8) ㅡTouch (21+)

730 36 0
                                    


( Warning: Mature Content❗❕❗❕)

( saran tuk baca saat malam saja yaa )


Tangan yang diinfus tak menghalangi Ten untuk dapat melakukan kegiatan apapun yang bisa ia lakukan di ruangan dominan putih.

"Bubur sup bubur sup kenapa tidak ada makanan lain?" Gumam Ten setelah seorang petugas membawakan 'camilan' untuknya.

Efek obat belum bekerja membuat Ten melancarnya jemarinya pada layar iPadnya, mengerjakan checking pada karya yang hendak rilis dari perusahaan ayahnya, sesekali ia berbicara sendiri mengirimkan voice message pada seseorang yang ia yakini akan didengar oleh tim desain di perusahaan.

Selesai dengan pekerjaan pertamanya Ten terdiam beberapa saat, teringat dengan percakapan keluarganya ketika Johnny datang bertamu, mereka membicarakan pekerjaan Johnny di televisi swasta lokal.

Ten memasukkan nama roomate nya tersebut pada mesin pencarian. Matanya membaca tak percaya bahwa nama Johnny memiliki jejak bagus di internet, banyak artikel dan tayangan seputar pria yang ternyata bertanah kelahiran di Chicago, Amerika tersebut. Acara ragam dan berita siang itu juga memiliki jadwal dan penayangan yang apik selama dibawakan oleh Johnny.

Johnny Suh.

Tak heran ayahnya tidak asing dengan sosok Johnny. Seketika jiwa kompetisi Ten tersinggung, usia mereka sama, terhitung muda untuk memasuki dunia kerja yang begitu keras tapi Johnny telah lebih dulu memulai semuanya. Ten pikir ia telah cukup dini mengambil start dalam melanjutkan kariernya sekaligus menjadi penerus perusahaan kecil keluarganya, tapi di kenyataannya belum ada hasil yang bisa dipetik dan dibanggakan.

"Huft..."

Ten mematikan layar lebar tersebut sebelum membiarkan kantuk menyerangnya.

Matahari mulai tertutup kelabunya awan, siang terik mendadak syahdu dengan rintikan hujan. Johnny sama seperti hujan yang tiba-tiba datang dengan senyuman, seolah tidak bisa menahannya saat ia menatap Ten tertidur dengan posisi meringkuk seperti bayi.

Dengan telaten Johnny benarkan posisi tidur Ten, "Si Paling Keras Kepala"

Menunggu si teman yang tidur Johnny membuka laptop dan mengerjakan narasinya. Tidak sampai satu jam seorang perawat menyapa dengan ramah. Memeriksa kondisi Ten meski sang empu tengah terlelap.

"Jika dalam 12 jam sudah tidak merasakan nyeri lagi maka pasien bisa memilih untuk tetap rawat inap atau rawat jalan, tuan bisa informasikan pada kami di pengecekan yang terakhir"

Perawat menyelesaikan urusannya dengan baik, meninggalkan Johnny kembali bersama Ten dalam keterdiaman panjang hingga getaran pada saku kemeja Johnny meminta atensi sang pemilik.

"Yo, Mark? Wait a second"

Johnny segera keluar dari kamar inap tunggal tersebut untuk menjawab panggilan lebih lama, takut bila percakapannya dalam sambungan akan mengganggu Ten.

"Ten?"

Mata yang terbuka lesu itu menemukan Johnny memasuki kembali kamarnya, Ten sebenarnya sudah bangun sejak perawat menyapa Johnny namun Ten hanya ingin mendengarkan.

"Apa masih sakit? Atau kau membutuhkan sesuatu?"

"Hm"

Ten bergumam sebelum berusaha untuk mendudukkan diri dan langsung dibantu oleh Johnny.

"Aku ingin kopi"

Tak!

Johnny menyentil kepala Ten dan membuat sang empu meringis seketika namun melayangkan tatapan menusuk.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang