Nani adalah seorang remaja kelas 2 SMA di Jakarta. Dia sekolah di SMA Insan Permata. Di sekolahnya, Nani dikenal sebagai anak yang sangat supel dalam pergaulan, sehingga dia begitu banyak teman. Parasnya memang cantik, dan tak sedikit siswa yang mencoba mendekatinya. Namun, Nani tak pernah berfikiran untuk pacaran. Dia lebih fokus pada sekolahnya.
Namun, hari itu Nani yang biasanya ceria mendadak terdiam. Wajahnya tampak lesu dan penuh kebimbangan. Dia mengambil sepucuk surat dari sakunya. Dia baca surat itu dengan wajah bimbang. Ketika melamun, dia terkejut ketika bahunya di tepuk seseorang.
"Ciye … dapat surat nih?" sapa Anik, teman dekatnya.
Nani terkejut. Buru-buru dia melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam saku. "Eh, kamu Nik. Kepo aja deh bawaannya."
Anik tertawa lepas. "Hahaha … kamu ini. Tumben muka di tekuk kayak setrikaan kusut. Emang ada apa, Bestie? Cerita dong."
Nani terdiam. Dia seperti enggan menceritakan sisi gelap dirinya. Memang, kendati berteman sangat baik, Anik tak mengetahui sisi gelap dari Nani. Sejenak, Nani terdiam. Dia menghela nafas panjang sambil memandangi sahabatnya. Setelah beberapa saat, Nani akhirnya mulai tenang.
"Nik, kendati sudah lama kita berkawan, kamu belum tahu sisi gelap ku," kata Nani membuka ceritanya.
Anik hanya diam dan menyimak. Nani akhirnya mulai menceritakan masa lalunya.
—Cerita Nani—
Sekitar tahun 1987, di sebuah desa yang jauh dari Ibukota, hidup seorang yang bisa di bilang tuan tanah. Tanahnya begitu luas. Sawah hijau membentang luas di sana. Keluarga itu memiliki segalanya. Rumah begitu besar dan megah.
Nani yang kala itu masih kecil secara materi tak kekurangan. Namun, di balik kehidupannya yang bisa di bilang berlebih, kehidupan keluarga besarnya ternyata tak pernah bahagia. Dan, saat itu, Sang Kakek yang merasa sudah sakit-sakitan akhirnya memanggil semua ahli warisnya, termasuk ibunda Nani. Alhasil, warisan dari Sang Kakek pun di bagi.
Pembagian warisan itu begitu alot. Saudara ibunya Nani begitu berambisi ingin mendapat bagian yang banyak. Sang Kakek hanya menggelengkan kepalanya. Dan, di tengah pertengkaran itu, Sang Kakek langsung berkata keras.
"SUDAH! DIAM KALIAN SEMUA!!" bentaknya dengan sisa-sisa tenaganya.
Semua saudara ibunya terdiam. Sang Kakek pun melanjutkan perkataanya.
"Sekarang kalian dengar. Ini pembagian warisan kalian," kata Sang Kakek mulai duduk dari tidurnya.
Dia mengambil beberapa berkas yang tak lain adalah sertifikat tanah dan bangunan. Sang kakek memberikan sertifikat itu pada saudara ibunya. Satu-persatu saudaranya mendapatkannya.
Semua paman Nani mendapat warisan yang sangat banyak, sedangkan Ibunya Nani sebagai orang yang paling dekat dengan sang kakek, termasuk yang paling sering merawat kakeknya hanya mendapat sebuah rumah. Setelah semua saudaranya pulang, Sang Kakek menahan ibundanya Nani.
"Nduk, ayah sampai sekarang gak bisa merestui hubunganmu sama Harjo," kata Sang Kakek.
Ibundanya Nani hanya terdiam. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Padahal, dia sudah punya dua anak dari Harjo. Sang Kakek melanjutkan perkataannya.
"Sri, Harjo itu bukan orang yang baik. Dia terlalu dekat dengan klenik. Bukannya kamu sudah tahu masa lalunya? Bukankah dia dulunya pegawaimu?" kata Sang Kakek.
Sri hanya terdiam. Dalam hatinya, dia yang tahu masa lalu Harjo tak tahu mengapa dia mau menikahinya. Di tambah, kenekatannya itu terus membuatnya merasa bersalah. Namun apa hendak di kata, dia sudah terlanjur memiliki anak dari Harjo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Horor
HororKumpulan cerpen horor dengan berbagai kisah. Semoga cerita ini menghibur.