"Kalian sudah dua bulan menikah, apakah sudah ada rencana untuk memberikan kami cucu?"
William terdiam, tangannya masih menggenggam erat ponselnya. Lelaki itu mendadak bisu mendengarkan pertanyaan sang mommy yang menurut William sendiri sangat sulit untuk dijawab.
Bagaimana tidak? Selama menikah dengan Karina, istrinya itu selalu mengatakan belum siap hanya untuk sekadar tidur berdua dan belum siap memiliki anak ditengah kesibukan ini.
Sebenarnya William sangat ingin. Ia ingin memiliki anak, memberikan cucu untuk orang tuanya. Tetapi disini yang akan mengandung nanti adalah Karina, semua terserah sang istri ingin memiliki anak atau tidak.
Jika memang Karina masih tidak bisa, William akan mengadopsi anak dari panti asuhan yang sempat ia kunjungi bersama Ryujin.
"Kami--uh, maksudnya aku memilih untuk menundanya, mom. Mengingat kesibukan aku dan Karina yang cukup padat, ini akan berdampak buruk jika kami tetap menginginkan keturunan di waktu-waktu ini dalam keadaan sibuk. Apalagi Karina yang akan mengandung, tentu ini sangat akan sulit baginya"Jawab William, meskipun kenyataan ini begitu pahit, tetapi ia tidak menyalahkan Karina.
Justru William memposisikan Karina agar tidak dimarahi oleh orang tua mereka, dan memilih agar ia saja yang dimarahi. Berbohong sedikit demi keselamatan istri adalah pilihan terbaik, pikir William.
"Astaga, ini benar-benar mengecewakan dengan jawabanmu. Kami semua disini sangat menantikan kehadiran cucu, Liam. Bahkan Karina pun pasti menginginkan seorang anak, mengapa kau menunda itu semua?! Astaga anak Theodore Kim ini membuat aku sakit kepala!"
"Mom--"
Tut.
Panggilan langsung terputus, William menggeram frustrasi. Nyaris ia membanting ponselnya sendiri jika saja tidak mengingat ada banyak data penting di dalamnya.
Ia sangat pusing sekali terjebak dalam keadaan seperti ini, ditambah lagi dengan keadaan perusahaannya yang sedang berada dalam posisi kurang aman dikarenakan kebocoran data. Tentu William harus rela lembur hingga pagi bersama yang lain untuk membenahi semuanya.
"Astaga"Monolog William dengan lirih, ia mengusap kasar wajahnya.
Kini kedua maniknya bergerak melihat kearah Karina yang sedang tertidur pulas. Senyuman tipis terpatri di bibir William, istrinya itu sangatlah cantik dalam keadaan apapun dan ia sangat bersyukur memiliki Karina.
Ia berada di kamar Karina sekarang, sedang mengecek keadaan sang istri yang ternyata tertidur pulas. William merasa lega bahwa keadaan Karina tidak separah tadi siang.
Meskipun gadis itu belum membuka hatinya untuk William, tetapi sudah menikahinya saja sudah sangat beruntung. Dan William sendiri berjanji akan membuat Karina menjadi cinta pertama juga cinta terakhirnya, untuk masalah istrinya itu mencintai dirinya atau tidak--
Ia akan menunggu Karina.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, William masih belum bisa memejamkan matanya. Setelah selesai dengan pekerjaannya yang ia bawa ke rumah, sang mommy menelponnya hanya untuk membicarakan ini. Setelah itu tidak ada lagi rasa mengantuk dalam diri William, kepalanya rasanya mau pecah saja jadinya.
Bergegaslah William keluar kamar untuk membawa sekaleng kopi dingin dari dalam kulkas, setelah itu ia berjalan menaiki tangga untuk masuk kedalam kamar dan memilih untuk berdiam diri di balkon.
Udara dingin menyapa, menerbangkan surai William yang mulai memanjang. Ia memejamkan kedua matanya seraya menghela napas lelah.
Benar-benar riuh sekali kepalanya, penuh dengan pikiran ini dan itu.
