Vote sebelum membaca, Happy reading.
__________________________________Di sebuah perusahaan yang besar, disalah satu ruangan yang terletak di lantai 10 ada seorang laki-laki yang sedang mengetik² sesuatu di laptopnya.
"Akhirnya selesai." ucapnya sambil meregangkan tubuhnya. "Cape tangan gue ngetik mulu dari tadi."
Clekk
Pintu ruangannya terbuka, laki-laki itu melirik kearah pintu. Oh ternyata kakaknya. "Gimana rasanya jadi CEO, pak Heeseung?." tanya laki-laki itu pada adiknya.
"Lo rasain aja sendiri, cape njir lo enak Bang cuma jadi TI." ucap Heeseung pada kakaknya.
Haechan—kakaknya Heeseung. Kembali berucap setelah ia mendudukkan dirinya. "Lo pikir jadi TI enak? ENGGAK, jadi TI juga ga enak lagian Ayah ngadi² udah tau kita masih kuliah malah disuruh ngurus perusahaan dia, mending kalo di jadiin staf lah ini malah dijadiin TI sama CEO." ucap nya mengingat bagaimana Ayah mereka menyuruh mereka mengurus salah satu perusahaannya.
"Hm, mana gue belum dapat sekertaris pengganti HaRam lagi." Ucap Heeseung, ia memang belum mendapatkan sekertaris baru pengganti HaRam-sekretarisnya yang ingin mengundurkan diri.
"Kenapa gak di adain kek audisi gitu?." tanya seorang gadis yang baru masuk keruangan Heeseung.
Kedua laki-laki itu pun mengalihkan atensi mereka pada gadis yang baru masuk tadi.
"Kebiasaan masuk gak ngetuk pintu dulu." ucap sang pemilik ruangan sambil memutar bola matanya.
"Nyinyinyi, siapa suruh pintunya ga ditutup."
Heeseung menyipitkan matanya pada Haechan. "Hehe sorry gue lupa."
"Tapi ide lo bagus juga, Ram." Ucap Haechan. "Gimana Seung, setuju gak?."
Heeseung mengangguk. "Oke, besok kita adain audisinya selama 2 hari aja." ucapnya.
𝒟𝑒𝓈𝓉𝒾𝓃𝓎
Musik mulai diputar, seorang laki-laki yang memiliki julukan Ice Prince mulai meluncur dan berputar² disepanjang arena es. Beberapa menit kemudian musiknya sudah berhenti gerakan yang sangat indah sebagai penutup penampilannya.
Prok prok prok.
Suara tepuk tangan yang sangat meriah mengema di tempat yang cukup dingin itu. Sebelum kembali ke tempat duduknya laki-laki itu membungkukkan badannya terlebih dahulu lalu ia pun kembali ke tempat duduknya.
"Keren banget Hoon, penampilan lo tadi." ucap Jay. Memberikan tepuk tangan pada sahabatnya.
"Iya, gue yakin lo pasti menang lagi." timpal Jake.
"Kalo gue menang taruhannya apa?." tanya Sunghoon sambil mengangkat sebelah alisnya menunggu jawaban kedua sahabatnya.
"Yeu pake taruhan segala." ucap Jay memutar bola matanya malas. Ya begitulah Sunghoon setiap kali ia di puji pasti minta hal hal yang aneh.
"Kimbab gimana?."
"Deal! Jay yang traktir." ucap Jake sedikit berteriak saat mendengar makanan yang disebut Sunghoon. "Kali ini gue setuju sama kemauan lo."
Jay membulatkan matanya. Lagi lagi dirinya yang ditunjuk untuk mentraktir. "Lah kok gue yg traktir??."
"Yey makan makan enak." seru Sunghoon dan Jake. Padahal Jay belum menyetujui ucapan kedua sahabatnya tapi mereka sudah menganggap Jay setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny -REVISI-
Teen Fictionft. Enhypen & Weeekly. "It's about their destiny." Tentang mereka, tentang kisah cinta mereka dan tentang rumah yang tidak pantas di sebut rumah.