21

96 30 6
                                    

Sorry for typo(s)!

---

"Itu luar biasa. Aku pikir itu hanya rumput biasa yang tumbuh di mana-mana."

"Terkadang bahkan rumput liar bisa digunakan sebagai obat." Suzy selesai menjelaskan bunga itu. Kemudian dia tersenyum, senyum malu-malu seolah-olah dia malu mendapati dirinya terlalu banyak bicara.

"Oh, kalau dipikir-pikir, aku tahu rumput ini." El menemukan rerumputan dengan daun lebar di sekelilingnya dan memungutnya tanpa ragu. "Ini adalah tanaman bernama Moganara. Kau mengunyahnya seperti ini." Dia memasukkan daun itu ke mulutnya dan mengunyahnya beberapa kali. Setelah itu, dia meletakkan daun yang dimuntahkan di lengan bawahnya. "Jika kau mengoleskannya di area yang gatal, maka akan terasa kurang meradang dan gatal."

Dia kemudian menatap Suzy dengan wajah 'Aku benar, 'kan?'.

"Karena aku punya alergi, aku hanya ingat khasiat ramuan ini. Aku tidak tahu tentang hal lain."

"Ya. Kau mengingatnya dengan baik. Selain itu, rumput Moganara adalah rumput biasa, jadi kau bisa mengambilnya dan menggunakannya kapan saja." Suzy tersenyum dan memuji El.

El merasakan jantungnya berdebar sekali lagi, melihat senyum Suzy terarah padanya.

Aku tidak percaya aku sangat bahagia hanya dengan satu senyuman.

El merasa seperti orang bodoh.

Ya, ini baik-baik saja untuk saat ini. Andai saja aku bisa bersamamu seperti ini.

"El!"

Ketenangan tanah kosong itu terganggu oleh suara seseorang yang memanggilnya, diikuti oleh suara langkah kaki yang tergesa-gesa. El berbalik. Itu temannya, Kai.

Kai segera melintasi taman dan berhenti di depan El, terengah-engah.

"El, kau harus kembali ke akademi sekarang!"

"Apa yang sedang terjadi?"

"Adipati Berg ada di sini. Dia– Dia menunggumu di kantor kepala sekolah."

"Ayah?" Wajah El menjadi sangat gelap. Kunjungan adipati ke Akademi tidak terduga.

Bagaimana dengan upacara pembukaannya? Hari ini jelas merupakan upacara pembukaan Pelabuhan Libourg. Ini adalah acara penting, jadi kenapa adipati ada di sini?

"Senior El." Suzy memanggilnya. Dia juga tampak terkejut dengan kunjungan mendadak sang adipati. "Pergilah."

"Suzy." El menggigit bibirnya. Momen bahagia yang mereka bagikan lenyap dalam sekejap seolah-olah sudah dipotong. "...Baiklah. Maafkan aku. Ayo belajar bersama nanti."

Mendengar kata-katanya, Suzy diam-diam menganggukkan kepalanya.

El mulai berjalan pergi. Saat dia meninggalkan taman, dia dengan santai melihat ke belakang. Suzy berdiri di tempat yang sama, menatapnya. Hati El seberat batu; dia sudah gagal menepati janjinya pada Suzy. Dia tidak peduli dengan kunjungan ayahnya.

---

El mengetuk pintu kantor kepala sekolah.

"Silahkan masuk."

Suara yang menjawab bukanlah suara kepala sekolah. Saat El membuka pintu dan masuk, Adipati Berg berdiri dengan punggung menghadap ke belakang. Dia berdiri di depan jendela besar, memandang pemandangan kampus yang luas.

Di hadapan El, sang adipati perlahan berbalik. Dia memiliki rambut pirang yang mempesona dan bertubuh besar. Saat dia melihat ke arah El, ekspresinya begitu dingin sehingga dia tidak terlihat seperti sedang melihat putranya, yang sudah lama tidak dia lihat.

Unrequited Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang