22) ㅡAnother Day

112 17 1
                                    

Aroma kopi mengisi ruangan kedap suara tersebut, bersamaan dengan diketakkannya sebuah gelas tinggi berembun dengan sedotan di dalamnya Ten mendongak, mendapati Matthew memberikan es kopi untuknya dan kopi hangat untuk dirinya sendiri.

"Kau tidak letakkan racun di dalamnya, kan?"

Matthew tertawa sembari mencari posisi nyaman di sofa pada ruangan tersebut.

"Kau sumber pemasukanku sekarang jadi untuk apa aku menjebakmu?"

Ten menggidikkan bahu setelah menyedot minuamnnya, "Well, tidak ada yang tahu bagaimana sifat asli kita, Matt"

Ruangan kedap suara itu berisi meja besar yang mengarah pada jendela berkaca besar di sudut ruangan rekaman, meja besar itu diisi perangkat kebutuhan rekaman seperti monitor, controller, music box, mikrofon, dsb. meja lainnya berisi meja dengan set komputer milik Ten. bukan tanpa alasan komputernya dipindahkan ke studio, hanya karena ia ingin lebih fokus bekerja tanpa memikirkan dunia luar.

"Ingin sesuatu untuk makan malam?"

"Jangan ajak aku bicara"

Jemari yang sibuk berselanjar di atas keyboard itu enggan berhenti bahkan untuk menjawab ajakan baik tersebut, Matt menyisir rambut coklatnya sebelum menyerah dan beranjak.

"Apa seseorang baru saja menolak makan malam?"

Ten yang mendengar suara tersebut seketika menghentikan pergerakan jemarinya. Kun berdiri di ambang pintu dengan tangan terlipat di depannya.

"Kun, aku ingin mengerjakan proposal ini"

Matt menggeleng saat Kun menatapnya seolah bertanya melalui tatapan pemiliki senyum beruang tersebut.

Kun menghampiri meja berwarna putih tersebut, ia sedikit menunduk untuk menekan dua tombol pada keyboard Ten lalu menekan tombol keluar otomatis yang kemudian membuat tulisan yang Ten kerjakan menghilang sekejap mata.

"Kun"

"Makan sekarang, aku bawakan dorrito yang tidak membutuhkan 10 menit untuk menghabiskannya"

Ten mendengus lalu melangkahkan kaki menuju dapur.

"Milikmu kuletakkan di ruang tamu" kata Kun pada Matthew yang sedari tadi mengamati keduanya.

"Oh, ya."

Kun menikmati kalguksunya dalam diam dengan mata tak melepaskan pandangan dari Ten yang sibuk berkutat dengan iPadnya. Pria itu dengan jeda lama menggigit doritto nya karena tangannya tidak berdiam untuk memegang bungkus makanan melainkan memegang stylus pen untuk mengedit layout dari desain yang sedang diperiksa.

"Luangkan waktumu sebentar saja untuk fokus makan"

Ten mengangkat kepalanya, menatap Kun tidak setuju, "Aku sudah menurutimu, bisa tidak kau tidak memintaku berbuat ini dan itu dengan begitu banyak aturan? aku lebih aktif untuk mengerjakan semuanya di malam hari, ayolah kau juga sepakat untuk aku bisa bekerja di sini"

Kun mengangguk sembari mengemasi alat makannya, "Aku tau, aku tau Youngheum-ah. Baiklah, nikmati waktu malammu, kau sudah bilang paman untuk tinggal di sini, kan, malam ini?"

Ten yang masih menghentikan makannya mendapati Kun menanggapinya tanpa marah seperti biasanya, namun kini juga tanpa memandangnya, ia kembali menggigit dorritonya kini dengan sangat lambat. Ten mengangguk pelan menjawab pertanyaan singkat tersebut.

Setelahnya Kun pergi begitu saja. Ten menghela napas dengan berat namun kegiatannya tetap berlanjut.

Matthew dengan headphone di kepalanya nampak menikmati beat yang sedang di dengarkannya. Ten tidak menyapaya karena ia sendiri punya pekerjaan, dan cukup diingat dia bukan tipe orang bermurah sapa dengan siapapun itu kecuali ia memaksa dirinya sendiri sejak awal perkenalan.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang