32) ㅡTest me (21+)

456 15 6
                                    

Angin mengisi ruang dalam mobil setelah kedua jendelanya terbuka, Ten menyerit kesal menyadari perkataan Johnny beberapa detik yang lalu.

"Kau bolos terapi hanya untuk ke sini?"

Johnny melepaskan sabuk pengaman lalu menyamankan badannya pada kursinya.

"Aku menghubungi Dr. Hudson untuk mengganti jadwal, karena aku sungguh ingiin kemari denganmu, Ten"

"Hmm, sebenarnya aku tiddak setuju dengan itu tapi karena di sini sangat tenang jadi aku memaafkanmu"

"Apa... itu berarti kau akan kembali padaku?"

Ten terdiam tanpa mengalihkan pandangangannya hingga Johnny menegakkan badannya.

"Aku tidak mengerti maksudmu"

"Ten,"

Johnny menyentuh punggung tangan Ten yang bebas di dekatnya, "Aku bisa melihat kau tidak menghindariku, Ten. Kau masih menyimpannya bukan? perasaan untukku seperti dulu"

Ten memalingkan wajahnya, menatap langit malam dan sungai dari kejauhan demi menghindari tatapan yang seseorang berikan padanya.

"Aku tidak berniat menutupinya, John."

Sentuhan pada kulit tangannya mendadak kaku Ten rasakan, ia tahu Johnny terkejut akan jawabannya yang ia yakini menjawab pertanyaan asalnya sendiri.

"Aku juga tidak akan berbohong jika kau menanyakannya"

Ten menoleh, menjawab tatapan yang memiliki keterkejutan di dalamnya, "Aku masihlah menyukaimu seperti dulu"

Johnny membatu dalam keheningan malam, Ten tersenyum tipis lantaran manik matanya memancarkan rasa malu dan sedih yang bersatu.

"Tapi tidakkah kau juga dapat melihat bahwa aku juga membencimu? melihatmu juga memberiku ketakutan akan kehilangan dan itu sangat menyakitkan, John."

Sesaat Johnny melupakan caranya bernapas karena menemukan setetes air mata menuruni pipi Ten yang segera diseka oleh sang empu, Johnny menyondongkan badannya dan membawa Ten ke dekapannya, ia membiarkan Ten meluapkan perasaannya yang ia tahu adalah momen langka baginya. Bahkan saat masih menjalin hubungan dengannya Ten tidak pernah benar-benar mengungkapkan isi pikiran dan hatinya, sifat Ten yang demikian membuatnya tertantang untuk terus membersamai pria keras kepala tersebut.

"Aku tidak bohong jika aku merindukan pelukanmu" gumamnya, ia tahu Johnny akan mendengarnya namun ia tetap terdiam di dalam pelukan hangat tersebut meski pelahan kepalanya bergerak mencari spot untuk bersandar.

"Aku bahkan ingin membawamu pergi bersamaku"

Johnny kembali ke kemudinuya dan memebawa moblnya menuju jalan raya, menerjang ramainya malam dengan kecepatan meninggi hingga Ten menyengkram lengannya.

"Bisakah kau pelankan?!"

"Tidak!"

"Tolong John ini keterlaluan!"

"Aku tidak ingin meninggalkanmu lagi, Ten!"

Crash!

Boom!

Mobil yang mereka tumpangi menabrak membatas jalan dan tergulir hingga meledakkan mesinnya. Kejadiannya begitu cepat hingga membuatnya terpejam seketika.

Srak!

Ten tersentak dan terengah dengan cepat, ia mengamati dengan takut kedua tangannya yang bergetar hebat, bersamaan dengan itu Johnny membalikkan badannya. Pria berbadan besar itu menuruni ranjang Ten dan mendekati sisi di mana Ten tidur.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang