Warisan - 3

108 5 0
                                    

Sore harinya, Dion yang baru sampai di kostnya langsung merebahkan dirinya di tempat tidur. Karena kejadian siang itu, dia merasa badannya remuk. Dia langsung memejamkan matanya. Antara sadar dan mimpi, dia menyaksikan seseorang melakukan ritual. Dari komat-kamit sang pelaku, dia mendengar nama Nani.

"Hei!! Hentikan! Jangan celakai temanku!" bentak Dion.

Namun, bentakan Dion tak di dengar orang itu. Orang itu terus melakukan ritual dengan cara memerintahkan makhluk itu untuk mencelakai Nani.

"Nani!" teriak Dion yang langsung terbangun.

Budi, teman kostnya yang ada di depan kamarnya terkejut.

"Dion. Kamu kenapa?" teriaknya sambil mengetuk pintu kamar Dion.

Dion menghela nafasnya sejenak. Dengan langkah gontai, dia buka pintu kamarnya.

"Aku gak apa-apa, Budi," kata Dion sambil menutupi sesuatu.

Budi memandanginya sejenak, lalu memberinya sebagian kue hasil kiriman orang tuanya pada Dion.

"Oh, oke. Selamat menikmati. Kebetulan kue itu banyak sekali. Jadi aku bagi ke teman-teman yang lain," kata Budi.

"Thanks, Budi," kata Dion.

Budi hanya mengangguk dan berjalan kembali ke kamarnya. Dion kembali masuk ke kamarnya. Dia diam sejenak.

"Mimpi itu begitu nyata. Sepertinya, Nani dalam bahaya. Aku harus menyusulnya," gumam Dion dalam hati.

Dion memakan sedikit kue itu, dan langsung berganti pakaian. Dia langsung pergi ke rumah Nani. Namun, sesampainya di sana, rupanya tidak ada orang. Karena tidak ada orang, dia langsung kembali ke kostnya dan menemui Budi, teman kostnya.

"Budi, aku pinjam mobilmu sebentar ya," pinta Dion.

Sejenak, Budi berfikir. "Oke, berapa lama kamu pinjam?"

"Palingan dua hari aja. Jaminannya, ini surat-surat motorku dan kontaknya," kata Dion sambil memberikan STNK dan kunci motornya.

Budi menerimanya, dan langsung mengambil kunci mobilnya. Tanpa berlama-lama, Dion langsung pergi menyusul Nani.

Setelah beberapa jam perjalanan, sampailah Dion di sekitar kampung halamannya Nani. Hari telah malam. Dia amati sekitar. Karena tak mengenali daerah itu, Dia turun dan menanyakan alamat itu pada seorang tukang becak yang ada di depan sebuah gang. Melalui tukang becak itulah akhirnya dia tahu lokasi tepatnya rumah Nani.

Dion langsung menuju ke rumah Nani. Sesampainya di sana, tampak ada bendera palang merah yang menandakan ada orang meninggal di rumah itu. Rumah itu masih ramai. Dia langsung memarkir mobilnya dan langsung berjalan ke rumah Nani. Sesampainya di sana, Dion terkejut melihat Anik ada di sana. Di sana, Dion di temui Suli, Pamannya Nani.

"Maaf, mau cari siapa?" tanya Suli pada Dion.

Dion sempat terdiam, lalu menjawab dengan gugup.

"Saya Dion, teman sekelasnya Nani di SMA," kata Dion sambil berusaha menyembunyikan perasaannya.

Suli mempersilahkan Dion masuk. Di dalam rumah, dia merasakan hawa di rumah itu begitu panas. Ketika Suli memanggil Nani, ada banyak sekali suara rintihan dan bisikan di rumah itu.

"Tolong … bebaskan aku …." Terdengar suara lirih di telingan Dion.

Dion memandangi sumber suara itu. Dan, di pojokan rumah, terdapat sosok seperti kuntilanak yang menangis. Di sebelah kuntilanak juga ada sosok orang tua yang wajahnya hancur.

"Nak, bebaskan kami dari belenggu ini!" kata sosok orang tua itu dengan suara lirih.

"Dion?!" Nani langsung menepuk pundaknya.

Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang