6) ㅡClose

306 39 2
                                    

Ketika weekday tiba sepasang teman berbagi kamar sewa itu kembali pada rutinitas masing-masing.

Ten yang akan bangun ketika Johnny telah pergi bekerja, dan kembali ketika Johnny hendak tidur. Lalu akan memiliki waktu untuk bertemu lebih banyak pada hari Kamis setelah Ten bangun dan tidak memiliki agenda.

Yang membuat berbeda adalah Ten tidak lagi banyak marah-marah, ia lebih sering diam ketika mulai merasa emosi, diamnya diarahkan pada meditasi atau sekedar mencari referensi buku. Ten mulai bisa menahan gejolak emosinya sejak kepalanya terus menyebut kalimat Johnny yang mengatakan bahwa semua masalah dapat diselesaikan satu per satu. Dan ya, sejak malam ia menghabiskan arak bersama Johnny.

Ten kembali dari kegiatannya menemui karyawan sang ayah, memiliki lebih banyak pekerjaan untuk diselesaikan namun di pekan yang sama penelitiannya tidak menunjukkan perkembangan.

"Sudah pulang?"

"Hm"

Johnny berdiri di belakang kursi gaming Ten, menopang lengan berotot nya di sandaran kursi sementara pemilik menyandarkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja.

"Kau baik-baik saja?"

"Hm"

Bukannya memberikan dukungan untuk temannya yang loyo tak bersemangat, Johnny justru menopang beratnya pada kursi hitam tersebut hingga derit kursi membuat Ten tergerak di atas kursi.

"John! " Ten mendelik marah dengan posisi berdiri menghadap orang yang telah mengganggunya. Johnny menertawai reaksi Ten yang marah.

"Kau terlihat stress teman, ayo cari kopi? "

Ten menggeleng, "Di luar mendung aku tidak mau kehujan- KAU MEMBUKA JENDELANYA?!"

Lirikannya pada jendela di sebelah ranjangnya menghentikannya mengomel.

Ia segera menghampiri jendela kamar mereka tersebut dengan tatapan tak percaya. Drama. Ia hanya takut jendelanya tak bisa ditutup.

"Ada apa?"

Ten memutar kunci di jendela terebut agar sliding jendela bergeser namun tidak ada yang tergerak.

"Jendelanya rusak terakhir kali dibuka dan tidak bisa ditutup"

Johnny mendorong jendela dari sisi luar, bahkan hampir setengah badannya nampak menongol ke luar jendela, namun tak juga bergeser jendela tersebut. Usaha yang baru saja dimulai nampak memanas karena langit benar-benar gelap tak tahan untuk menumpahkan air dari awan awan gelapnya.

"Celaka John! Airnya bisa masuk!" Panik Ten ketika hujan turun dengan deras. Keduanya saling menarik-mendorong jendela, sesekali tangan mereka menyampar satu sama lain namun karena sama-sama tengah menahan air agar tak segera masuk, tak ada pula yang protes.

"Tenang Tenang! Kau punya oli? Atau pelumas lain apapun itu?"

Ten mencondongkan badan untuk berusaha menarik jendela dari sisi luar yang memiliki handle lain. "Apa?! Pelumas? Aku tidak menggunakan-- bagaimana dengan sabun?

" Nooo!"

"Minyak rambut?! Aku punya minyak rambut!"

Minyak rambut untuk jendela, Ten ambilkan dari lacinya untuk diberikan pada Johnny.

Johnny dengan telaten dan cepat mengolesi minyak pada sliding dan engsel jendela. Tak mempedulikan kepala dan dadanya yang telah basah air hujan, "Coba lagi, 1 2 3!"

Blam!

Jendela yang masih macet itu sedikit demi sedikit bergerak hingga dengan hitungan mereka bisa tertutup kembali yang menghasilkan suara keras namun dapat kembali menghalau hujan yang telah membuat mereka basah.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang