CHAPTER 8

4.7K 440 12
                                    

HAPPY READING

Lova duduk di kasur dengan wajah merenggut, tangannya memukul mukul bantal tak bersalah seolah sedang memukul seseorang. Cewek itu benar-benar kesal sekarang.

"Aaaaaa, Riel sialan. Gue bukan burung yang di kurung seenak jidat" geramnya

Lova kesal, bagaimana tidak? Cowok itu tiba-tiba pergi dengan menyuruh Lova masuk ke kamar lalu menguncinya begitu saja. Ia di kurung, oh ayolah. Lova itu berjiwa bebas, mana betah dia di kamar begini.

Tak lama cewek itu memilih berbaring, matanya mengamati langit-langit kamar.

"Riel terobsesi sama gue" gumamnya "apa gue terima dia? Tanpa usaha apapun dia udah masuk perangkap duluan"

"Tapi......" cewek cantik itu memilih berbaring menyamping, air matanya luruh "gue takut kecewa, gue takut setelah gue nerima dia, dia bakalan ninggalin gue."

"Gue mau pulang, tapi itu hal yang mustahil. Terbakar? Mana bisa gue selamat" kekehnya miris

"Apa yang harus gue lakuin..." matanya terpejam, Lova bimbang. Haruskah ia menerima Gheva? Menerima cowok itu di hatinya, bukan sebagai sandiwara semata.

Lama berfikir membuat Lova tertidur dengan keadaan wajah yang sembab.

Tak lama cewek itu tidur, pintu kamar terbuka. Menampakkan Gheva dengan raut datar serta tatapan tajam andalannya. Namun raut datar dan tatapan tajam itu langsung berubah ketika melihat Lova yang meringkuk di atas ranjang.

Dengan perlahan kakinya melangkah, cowok itu berjongkok. Menyamakan tingginya dengan Lova. Tangan nya terulur guna menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik Lova.

"Dia nangis" gumam Gheva ketika melihat wajah sembab itu "dia nangis karena gue?"

Manik mata cowok itu bergetar "maaf..." lirihnya, ia sadar telah mengurung cewek cantik itu.

Wajahnya perlahan mendekat, dengan lembut cowok itu mengecup puncak hidung Lova dengan hangat. Lalu beralih pada pipinya.

Tangan kanannya beralih mengelus pipi Lova, mata elang itu tertuju pada bibir mungil Lova "gue nggak bakal ngelewatin batas tanpa seizin dari lo Lov" ujarnya dengan senyum tipis

"Gue emang brengsek, tapi gue juga sangat ngehargain lo."

Gheva akui, obsesi nya memang gila. Tapi itu demi cintanya. Ia tak ingin berpisah dari Lova.

Memikirkan sesuatu membuat Gheva tertawa hambar "kalo lo tau apa yang udah gue lakuin sama lo, apa lo bakal maafin gue Lov" lirihnya.

.
.
.

Kening Lova mengernyit, perlahan cewek itu membuka matanya sembari menghela nafas berat.

Manik matanya menatap langit-langit kamar, lalu menoleh ke samping melihat seseorang yang tidur dengan posisi duduk dengan tangan Lova yang menjadi bantal.

"Pantes keram" gumam Lova sembari meringgis kecil.

Cewek cantik itu hendak membangunkan Gheva, namun ia urungkan melihat wajah tenang dan damai itu ketika tidur. Tangan kirinya yang bebas perlahan mengelus lembut rambut tebal Gheva.

Telunjuknya menekan nekan pipi tirus Gheva, lalu beralih memencet hidung mancung itu.  Senyuman terbit di bibirnya ketika melihat wajah damai itu mengernyit tak suka.

Lova beralih menepuk pelan pipi Gheva hingga cowok itu bangun. Matanya yang sayu menatap Lova dengan pandangan memelas.

'Pindah sini, jangan tidur duduk ntar sakit badanya' titah Lova dengan tangan yang menepuk-nepuk kasur sebelah kirinya.

RIELOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang