Preman

102 3 0
                                    

Note: Cerita ini adalah fiksi. Adapun kesamaan nama hanya kebetulan belaka.

Anto adalah seorang preman yang menguasai sebuah komplek pertokoan di Jakarta. Selain itu, dia juga memiliki dua anak buah, yaitu Gery dan Bejo. Bersama anak buahnya, Anto kerap meminta upeti pada pedagang di sekitar ruko. Namun, malam itu mereka bertiga mengalami nasib yang naas.

Cerita ini bermula ketika Anto dan teman-temannya yang sempat kabur selama beberapa hari karena di kejar-kejar satpol PP hendak kembali ke tempat mereka biasa meminta upeti. Di tempat persembunyiannya, Anto mengumpulkan dia orang rekannya.

"Gery, bagaimana keadaan komplek ruko Berto?" tanya Anto pada Gery.

"Sudah aman, Bos. Sip deh pkoknya," katanya dengan meyakinkan.

"Tapi, Bos. Apa gak sebaiknya kita jangan muncul dulu?" kata Bejo yang masih khawatir.

"Ah, kau ini. Khawatir kali kau ini. Satpol PP mah kalau operasi tak mungkinlah sampai lama. Kan sudah biasalah, ada uang ada kegiatan. Uang habis, selesai sudah kegiatan," balas Gery.

"Kita perlu jaga-jagalah. Toh sekarang mah mana bisa di tebak? Mungkin saja mereka pura-pura," balas Bejo kemudian.

Anto berfikir dalam-dalam. Dia teringat akan Dandy, lawan tangguhnya yang menguasai ruko sebelah tempatnya biasa minta upeti.

"Waduh, kalau gue gak segera balik, ntar si Dandy deh yang nguasai tempat itu. Tapi, kalau balik … ntar gue masuk penjara. Gimana nih?" pikirnya dalam hati.

Anto mempertimbangkan niatnya. Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke markas lama mereka di sekitar komplek ruko itu. Dengan mengendarai motornya, mereka bertiga akhirnya pergi ke markas lama mereka.

Di tengah jalan, mereka sempat berhenti. Rupanya, ada masalah pada motornya Anto. Motornya tiba-tiba mogok. Dilihatnya tangki motor itu, ternyata kosong. Motor yang di kendarai Anto sudah kehabisan bensin.

"Dasar Motor sialan!" bentaknya sambil menendang ban motornya.

"Sudah, Bos. Biar motor itu saya dorong saja sampai ada kios bensin," kata Bejo.

Akhirnya, motor Anto di dorong oleh Bejo, hingga tibalah mereka di komplek ruko di mana Anto cs biasa beraksi. Malam itu, doantara banyak ruko yang tutup, ada sebuah warung makan yang buka. Warung itu tampak ramai, tapi suasana di sana begitu hening. Gery dan Bejo sebenarnya merasa aneh.

"Bos, warung ini kok aneh?" kata Bejo dengan nada ketakutan.

Anto menatap kedua rekannya. Wajahnya tampak marah.

"Badan doang di gedein, mental pengecut!" ejek Anto.

Dengan santainya, Anto masuk ke warung itu. Tentu, niatnya meminta upeti. Gery dan Bejo yang merasa keheranan tak dapat berbuat apa-apa. Dengan sangat terpaksa, mereka berdua akhirnya ikut masuk.

"Uang keamanan! Cepat!" bentaknya ketika ada di dalam.

Anehnya, orang yang ada di depan hanya diam. Wajahnya begitu pucat dan tatapannya kosong. Anto langsung menggebrak meja.

"Heh!! Uang keamanan! Cepat!" kata Anto menatap orang itu.

Tanpa bicara, orang itu mengeluarkan semua uang yang ada di lacnya dan memberikannya pada Anto.  Kembali Anto menggebrak meja.

"Buatin gue soto, cepet!" bentaknya.

Orang itu tetap diam, namun dia berjalan ke belakang. Anto melihat ada satu meja kosong. Dia mengajak dua rekannya duduk.

"Bos, kamu ngerasa aneh gak dengan tempat ini? Jujur aja, aku merinding," kata Gery dengan suara lirih.

"Ah, kamu. Emang apa yang aneh? Kelez aja," balas Anto.

Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang