."
"Oh gitu ya, senang banget pastinya. Aku juga nonton youtube-nya Mbak Helda. Dikasih tahu sama Mbak Priska."
"Iyakah?" Dia terkejut, "Terimakasih ya, Mbak. Priska emang sukanya bantuin teman promosi." Dia tertawa yang nampak sopan.
Tidak tahu saja kalo aku nonton YouTubenya untuk mencari tahu siapakah gerangan orang yang tidak aku sangka sampai didepan mataku ini. Aku juga tidak menyangka kalo akan bertemu dengan orang terkenal yang bertema dengan orang-orang terkenal juga Dan diundang kemana-mana sampai ke tv. Hidup memang tidak bisa diprediksi.
"Iya. Semangat dan sukses selalu ya, Mbak Helda."
"Iya, aamiin." dia memperlebar senyumnya.
"Eh, Mbak Jelita sudah berapa bulan kandungannya?""Alhamdulillah jalan 4 bulan, Mbak. InsyaAllah bulan ini sudah mau tasyakuran."
"Nggak lama lagi melahirkan buah hati Mbak Jelita dan Nanda, Eh... Raka. Semoga lancar dan sehat-sehat ya."
"Aamiin, makasih, Mbak."
"Raka pasti bahagia punya Mbak dan anak kalian kelak."
"Iya, Alhamdulillah Mas Raka senang kok, Mbak. Dia kaget dan bersyukur pas dapat kabar ini." Aku ingin melihat reaksinya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Jelita
General FictionJelita diambang kebingungan karena tiba-tiba juragan kaya di kampungnya datang dan mengutarakan permintaan menjodohkan dirinya kepada sang anak sulung yang bekerja di Jakarta, bernama Raka. ©Oktober 2022