21 - Just Do It (+)

6.3K 385 16
                                    

Karina terbangun saat cahaya matahari menyinari matanya, perlahan ia terbangun dengan lengan menutupi cahaya yang menyilaukan matanya. Namun ketika hendak membalikkan badannya, sebuah tangan besar nan kekar melingkari perutnya.

Itu tangan William, bahkan tanpa sadar lelaki itu mengusap perut Karina dalam tidurnya membuat sang istri salah tingkah sekarang.

Mereka sedekat ini dan semuanya terjadi secara tiba-tiba, Karina sadar betul. Ia sadar bahwa ternyata dekat dengan William bisa senyaman ini.

Karina merasa berada di dalam rumah.

Berusaha melawan ego yang terus membenci William, Karina memutuskan untuk sedikit demi sedikit berubah. Lelaki itu selama menikah dengan Karina selaku memperlakukan dirinya sebagai seorang ratu, bahkan ditengah kesibukan William, lelaki itu tetap memprioritaskan Karina.

Hal itu membuat Karina sangat tersentuh dan merasa sangat menyesal telah mengacuhkan William juga mengacuhkan suaminya itu.

"Selamat pagi, bunny." Suara serak menyapa indera pendengaran Karina, nampak William semakin mendekat dan kini kepala lelaki itu bersandar lembut di bahunya.

Entah mengapa itu membuat Karina tersenyum pagi ini. Tangannya mengusap lembut tangan kekar William yang masih memeluknya erat. "Selamat pagi juga, bear." Jawabnya tak kalah lembut.

Sungguh ini terasa seperti mimpi indah buat William sendiri. Tetapi ia yakin seratus persen bahwa ini bukanlah mimpi semata, ini nyata.

"Seperti mimpi aku merasa dekat denganmu seperti ini. Maaf jika aku lancang memelukmu se erat ini, kau begitu nyaman."

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu atas sikapku selama ini"William mendengar suara Karina bergetar seperti akan menangis, ia menggelengkan kepalanya lembut, tangannya mengusap punggung Karina dengan penuh hati-hati.

"Aku mengerti dengan sikapmu padaku. Itu adalah reaksi natural seorang perempuan ketika didekati oleh lelaki yang cukup agresif seperti diriku hehe. Aku tidak apa-apa--hey hey! Mengapa menangis, hm?"

William sedikit terkejut saat melihat Karina menangis kembali, entah mengapa ia sangat bingung mengapa sang istri menjadi mudah menangis seperti ini disaat ia akan pergi bekerja.

Mungkinkah sifat asli Karina memang sentimental?

"Maaf"

"Sayang, jangan minta maaf lagi. Kau sama sekali tidak salah, lihat aku, Karina Kim."

Karina masih terisak kecil saat mendongak untuk menatap William. Kedua insan itu saling menatap satu sama lain dengan tangan kanan William mengusap lembut pipi Karina setelah itu menarik pelan dagunya dan otomatis wajah Karina semakin mendekat pada wajahnya.

"Tidak ada kata maaf lagi. Semuanya sudah berakhir, kau tidak boleh menyalahkan diri sendiri atas semua ini. Aku tidak mau kau terus meminta maaf karena kau sama sekali tidak salah, sayang."

"Tapi--"

William sukses membungkam Karina, ia dengan cepat mencium bibir mungil nan merah itu dan melumatnya. Karina terdiam, ia sangat terkejut dengan aksi sang suami yang tiba-tiba ini. Namun perlahan, ia balas ciuman William dan posisinya pun tiba-tiba berubah.

Karina berada dibawah tubuh besar William, ia pun memeluk leher William erat. Sedangkan sang lelaki sendiri tangan kirinya memeluk pinggang ramping nan kecil milik Karina, sedangkan tangan kanannya menopang berat tubuh.

Meskipun agak beresiko karena tangan bagian kanan William gunakan langsung untuk menopang tubuhnya yang berat, agaknya ia tidak peduli.

