Hari ini Stella memutuskan untuk ke sekolah saja. Daripada kelima sahabatnya itu akan mengkhawatirkan dirinya. Mungkin saat sampai di sekolah Stella akan disirami banyak pertanyaan terutama Berry.
Stella kini sudah bersiap-siap untuk ke sekolah. Mengambil tasnya dan berjalan keluar dari kamarnya.
Sesampainya di bawah. Hal pertama Stella lihat adalah Ibunya yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya.
Stella menghampiri sang ibu yang masih belum menyadari keberadaan Stella.
"Bu" lirih Stella.
Lyla yang tadinya memotong bawang dibuat kaget oleh Stella. Wanita paruh baya itu menoleh kearah belakang, terdapat Stella menatap ibunya.
"Astaga, Stella kamu bikin kaget aja" ucap Lyla mengusap dadanya dan mengucap istigfar.
Sedangkan Stella hanya terkekeh, ia menaruh tasnya di samping kursi dan mendudukkan bokongnya di kursi.
"Kok tumben ibu masak agak terlambat?" tanya Stella mulai menyendok nasi dan menaruhnya di piring.
"Iya, ibu lambat bangun jadi lambat masaknya" jelas Lyla.
Stella menganggukkan kepalanya bertanda ia mengerti dengan penjelasan dari ibunya. Dan ia pun mulai sarapan dengan tenang.
Sedangkan Lyla tersenyum melihat anak tunggalnya itu. Anak yang dulunya yang selalu menangis dan manja di hadapan Lyla. Dan, sekarang anak itu sudah menginjak dewasa, tapi Stella masih seperti dulu. Manja kepada Lyla. Dan sebentar lagi, Stella akan lulus sekolah.
"Stella"
Stella mendongakkan kepalanya menatap sang ibu.
"Kenapa bu?" tanya Stella.
"Apakah cita-cita kamu masih seperti dulu? Menjadi seorang barista?" tanya Lyla. Membuat gadis itu diam seribu di tempat.
Barista? Pekerjaan Stella yang dulu gadis itu inginkan. Tapi, apakah dirinya masih bisa bekerja setelah melakukan itu dengan Bima.
Stella menghela nafas, daripada membuat ibunya sakit hati ia menganggukkan kepalanya. Untuk hari ini dan esoknya ia tidak mau menceritakan kepada ibunya dulu.
Mungkin ini belum waktunya Stella ceritakan semuanya kepada Lyla.
...
"Bim"
Bima berhenti dan menoleh kearah belakang. Terdapat sepupunya itu sedang berjalan kearahnya.
"Lo kemarin kenapa ga singgah ke markas dulu?" tanya Ganen.
"Ga pengen dulu" jawab Bima seadanya. Setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanannya.
Ganen ingin menanyakan hal itu, tapi ia menyadari kalau mereka ada di sekolah. Ia tidak mau kalau satu sekolah mengetahui hal itu.
Langkah Bima berhenti tepat berhadapan dengan Stella yang sedang membawa buku.
Bima mengingat kejadian itu dimana ia tidak sengaja menabrak Stella dengan keadaan gadis itu membawa buku banyak. Dan kini, gadis itu persis dengan dulu. Membuat kepala Bima pusing.
Ganen yang melihat Bima sedikit oleng, segera menahan sepupunya itu.
"Lo gapapa Bim?" tanya Ganen khawatir.
"Gua gapapa, mungkin efek kecapean" ujar Bima, masih memegang kepalanya.
Sedangkan Stella hanya acuh melihat laki-laki yang sudah melecehkan dirinya. Ia melewati Bima begitu saja tanpa ingin melihat laki-laki itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, DIA, DAN KAMU
Teen FictionSEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW!! AKU, DIA, DAN KAMU Sebuah nafsu dari seorang pria membuat dunia Stella hancur dalam sekejap mata saja. Dia Bima Arya Pradana laki-laki yang yang telah melecehkan Stella dan ia juga mencintai gadis itu. Daniel laki...