Bintang berjalan gontai ke arah parkiran. Terlihat di kejauhan mobil Langit yang sudah menyala menunggu kedatangannya. Akhirnya Nata mengalah pada Langit meskipun mulutnya berkomat-kamit mengucap seisi kebun binatang. Beribu kata maaf Bintang lontarkan pada sahabatnya itu.
"Maaf udah buat Langit nunggu. Maafin Nata juga ya? Langit tahu sendiri Nata kayak gimana orangnya."
"Hmm..." Langit menjawab dengan gumaman kecil. Bintang pun tak mempermasalahkan itu.
Bintang diam pun dengan Langit di sebelahnya. Deru mesin mobil dan ramainya jalanan mendominasi suasanya di antara mereka. Tak ada seucap kata yang terlontar. Bahkan untuk bertanya akan kemana saja Bintang tidak mau. Hanya duduk diam, patuh ke arah mana mobil akan melaju.
Tibalah mereka di salah satu bangunan yang cukup layak dengan parkiran luas. Bintang lantas turun mengekor pada Langit yang sudah terlebih dahulu berbincang dengan sang penjaga kos. Semua pertanyaan penting seperti harga kos dan lain-lain ditanyakan Langit, Bintang hanya diam di belakangnya. Sampai pada pertanyaan paling penting yaitu bolehkah menerima tamu? Saat penjaga kos mengatakan tidak boleh, Langit langsung berpamitan tanpa melihat kamar kosnya terlebih dahulu. Senyum Bintang terukir tipis di bibirnya. Rasanya Langit tahu kalau Nata akan sering mengunjungi Bintang maka dia menanyakan hal itu.
Tidak jauh dari bangunan kos pertama, hanya berjarak sekitar dua menit menggunakan mobil. Kosannya terkesan mewah dengan gaya minimalis modern. Bintang langsung jatih hati. Seperti di awal, Langitlah yang bertanya ini itu dan Bintang hanya mengekor pada tunangannya. Kosan kali ini boleh menerima tamu. Bahkan tidak ada jam malam, bebas. Keamanan pun terjamin karena memiliki satpam yang akan berjaga dua puluh empat jam. Lantas Langit dan Bintang mulai diajak berkeliling.
Fasilitas kos terlihat memadai. Mulai dari dapur umum, parkiran yang luas, dan kamar mandi dalam. Namun ada yang membuat Langit sedikit mengerutkan dahi. Jika begini Bintang tahu pasti Langit tidak akan setuju dengan kos ini.
"Kenapa?" Bintang berbisik.
"Gak suka." Jawab Langit singkat. Bagi Bintang yang akan menempatinya, rasanya tidak ada yang membuatnya tidak suka dengan kos ini. Pendapat Langit tidak terlalu penting.
"Kami lihat-lihat dulu ya, Pak." Ijin Langit undur diri.
Sesampainya mereka di dalam mobil, Bintang kembali pada pertanyaannya. Apa yang membuat Langit tidak suka dengan kos tadi?
"Gak suka kenapa?"
"Gak suka gue sama kosannya. Ternyata campur cowok cewek. Udah jorok lagi. Cari yang lain."
Bintang hanya mengangguk patuh. Memang beberapa area terlihat tidak terurus dengan baik. Penghuni di sana juga kurang menjaga kebersihan pribadi. Namun sebenarnya Bintang tidak masalah, tapi jika Langit bilang tidak dia hadi tidak ingin berdebat.
Senja dan jingga terhampar luas di depan mata. Matahari melambai mengucap salam di ufuk barat. Sampai waktu sekarang, tidak ada satu pun kos yang disetujui oleh Langit. Hingga tiba-tiba terdengar suara kerucuk perut Langit yang berhasil melukis senyum simpul di bibir Bintang. Pertanda waktunya makan malam.
"Ayo makan dulu. Langit laperkan?"
"Gak usah ngeledek."
"Bintang gak ngeledek kok."
"Lo mau ketawakan? Ketawa aja."
"Enggak."
Langit melirik Bintang yang sedang menutup mulutnya karena tertawa. Terlihat lucu. Tanpa sadar senyum pun hadir di bibir tipisnya. Ternyata ada satu sisi hatinya yang sedang menabung rindu pada Bintang kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang di Langit Senja
FanfictionLangit tak sehangat jingga. Tidak ada bintang di langit senja. Cahayanya tidak bisa merengkuh gelapnya angkasa. Indah yang hanya sebuah fatamorgana. Awan-awan mulai mengabu, menutup pandangan menuju dirimu. Seucap pesan membawa bintang menuju perjal...