Namun ia terkejut saat mendengar suara ketukan pintu, mungkinkah itu Karina? Dengan segera William langsung berjalan dengan cepat untuk membuka pintu kamarnya.
Dan benar saja, sosok Karina sedang berdiri di depannya dengan memeluk bantal. Wajah gadis itu masih pucat dengan keringat dingin membasahi keningnya.
"Aku tidak bisa tidur. Kepalaku sakit lagi"Cicitnya kecil, Karina bisa merasakan kepalanya masih berdenyut sakit. Bahkan perlu usaha keras untuk hanya sekadar berjalan menuju kamar William.
Mendengar suara Karina, langsung saja William berjalan mendekat. "Tapi kau harus istirahat, jika tidak. Kau akan semakin sakit"Jawab William dengan lembut, ia bisa melihat kedua mata Karina berkaca-kaca.
Istrinya ini sedang tidak baik-baik saja.
Tak kunjung mendapat respon, dengan perlahan kedua tangan kekar William mengangkat tubuh Karina dengan mudah. Istrinya ini terasa sangat ringan, apakah Karina makan dengan teratur?
"Hiks"
Karina tidak mengerti dengan perasannya. Mengapa ia begitu sedih dan sangat lelah seperti ini, seperti tidak biasanya.
"Menangis lah jika kau merasa lelah. Peluklah aku jika kau mau"Bisik William, sontak saja Karina memeluk leher sang suami dengan erat.
Bahkan suara isak tangis Karina semakin terdengar, hal itu membuat William mau tidak mau membawa sang istri kedalam kamarnya bermaksud untuk menidurkan Karina agar istrinya lekas tidur.
"Kau mau kemana?"Karina menahan William yang hendak menurunkan tubuhnya keatas ranjang, tentu William terhenti dan kini kedua mata mereka saling mengunci satu sama lain tanpa berkedip.
Posisi keduanya sangat sangat dekat, bahkan deru napas mereka saling terdengar dan beradu lembut. Jantung William tak karuan saat matanya melihat bibir merah Karina yang begitu sangat menggoda.
Oh astaga! Ini bukan saatnya! Pikir William.
"A-aku, akan pindah ke sofa. Agar kau bisa tid--"
"Aku ingin tidur sambil dipeluk!"
"Uhm?"
Tanpa menunggu lama, Karina langsung menarik William untuk tidur dengannya. Bahkan gadis itu langsung merangsek masuk kedalam tubuh sang suami hingga seluruh tubuhnya seperti terlihat tertutupi oleh tubuh besar William.
Sungguh ini membuat William bingung sekaligus senang secara bersamaan. Tetapi ia tidak mau langsung menanyakan keanehan sikap Karina yang satu ini, ia ingin menanyakannya nanti setelah sang istri pulih.
Astaga, ini seperti mimpi.
Namun dipikir kembali, ini adalah kesempatan yang bagus! Sebelum sikap asli Karina muncul kembali entah itu kapan, William harus bisa mengambil kesempatan ini sebaik mungkin.
Dengan perlahan, William melebarkan tangan kirinya agar menjadi bantalan tidur Karina sedangkan tangan kanannya memilih memeluk tubuh kecil sang istri.
Nyaman.
Rasa kantuk datang, William yakin malam ini ia akan tidur sangat pulas. Ia merasa hangat saat Karina memeluknya seperti ini.
Perlahan, William menutup kedua matanya. Sebelum benar-benar masuk ke alam mimpi, dengan sempat ia mencium kening Karina penuh perasaan.
"Jika ini mimpi, aku harap aku tidak akan terbangun lagi. Aku merasa dicintai olehmu disini, dan aku tidak mau cintamu hilang"
"Selamat malam, Karina Kim. Bermimpi lah sesuatu yang indah."
TBC?
Eak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Love You || Winrina (✓)
Fiksi PenggemarTentang William Kim yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis yang dijodohkan orangtuanya kepadanya, Karina Kang. warn! genben.