30) ㅡI Don't Understand

142 14 0
                                    

Sekembalinya dari pusat Seoul itu Ten mengurangi waktunya selain untuk pekerjaan yang tidak bisa diwakilkan. Kebanyakan waktu Ten habiskan untuk menyendiri, baik dengan kabur ke studio, di ruangan penyimpanan arak, atau di dalam bus untuk sekedar menikmati jalanan tanpa distraksi.

Taeyong menemukannya di suatu malam Ten dengan wadah arak yang besar dan cawan kecil di dekatnya. Meja berkaki rendah itu menopang tubuh atas Ten yang lemas bersandar di atasnya.

"Kau baik-baik saja?"

Ten mengintip dari sela lipatan tangannya, "Kurasa"

Taeyong mendudukkan diri di sebelah Ten saa adiknya itu melihat notifikasi masuk pada ponselnya.

"Wajahmu semakin suram, ada apa?"

Helaan napas terdengar mengawali jawaban dari sapaannya.

"Semua karena ulahmu dan Kun malam itu"

Taeyong terkekeh sembari menyiapkan arak di hadapan Ten, meminumanya dari cawan sebelum duduk menghadap adiknya.

"Kau masih kesal karena kami membuatmu bertemu dengan Johnny?"

Ten menegakkan badannya meski tak menatap Taeyong, "Tidak juga, aku hanya..."

"Tidak tahu harus bagaimana, kalian melalukannya seolah aku akan kembali padanya, sementara aku sendiri tidak tahu apa yang kurasakan"

Taeyong memberikan cawan pada Ten yang diterima baik dan segera ditandaskan isinya. Malam sunyi bagi semua orang itu cukup tenang namun tidak dengan isi pikiran Ten, Ia masih setia berdiam diri tanpa motivasi hingga Taeyong kembali membuka suara.

"Adikmu menceritakan semuanya Ten, bagaimana kondisimu saat saat berpisah dengan Johnny, aku terlambat menyadarinya dan aku tetap merasa itu buruk, dan bertambah buruk saat kau memiiki hubungan dengan Matthew meski kau tahu itu tidak benar-benar membuatmu merasa lebih baik, pun dengan resikonya"

Ten mengangguk pelan mendengar kalimat kakaknya meski tak tahu apa tujuannya.

"Kau juga membangun tembok antara kau dengan Matthew, kau sendiri yang membatasi hak kalian karena tahu bagaimana hubungan kalian, kau tidak bahagia tapi kau mengabaikannya,"

Helaan napas dengan berat keluar dari belah bibir Ten, ia menyentuh dadanya karena sesak mengingat bagaimana dirinya terluka dan tidak bahagia selama yang ia paksakan dalam hidupnya.

"Kau menata hatimu dan membiarkannya tak tersentuh oleh siapapun agar tak diusik lagi, setelah bertahun-tahun lamanya, Ten. Waktumu telah habis, kini waktunya kau menerima seseorang untuk mengisinya, mengisi kekosongan hatimu"

Kalimat yang terdengar murni tanpa paksaan itu mengisi kepala Ten hingga membuat tangannya bergerak mengambil benda pipih yang terabaikan beberapa saat yang lalu. Ia menyentuh pesan dari nomor baru yang menghubunginya, dengan ragu ia menyimpan nomor tersebut dengan menuliskan 'J' sebagai nama pemilik kontak tersebut.

"Tidak berniat membalasnya?" goda Taeyong dengan lebih ceria, ia tahu Ten terlalu kaku untuk hal sedikit romantis sebatas membalas pesan dari kekasihnya terdahulu di depan kakaknya.

"Tidak" balas Ten singkat namun badannya bergerak cepat untuk berdiri dan menatap sekilas kakanya sebelum segera pergi kembali ke kamarnya.

Sembari mempertimbangkan ucapan kakaknya yang begitu panjang Ten kembali menghadap ponselnya, mengamati jajaran pesan yang mengajaknya bertemu putra dari kekasihnya dan makan malam. Tidak, bukankah seharusnya baik-baik saja? ia hanya memenuhi undangan dari mantannya, meski tidak, mereka tidak benar-benar berpisah sebelumnya namun kini situasinya berbeda. Ten seorang diri namun Johnny telah berkeluarga, mereka tidak lagi bisa kembali, Ten tidak akan pernah berjalan mundur ke masa lalu dan mengulangnya. hadapi semuanya dengan gentle.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang