One

152 18 1
                                    

"Jadi beneran gak ada yang selamat, pak?." tamya gadis itu lagi pada tim pencari.

"Iya, para tim pencari hanya menemukan beberapa barang korban dan beberapa puing-puing bagian pesawat, kami tidak menemukan satu korban pun." ucap salah satu tim pencari dengan berat hati.

Tangisan gadis itu semakin pecah saat mendengar perkataan dari salah satu tim pencari. "Hiks.....ga mungkin Ayah sama Bunda pasti selamat, Pak tolong cari orang tua saya mereka ga mungkin gak selamat mereka pasti selamat Ayah bisa berenang jadi Ayah saya bisa nyelametin Bunda. Pak, tunggu apa lagi tolong temukan mereka hiks........hiks." Ia kembali menangis histeris sampai ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai karena tidak bisa menerima kenyataan jika orang tuanya sudah pergi untuk selamanya.

"Karena langit sudah mulai gelap jadi pencarian akan kami lanjutkan besok." ucap ketua tim pencari.

Keluarga korban yang lainnya semakin menangis histeris. Termasuk gadis itu.  Ni-ki yg berdiri disamping gadis itu, pun berjongkok. Tanpa sadar tangannya bergerak mengusap punggung gadis di sampingnya. "Gue turut berduka cita.....gue harap lo bisa kuat."

"Hiks hiks Ayah Bunda ga mungkin ninggalin Zoa sendirian kalian ga mungkin ninggalin aku, kalian kan janji mau ngeliat kelulusan aku tapi hiks......sekarang aku sendirian disini." gadis yang memanggil dirinya Zoa itu semakin menangis sambil memeluk koper orang tuanya yang ditemukan tim pencari.

"Kehilangan orang yang disayang itu emang sesakit itu dan gue pernah ada di posisi lo sekarang, gue punya nenek dan gue sayang banget sama dia tapi kayaknya tuhan lebih sayang sama dia dan tuhan menjemput dia. Mungkin tuhan juga sayang banget sama orang tua lo kayak lo sayang sama mereka, dan sekarang diatas sana—." ucap Ni-ki sambil menatap keatas diikuti Zoa yang juga menatap keatas dengan air mata yang masih membasahi kedua pipinya. "—mereka lagi ngeliat lo, mereka juga pengen liat lo bahagia dari atas sana." lanjutnya.

"Mungkin yg kamu bilang emang bener aku sayang banget sama Ayah dan Bunda. Tapi kayaknya tuhan lebih sayang sama mereka makanya tuhan ngambil mereka, dan aku harus belajar untuk merima ini semua walaupun berat.....dan aku harap Ayah Bunda bahagia diatas sana." ucap Zoa sambil tersenyum walaupun air matanya masih berjatuhan ia memaksakan untuk tersenyum.

"Eum.....mau ikut gue kesuatu tempat gak? Mungkin disana lo bisa nenangin diri lo."

Zoa menatap Ni-ki. "Kemana?."

"Ikut aja yuk."





𝒟𝑒𝓈𝓉𝒾𝓃𝓎



Akhirnya sekarang Sunoo sudah sampai dibandara, tapi setelah Ni-ki dan Zoa pergi dari bandara.

"Ck! Tuh bocah dimana sih di chat malah gak dibales." ucap Sunoo sambil berjalan mengelilingi bandara mencari Ni-ki.

Ia pun mengambil handphone nya yang ada disaku hoodie hitam nya. Baru saja ia ingin menakan nomor Ni-ki tapi ia justru mendapatkan telpon dari seseorang.

"Kenapa dia nelpon?." dengan cepat Sunoo menggeser icon berwarna hijau lalu ia arahkan benda pipih kesayangannya itu ke telinganya.

"Hallo?."

"Unoo.....bisa ketempat biasa gak?."

"Lo kenapa?."

"Gue butuh lo.....sekarang unoo."

"Oke oke gue ke sana sekarang, jangan kemana-mana tetap di sana."

Tut

Destiny  -REVISI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang