Sorry for typo(s)!
---
Saat dia mengingat kembali perjalanannya ke ibu kota, dia teringat pada anak laki-laki yang dia temui di taman Marquis Everen.
Apa kabar? Jangan bilang kau berjongkok di tepi danau lagi.
Ingatannya tentang anak laki-laki yang berjongkok sendirian dan menggaruk kulitnya sampai berdarah adalah sesuatu yang sulit untuk dilupakan.
"Nenek, apa kau tahu cara membuat obat untuk alergi tanaman rambat Maram?" Suzy bertanya pada neneknya, yang sedang mengeringkan jamu.
"Alergi Maram? Kenapa tiba-tiba kau menanyakan itu pada nenek?"
"Yah, aku hanya penasaran,"
"Itu mudah." Neneknya tersenyum dan mengelus kepala Suzy dengan tangannya yang kasar. "Itu hanya obat alergi. Nenek tahu segalanya!"
Wajah Suzy berseri-seri mendengar bualan neneknya. Maka dari itu, dia mulai membuat obat alergi dengan bantuan neneknya. Dia tidak tahu kenapa, tapi tangannya bergerak sendiri.
Aku kira itu karena aku merasa menyesal melihatnya berjongkok sehingga itu tidak pernah hilang dari pikiranku.
Suzy berpikir begitu.
Ya, itu menyebalkan, tapi entah kenapa itu menggangguku. Itu seperti melihat seekor anjing basah kuyup di tengah hujan dan itu membuatku ingin membantunya. Tapi bagaimana aku bisa memberikan ini padanya?
Dia bingung karena obat yang sudah jadi.
Bisakah aku mengirimkannya ke Adipati Berg?
Tapi, dia menyadari itu semua adalah kekhawatiran yang tidak berguna.
Dia adalah Pangeran Berg. Jelas bahwa para dokter terkemuka Kekaisaran akan memeriksa kesehatan keluarga sang adipati siang dan malam.
Seorang pengemis mengkhawatirkan orang kaya. Bahkan jika itu bukan obatnya sendiri, bocah itu pasti sudah menerima perawatan terbaik.
Akhirnya, Suzy menghela napas ringan dan memasukkan botol obat itu ke dalam etalase.
Buang-buang waktu dan tenaga untuk membuatnya, tapi apa yang sudah selesai tetap selesai.
Tetap saja, Suzy memutuskan untuk puas dengan fakta bahwa dia membuat obat untuk seseorang yang kesakitan.
Seiring berjalannya waktu, hari-hari memikirkan anak laki-laki itu semakin sedikit dan penyesalan karena tidak bisa mengirimkan obat pun memudar.
"Suzy, obat alergi yang kubuat tempo hari masih ada di lemari. Bukankah kau membuatnya untuk seseorang?" tanya nenek Suzy.
"Aku hanya mencoba membuatnya. Akan berguna untuk mengetahui cara membuat obat apa pun," jawab Suzy dengan senyum tegas.
Mendengar jawaban Suzy, neneknya tersenyum bahagia.
"Yah, nenek akan memberitahumu semua yang nenek tahu tentang kedokteran, jadi jangan khawatir! Kau akan mengambil alih apotek ini suatu hari nanti."
Senyuman Suzy sedikit memudar mendengar kata-kata neneknya, tapi tak lama kemudian dia tersenyum lebar. "Ya, tentu saja."
Suzy, berpura-pura tenang, bermimpi lagi di sudut hatinya. Mimpi yang tidak bisa dia ceritakan pada siapa pun.
Itu untuk pergi ke ibu kota lagi.
Tentu saja, dia mencintai Brom, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan, tapi dalam benak Suzy, pemandangan ibu kota yang semarak dan megah jarang meninggalkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love [END]
RomanceRemake dari For Your Failed Unrequited Love~ --- Selebriti Akademi Xenonium. Semua siswi menyukainya. El Berg. Baru-baru ini, ada seseorang yang mengganggunya. Suzy Keenan, hanya satu tahun lebih muda darinya. Gadis yang berpenampilan sangat biasa-b...