Bibir Karina teras sangat manis dan candu.

Ciuman itu berselang dua puluh detik, kemudian mereka saling melepaskan tautan mereka dengan napas terengah-engah, tali saliva tipis tercipta saat mereka melepas satu sama lain.

William tersenyum saat melihat kedua pipi Karina memerah, tangannya mengusap bibir sang istri yang basah akibat dirinya.

"Mommy terus mendesak kita untuk segera miliki anak. Aku tidak bisa langsung mengiyakan keinginannya karena aku sangat peduli padamu, aku menghormati dirimu. Aku tidak ingin diliputi oleh nafsu hingga membuat dirimu kesakitan, Karina."Tatapan William begitu tajam saat melihat manik kebiruan milik Karina.

Keduanya saling menatap sampai akhirnya Karina menarik sebelah alisnya kemudian tersenyum tipis. Hatinya menghangat saat mendengarkan ucapan William, suaminya itu benar-benar sangat menghormatinya dan menghargainya.

Namun ia juga sangat bersalah dan kepikiran dengan William yang pasti selalu menahan hasrat biologisnya demi ego Karina. Ia sangat tidak bisa memikirkan lagi betapa kesakitan William harus menahan itu semua selama dua bulan lamanya.

"Berapa anak yang ingin kau miliki, tuan suami?"Bisik Karina dengan pelan, ia mengusap tengkuk leher William hingga membuat sang empu merinding.

Oh astaga, William nyaris goyah.

Pergerakan Karina yang kini terduduk membuat William ikut duduk, hingga mereka melihat satu sama lain dengan Karina yang kini bergerak mendekat kearah William dan duduk di pangkuannya.

Jantung lelaki itu berdebar tidak karuan, ini gila! Bahkan sesuatu telah bangun dari tubuhnya dan William begitu sangat kewalahan untuk menenangkannya.

Bisa Karina lihat wajah sang suami begitu memerah dan pucat. Ia pun sedikit memajukan tubuhnya agar lebih dekat pada William.

"Jawab aku, tuan suami"Karina mengusap pelan kedua bahu kokoh William, dan ia bisa merasakan tubuh sang suami menegang.

Sangat tegang.

Gelengan terlihat, William membalasnya dengan gelengan. "Ak-aku tidak bisa. Aku tidak mau kau kesakitan hanya--ahh."

William menggeram saat Karina duduk tepat diatas miliknya. Dan itu sungguh sesak! Astaga bisa gila jika begini caranya.

"Kau jauh lebih kesakitan hanya demi menuruti egoku. Jangan takut aku kesakitan hanya karena itu, aku istrimu."

"Then, just do it."

Keduanya terdiam, William bisa melihat Karina bersungguh-sungguh. Bahkan sang istri sudah kembali memeluk lehernya sembari mengecup sudut bibi William dengan seduktif.

Bisa Karina lihat kini tatap William semakin menggelap, auranya terasa panas. Dan bisa ia rasakan kedua tangan kokoh dan kekar itu kini memeluk pinggangnya.

"Apakah kau sudah yakin?"Bisik William memastikan kembali.

Anggukan Karina menjadi jawaban. William yang sudah kalang kabut, langsung kembali mencium bibir manis itu dengan sedikit menuntut.

Suasana terasa sangat panas, Karina melingkari kedua kakinya di pinggang William. Perlahan tapi pasti, kini William berada diatas Karina dan mengungkung sang istri yang berada dibawah.

"Then, just do it." Bisik William dengan suaranya yang serak.

Dan pagi itu menjadi saksi antara panasnya gelora cinta William dan Karina. Mengabaikan panggilan telepon pada kedua ponsel yang berdering, suara decak dan gairah menutupi semuanya.

William berhasil menjadikan Karina istri yang seutuhnya.

Karina berhasil mengalahkan egonya dan memberikan semua yang ia miliki kepada William.
















End.


Canda end wkwk, masih TBC lah

The Way I Love You || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang