Sementara itu, di sebuah cafe tampak Amy tengah bermesraan dengan Rheinaldy. Sambil menggelayut manja di lengan sang direktur, Amy merajuk manja.
"Say, kapan kita menikah?" katanya sambil merajuk manja.
"Tenang, aku pasti akan menikahimu. Aku tinggal menunggu waktu yang tepat," kata Rheinaldy pada Amy.
Amy berfikir sejenak. Dia teringat akan Lena, istri Rheinaldy yang kini tengah terbaring sakit. Sambil tersenyum, dia merencanakan untuk membuat Lena meninggal.
"Oke, mungkin Lena harus aku singkirkan dulu," katanya dalam hati.
"Sayang, kita kembali ke kantor, yuk. Sudah waktunya kembali kerja," ajak Rheinaldy.
Amy menyetujuinya. Setelah Rheinaldy membayar tagihan di cafe itu, mereka berdua kembali ke kantor.
Malam harinya, Gladys yang baru pulang dari kantor di kejutkan dengan suara teriakan ibunya.
"Tolong …. Tolong …." Suara itu terdengar begitu lantang.
Gladys yang baru saja datang langsung berlari ke kamaar ibunya. Ketika sampai, dia begitu terkejut melihat perut sang Ibu membesar.
"Mama! Apa yang terjadi?!" teriak Gladys yang melihat kondisi ibunya.
"Nak … tolong …," kata Lena yang merasa kesakitan.
Belum sempat Gladys bertindak, Lena muntah darah dan saat itu juga dia menanggal.
"Mama … Mamaa!" teriaknya histeris.
Gladys memeluk jasad ibunya. Dia menangis sejadi-jadinya. Sambil menangisi kematian ibunya, dia mencoba menghubungi ayahnya, namun teleponnya tak di angkat. Berulang kali Gladys mencoba menelepon ayahnya, namun selalu gagal.
Karena panik, akhirnya Gladys keluar dan meminta tolong tetangga. Pak RT dan satpam tercengang melihat keadaan jasadnya Lena.
"Nak, kemana ayahmu?" tanya Pak RT.
"Entahlah, Pak. Berulang kali saya hubungi dia, tapi tak kunjung di terima," kata Gladys di sela tangisnya.
Tak lama kemudian, Rheinaldy dan Amy datang ke rumah. Gladys yang memang sangat matah pada Amy langsung menghardiknya.
"Oh, jadi begini ya kelakuanmu?! Gara-gara kamu papa gak mau angkat teleponku!" bentaknya sambil menampar Amy dengan keras.
Rheinaldy langsung menghardik Gladys.
"Gladys, kita tak seperti yang kamu kira. Tadi kita ada meeting," bentaknya.
"Rapat penting?! Rapat penting apa?! Pasti gara-gara pelakor sialan itu!" bentak Gladys sambil merangsek maju.
"Gladys, kamu jangan nuduh yang nggak-nggak. Memanag tadi ada meeting dadakan. Kenapa sih kamu terau curiga?* balas Amy dengan ketus.
Gladys yang berhasil merangsek maju mendorong ayahny kuat-kuat hingga terjatuh dan langsung kembali menampar Amy. Merasa tak terima, Amy hendak membalasnya, namun Gladys justru melayangkan tinjunya tepat di peipis Amy. Pertengkaran seru tak dapat di hindari. Gladys dan Amy saling menjambak. Rheinaldy dan Pak RT berusaha memisah pertengkaran itu.
"Nak, sudah. Sebaiknya kita urus jenazah Bu Lena," ajak Pak RT.
Satpam yang bersama Pak RT sempat mengamati Rheinaldy. Dia menatap heran, namun berusaha menutupinya.dan langsung mengurus jenazah Lena. Beberapa tetangga di sana akhirnya datang ke rumah Rheinaldy untuk membantu mengurus jenazah.
Setelah selesai, mereka segera menggelar tahlilan. Namun, ketika tahlilan di gelar, entah mengapa Rheinaldy dan Amy hendak keluar, namun di cegah Gladys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Horor
TerrorKumpulan cerpen horor dengan berbagai kisah. Semoga cerita ini menghibur.