18

96 29 8
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Hentakan kaki Suzy terdengar seperti tupai yang sudah dicabut bijinya.

"Aku tidak menghiburmu!"

"Tidak apa-apa," kata El menahan sudut bibirnya yang terus naik. "Tapi aku harus menjelaskan satu hal ini... Aku tidak menggunakan kakiku untuk menyelesaikan pertanyaan."

"Aku– Aku tahu!" teriak Suzy, merasa bersalah.

El akhirnya menundukkan kepalanya, menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Dia tidak bisa menahan tawa yang mengalir keluar.

Saat bahunya bergetar, Suzy bertanya dengan bingung. "Senior! Apa kau menangis?" Dia perlahan mendekatinya. "Sungguh... Apa kau benar-benar menangis?"

Dengan kepala tertunduk, El sengaja mengeluarkan suara isak tangis dan berkata,"...Baiklah. Seperti yang kau katakan, aku cengeng dan bodoh."

"Apa? Aku tidak mengatakan itu!"

"Aku hanya kotoran yang tersangkut di kuku kaki troll."

"Kenapa kau mengatakan itu tiba-tiba?"

"Aku seekor cacing yang bahkan tidak bisa digunakan sebagai umpan."

"Itu tidak benar!"

Tiba-tiba, Suzy meletakkan tangannya di pipi El dan mengangkat wajahnya. El terkejut dan menurunkan tangannya yang menutupi wajahnya.

"Jangan mengatakan hal-hal seperti itu!" kata Suzy dengan air mata terbentuk di sekitar matanya. "Kau bukan cacing!"

El menahan napas. Fakta bahwa dia hanya menggoda Suzy lenyap dari pikirannya. "Hah..."

"Itu normal untuk mendapatkan nilai seperti itu!"

"Aku..."

"Kau bisa melakukannya dengan baik di ujian berikutnya!"

Setelah menyelesaikan kata-katanya, Suzy menarik napas kecil, masih memegang erat wajah El dengan tangannya. Matanya yang berwarna zamrud lembab.

"Kenapa..." El perlahan menghembuskan napas yang ditahannya dan membuka mulutnya. "Apa kau akan menangis..."

Kau membuatku salah paham.

"Ah!"

Suzy menyadari tindakannya dan dia menarik tangannya karena terkejut. Tapi bahkan sebelum dia sempat mundur satu langkah, El menyambar pergelangan tangannya.

"...Kalau begitu, bantu aku," kata El dengan suara rendah; itu anehnya hangat. "Kurasa aku bisa melakukannya jika kau melihatku dari samping. Ayo belajar untuk ujian bersama."

Mata Suzy terbuka lebar, melihat tangan El melingkari pergelangan tangannya.

"Aku tidak akan mengganggu pelajaranmu," tambahnya dengan cepat saat Suzy tidak menjawab. "Tidak?"

Dia menunggu dengan cemas jawaban Suzy. Setelah beberapa saat, gadis itu mengangguk perlahan.

"Benarkah?" El bertanya lagi. Dia tertegun tak percaya saat gadis itu setuju.

"Ya, ayo kita lakukan bersama," jawab Suzy, suaranya bergetar.

Ekspresi El menjadi cerah.

Apa ini mimpi? Sehari di perpustakaan bersama Suzy Keenan... Tidak, belajar untuk ujian!

Ini memberinya kesempatan untuk lebih dekat dengan Suzy.

"Aku... Senior, bisakah kau melepaskanku?" Suzy bertanya dengan hati-hati. Pergelangan tangannya masih tergenggam di tangan El sementara pria itu bersukacita.

Unrequited Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang