3) ㅡCool

448 42 8
                                    

Hangat pada punggung membuat Ten menggeliat pelan dan bergerak menghindari hangat yang datang dari sela tirai kamarnya.

"Aku membangunkanmu?"

Ten menggeleng  sebagai jawaban singkat pada pertanyaan Johnny, karena nyatanya cahaya pagi, atau siang, adalah hal yang membuatnya terbangun, meski enggan membuatnya beranjak. Ten mendusalkan wajahnya kembali guna mencari kenyamanan seperti sebelum terusik mentari.

Tapi karena alam bawah sadarnya telah pelahan memudar Ten terpaksa membuka matanya, pandangannya bertemu dada bidang berbalut kaos longgar dengan wangi maskulin yang menyenangkan. Aroma Johnny begitu dekat dengannya membuat Ten seketika memundurkan badannya sehingga dentuman lututnya mencium kasar lantai membuatnya membuka mata lebih lebar.

"Shh--sakit sakit!" Ten terduduk mengusap lututnya yang nemerah sementara orang lain yang mendiami ranjangnya menggeliat menyadarkan diri seperti Ten.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak!"

Ten menoleh pada Johnny yang mengawasinya dengan khawatir karena jatuhnya Ten dari ranjang cukup keras.

"Bagaimana, ah kenapa kau tidur di ranjangku?"

Terlihat cukup panik namun ditutupinya dengan raut bertanya-tanta, tentu saja seperti itu, bagaimana jika kita bangun di pelukan seseorang dengan kondisi topless?

Johnny terkekeh sembari bergegas merenggangkan badannya menuju dapur. Menyiapkan air panas untuk membuat teh meski hari sudah cukup panas di luar.

"Kau mabuk dan memelukku ketika aku memindahkanmu, lalu kau kepanasan dan kukira kau ingin aku melepaskan bajumu"

Ten membuang pandangannya, wajahnya memerah menahan malu akibat mendengar kelakuannya semalam. Ah, ia mabuk? Mungkin hanya kelelahan dan minum membuatnya terlelap lebih awal. Apa ia melakukan tindakan di luar batasnya? Ten ragu untuk bertanya, ia memutuskan untuk segera bersiap, namun langkahnya gontai dan berakhir harus bersandar pada lemari.

"Uh?" Rintihan pelan Ten saat merasakan perutnya nyeri untuknya berjalan.

"Ten?"

"Aku baik" Hadang Ten ketika Johnny hendak mendekatinya. Ten belum mencari perginya kaos sialan yang melepaskan diri darinya dan kini perutnya bergejolak tak nyaman yang mengundang orang lain mendekat tanpa ragu.

Ten meraih satu lembar roti di dalam lemari dapur ketika Johnny membuatkan teh untuknya.

"Terima kasih"

"Kau suka tato?"

Johnny membuka topik ketika Ten dengan tenang menjinakkan nyeri di perutnya.

"Ya"

"Kau punya tato yang cantik"

Ten mengangkat sudut bibirnya, seseorang melihat tato biru merahnya dan menyebutnya cantik. Bunga kesukaannya itu cantik.

"Kau akan pergi?"

Ten mengangguk, Johnny melihatnya mengambil handuk sehingga menyimpulkan Ten memiliki agenda untuk dilakukan.

Dengan kaos putih dan jaket denim penampilan Ten nampak elegan namun tetap fresh, ia juga mengenakan kacamata bingkai hitam yang tipis sehingga kesan anak muda baik-baik begitu kental padanya. Oh, jangan lupakan rambut panjang yang poninya dibiarkan mengembang, Ten memiliki vibe retro yang menyenangkan.

"Sepertinya kau dalam mood bagus, kau akan pergi berkencan?"

Ten yang tengah memasukkan ipad dan beberapa barang lainnya ke ransel kini membalikkan badannya.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang