7) ㅡHospital

318 36 3
                                    

Dengan sebuah buku di tangannya Ten menikmati perjalanannya kembali ke kondominiumnya. Pintu terbuka ia disapa dengan gaduh canda tawa dari dalam kamar, ia lupa bahwa Johnny mengatakan akan membawa temannya berkunjung.

"Oh Ten"

"Halo" Cicit Ten dengan kaku.

"Mark, ini Ten teman sekamarku. Dan Ten, ini Mark adik sepupuku"

"Halo hyung"

Pria beralis camar dengan kulit putih bersih nampak masih muda, lebih muda dari Ten dan memiliki akses Korea yang unik.

Ten melenggang sopan untuk menyimpan tas dan jaketnya ke dekat lemari. Johnny dan Mark sibuk melihat tayangan di ponsel yang membuat keduanya tertawa dan sesekali adik laki-laki itu memukuli sang kakak karena membicarakan hal yang kocak namun setelah melihat Ten bersiap dengan headphone dan kelas online-nya lantas Johnny memukul pelan bahu sang adik.

"Kau perhatian sekali" Goda Mark yang dibalas helaan napas oleh Johnny. Keduanya kembali sibuk berbincang hingga Yuta teman di kampusnya datang, Ten ingat wajahnya maka dari itu Ten menyapanya dengan gestur meski tengah kelas.

Ten menaikkan volume pada komputernya ketika ketiga orang lainnya makin asyik berbincang yang membuat suara mereka menembus headphone. Helaan napas Ten hembuskan pelan, berharap tidak merasa terganggu oleh orang lain yang ia tidak perlu sebutkan namanya.

Setelah kelas selesai Ten membuka software mengedit gambar yang ia butuhkan untuk keperluan komersial, Ten membuka jasa editing sebagai freelance, ia memanfaatkannya untuk menambah yang ia sebut sebagai uang senang-senang. Meski realitanya adalah untuk membeli makanan.

Volume dari pemutar musiknya kini dipertinggi berharap dapat makin mengurangi suara yang makin kencang menembus headphone-nya. Ten meremat mouse di tangannya, berharap segera mendapatkan ide dan berhenti memikirkan Johnny yang mulai dianggapnya melanggar janjinya (untuk tidak menggangu teman sekamar). Demi Tuhan bahkan suara tawa Johnny kini banyak ia dapat dengar di tengah musik EDM yang ia putar. Tolong, Ten tidak mau mendadak tuli jika harus menaikkan lagi volume musiknya.

Ten memejamkan mata sebelum akhirnya berdiri dari kursi sembari melepas headphone-nya. Gerakannya yang tiba-tiba membuat Johnny perlahan berhenti dari tertawa lepasnya. Ten membalikkan badannya untuk menatap Johnny dalam diam, sontak Mark dan Yuta berhenti berbicara dan turut memperhatikan Ten.

"Johnny?"

Seolah tahu maksdunya, Johnny menegakkan punggungnya, "Ten, hari ini saja, aku sudah lama tidak bertemu mereka".

Tatapannya tenang tanpa sirat memohon ataupun merasa terganggu dengan sikap Ten yang begitu tertib hingga dengan halus memperingatkan Johnny akan kesepakatan mereka di awal, pun Johnny merasa ia berada di ambang tindakan melewati batas dalam arti mengganggu kenyamanan Ten yang nampak sibuk tersebut.

"Hm? Tentu" Ten mengangguk lalu melintasi mereka yang tengah bersantai di sofa, Ten kembali untuk mengambil jaket dan tas selempangnya, ia mematikan komputer serta memasukkan iPad serta beberapa buku ke dalam tas untuk dibawa pergi. Ten pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata seperti yang biasa ia coba terapkan.

"Dude, is he mad at us?"

Johnny yang menatap kepergian Ten kini mengalihkan atensinya pada Mark yang bertanya-tanya.

"Tidak, sepertinya ia memang hanya ingin pergi, biasanya menemui karyawan ayahnya di sekitar sini"

Di jalanan mendung Ten memikirkan kemana harus pergi, kakinya berhenti melangkah setelah tak sadar telah sampai di cafe langganannya. Ia menghela napas kasar sebelum menjejakkan kaki ke tempat yang buka 24 jam tersebut.

[ ✔️] Roomate But Kissing || JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang