"Kalian ada info kosan sekitaran FISIP?"
Tikta mengernyitkan dahi lantas menoleh pada Langit yang kini asik membaca rundown acara besok. Dia merasa aneh karena tidak biasanya Langit menanyakan info kos. Kontrakan Langit telah dibayar lunas sampai lulus jadi hal itu mustahil jika Langit akan pindah dari sana.
"Buat siapa? Lo gak mungkin pindah dari kontrakankan?"
"Buat Bintang. Bukan buat gue."
Kini Arjuna mulai tertarik dengan perbincangan ini. Entah kenapa Arjuna merasa ada kejanggalan antara dua manusia itu. Dia merasa hubungan Langit dan Bintang tidak sesederhana adik kelas maupun tetangga samping rumah. Tetangga di kota besar apalagi lingkungan rumah Langit itu lingkungan elit, aneh bukan jika mereka seakrab itu. Tidak mungkin keluarga Langit sepeduli itu mengurus Bintang. Memang kemana keluarga Bintang?
"Kok lo yang nyariin kosan?" Pertanyaan itu langsung dilontarkan oleh Arjuna. Bukannya Langit kemarin seakan tidak peduli pada adik tingkatnya itu. Malah Langit terlihat jutek jika Arjuna ataupun Tikta menanyakan perihal Bintang dan memilih segera mengalihkan pembicaraan.
"Yang dikenal Bintang di Surabaya kan cuma gue disini. Ya gue disuruh nemenin dia."
"Ya udah di kosan gue sama Ar aja. Kebetulan ada yang kosong."
"Kosan gubuk punya kalian gak cocok sama Bintang. Lagipula gak boleh nerima tamu."
"Kurang asem lo ye. Udah dikasih solusi pake ngatain kosan gue lagi. Emang siapa yang bertamu ke Bintang? Lo gitu?"
"Sahabatnya itu yang bakal sering nyamperin Bintang. Makanya gue nyari yang boleh nerima tamu. Dan satu hal lagi, kudu bisa bawa mobil. Soalnya dia bakal bawa mobil."
Arjuna dan Tikta tak lagi terkejut jika mendengar fakta mengenai kekayaan yang mengelilingi kehidupan Langit. Apapun yang berkaitan dengan Langit pasti berbau uang. Lalu pertanyaan selanjutnya bagaimana latar belakang keluarga Bintang? Pasti keluarganya bukan keluarga sembarang karena mereka pun ada di lingkaran pergaulan keluarga produser terkenal.
"Oke gue gak kaget kenapa Bintang bisa kenal lo. Berarti keluarga dia bukan keluarga sembarangan. Sekarang gue tanya dia anak siapa? Gak mungkin dong dia anak tukang sayur keliling depan rumah produser terkenal." Arjuna semakin penasaran.
"Bokapnya Bintang itu duta besar Indonesia untuk Finlandia. Semua keluarga dia ada di sana. Tinggal dia sendirian aja yang di sini."
"Anjrit!" Umpat Tikta dan Arjuna bersamaan. Tidak salah lagi dugaan Arjuna. Bintang pasti bukan dari keluarga sembarangan.
"Gue habis ini bakal deketin Bintang deh. Siapa tau habis gue lulus bisa kerja di kedutaan. Mencari ralasi ordal dari sekarang."
"Terus kenapa dia gak ikutan pindah? Kenapa milih tetep di Indonsesia?" Kini Tikta yang pensaran. Alasan apa yang membuat si kecil itu bertahan untuk tetap tinggal disini. Jika dilihat dari segi pendidikan tentu Finlandia termasuk salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia.
"Ya mana gue tau. Tanya aja sendiri."
"Terus kalau sendirian, dia tinggal sama siapa di Jakarta? Di rumah lo, Ngit?"
"Enggak."
Langit terus berbohong. Tidak mungkin dia bilang kalau Bintang tinggal bersamanya sejak kepindahan keluarganya ke Finlandia. Pasti teman-temannya ini akan terus bertanya kenapa bisa tinggal bersama dan lain-lain.
"Terus dia diurusin siapa? Bokap lo?"
"Iya, bokap gue yang ngurus. Orang tua si Bintang nitip anaknya ke bokap gue kalau masalah administrasi dan lain-lain. Jadi ya gitu. Kita kan udah saling kenal dari jaman SD."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang di Langit Senja
FanfictionLangit tak sehangat jingga. Tidak ada bintang di langit senja. Cahayanya tidak bisa merengkuh gelapnya angkasa. Indah yang hanya sebuah fatamorgana. Awan-awan mulai mengabu, menutup pandangan menuju dirimu. Seucap pesan membawa bintang menuju perjal...