Ajian Pengasihan bagian 4

101 3 1
                                    

Ajian Pengasihan bagian 4
Hari mulai gelap. Gladys terbangun dari tidurnya. Dia merasakan tubuhnya begitu letih. Dia pandangi Bu Ina yang menemaninya saat itu.

"Bi, papa sudah pulang?" tanya Gladys yang baru saja sadar.

"Belum, Non. Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Ina.

Gladys terdiam. Dia pandangi halaman luar jendela kamarnya.

Sementara itu, Tono bersama Pak Kyai tengah melarungkan benda mistis yang tadi di temukan. Sambil berdo'a, mereka menghanyutkan botol yang digunakan untuk menyimpan benda-benda mistis.

"Pak Kyai, mari kita pulang," ajak Tono.

Pak Kyai terdiam sejenak. Dia merasakan sesuatu.

'Tono,  Sosok itu akan datang bawa pasukannya. Nanti, setelah Maghrib kita akan kembali ke rumah itu," kata Pak Kyai.

Tono mengerti. Mereka berdua segera pergi ke masjid dan melaksanakan sholat Maghrib sebelum pergi ke rumah Rheinaldy.

Sementara itu, Rheunaldy yang dalam perjalanan pulang terus berfikir. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya selama ini.

"Apa yang aku lakukan selama ini? Kenapa aku kehilangan rasa pada Lena? Mengapa aku tak merasa kehilangan dia setelah kematiannya?" tanyanya dalam hati sambil menyetir mobilnya.

Teleponnya berbunyi. Rheinaldy memandangi sejenak layar hpnya. Tampak Amy tengah menghubunginya, namun tak dia angkat. Dia biarkan telepon itu terus bunyi hingga mati. Kembali telepon itu bunyi, dan tampak Amy yang menelepon, namun tak dia respon. Dia tetap mengemudi.

Tak lama kemudian, eampailah dia di rumahnya. Saat itu, dia keheranan melihat ada motor butut di depan rumahnya.

"Bi Inah … ," panggilnya dari ruang tamu.

Rheinaldy yang merasa begitu letih langsung duduk di ruang tamu. Kembali dia di kejutkan dengan getaran hpnya. Tampak sebuah notifikasi pesan dari Amy.

"Ya ampun, sejauh apa hubunganku dengan Amy? Kenapa dia mengirim pesan begini?" keluhnya dalam hati.

Lamunannya pecah ketika Bu Ina datang membawa teh hangat untuk Rheinaldy.

"Oh ya, Bi. Motor siapa di depan?" tanya Rheinaldy.

"Motor Pak Kyai, Tuan. Pak Kyai dan Tono datang untuk mengobati Gladys," kata Bi Inah menjelaskan.

"Mengobati Gladys? Kenapa tak di bawa ke dokter?" tanya Rheinaldy keheranan.

"Maaf, Tuan. Sakitnya Gladys itu bukan karena penyakit, tapi kena teluh," jawab Bi Inah.

Rheinaldy merasa keheranan, namun karena lelah sekaligus bingung, dia memilih diam. Sementara itu, Amy yang tengah menunggu Rheinaldy begitu marah menerima balasan pesan dari korban incarannya.

"Brengsek! Rupanya dia mulai menjauh. Apa pengaruhnya sudah luntur?" keluhnya dalam hati dengan wajah marah.

Amy tak tinggal diam. Buru-buru dia pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, dia kembali melakukan ritual untuk memperkuat pengaruh pengasihannya. Di sebuah kamar di rumahnya, dia merapal mantra-mantra sambil mengasapi sebuah buntalan kecil di atas dupa.

Di waktu yang sama, Rheinaldy yang tengah duduk di ruang tamu dan menemui Pak Kyai  merasakan sakit kepala.

"Aaargh! Sakit!" erangnya sambil mencengkram kepalanya.

Pak Kyai yang mengetahui segera membaca Do'a. Mendadak, Rheinaldy berdiri dan menantang Pak Kyai.

"Hentikan!! Hentikan!!" bentaknya dengan suara berat dan datar.

Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang