35

72 23 1
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Alun-alun besar yang meskipun kau memindahkan semua rumah di Brom ke sana, masih akan ada banyak ruang kosong. Sebuah jalan yang luas dimana bahkan sepuluh gerbong bisa melewatinya dengan nyaman. Bangunan jalan yang lebih besar dan lebih indah dari rumah besar Baron Connor. Orang-orang berjalan dengan mengenakan segala macam pakaian bagus.

Mata Suzy melirik ke luar gerbong pada pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Gerbong itu, membawa dua anak yang terheran-heran dan seorang wanita bangsawan memandangi mereka, berlari cepat menuju mansion.

Kediaman Nyonya Triana, tempat tinggal Suzy dan Mark selama perjalanan mereka ke ibu kota, berukuran dua kali lebih besar dari rumah besar Baron Connor. Dia memperlakukan Suzy dan Mark sebagai tamu resmi dan memberi masing-masing kamar tamu yang mewah.

Suzy berdiri mematung sejenak, terkejut melihat betapa luasnya ruangan itu, yang sebesar rumah mereka. Kemudian, dia dengan bersemangat naik ke tempat tidur mewah bertingkat tinggi.

Ketukan datang di pintu saat dia mengagumi tempat tidur yang nyaman dan empuk.

"Nona, kamar mandinya sudah siap. Apa kau ingin mandi sekarang?"

Oh, nona?

Mata Suzy melebar saat dia dipanggil oleh pelayan. Dia tidak pernah dipanggil nona sebelumnya.

Saat tidak ada jawaban, pelayan itu bertanya lagi,"Nona? Apa kau di dalam?"

"Oh, aku..." Suzy segera bangkit dari tempat tidur dan berlari ke pintu. Dia membuka pintu dan mengintip ke luar.

Pelayan itu, berdiri dengan ekspresi bingung, menatap Suzy dengan heran dan segera tersenyum ramah.

"Apa kau ingin mandi sekarang? Atau apa kau ingin mandi setelah makan malam?"

Astaga! Kau rela bersusah payah menyiapkan bak mandi dua kali hanya untukku.

Suzy melambaikan tangannya dengan heran. "A-aku akan melakukannya sekarang." Dia dengan cepat meninggalkan ruangan dan mengikuti pelayan yang mengantarnya berkeliling.

Yang mengejutkan, saat dia mengikuti pelayan itu, sebuah bak mandi besar beraroma parfum sudah menunggunya dan yang lebih mengejutkan lagi, pelayan yang sudah membimbingnya membantunya mandi. Dia merasa canggung dengan sentuhan asing dari seseorang selain ibu dan neneknya, tapi untuk sesaat, matanya yang lelah karena bepergian, terpejam dengan mulus.

Aroma halus dari lilin di dinding membuatnya merasa nyaman.

Itu adalah perjalanan pertamanya. Pengalaman pertama kali.

Suzy sangat bersemangat. Istana Kekaisaran, Pasar, Museum dan Kuil. Hatinya melonjak memikirkan bahwa dia akan mengunjungi mereka semua.

Seolah-olah sesuatu yang luar biasa sedang menunggunya, sesuatu yang bahkan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

---

Dan prediksi Suzy tidak salah.

Selama perjalanannya ke ibu kota, kenangan paling tak terlupakan Suzy terjadi di tempat yang tak terduga. Itu bukan di istana kekaisaran, pasar besar, museum, atau kuil yang menjual segala macam barang aneh, yang sangat ingin dia kunjungi.

Itu di Marquis Everen, rumah bangsawan yang belum pernah dia dengar.

Hampir sebulan setelah kunjungannya ke ibu kota, Nyonya Triana menyarankan pada Suzy untuk pergi makan siang yang diselenggarakan oleh Marquis Everen. Dikatakan acara itu untuk wanita dari segala usia.

Unrequited Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang