CHAPTER 14

3.6K 348 16
                                    

HAPPY READING

Lova membuka matanya perlahan, ia bangkit, lalu memandang Gheva yang masih tertidur lelap di sampingnya. Cewek itu duduk termenung, memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.

"Xena"

"Kala"

"Dev"

"dan....Luna"

Lova menunduk, menatap tangannya yang saling bertaut "Dealova Xeriyna"

"Ghevariel Kalangga"

"Aca Karluna"

"Dev...? Siapa dia? apa dia....." cewek cantik itu mengernyit bingung, telinganya berdenging ngilu, dengan segera kedua tangannya menutup rapat telinganya "akhhh" teriaknya tertahan

Gheva yang tadinya tidur terbangun, ia dengan segera bangkit lalu memegang kedua bahu Lova "heii, sayang kenapa hm?" tanya nya

Lova tak merespon, cewek itu menggigit bibir bawahnya kuat. Gheva yang melihatnya dengan segera memeluk Lova "kenapa hm? Bibirnya jangan di gigit okay"

Lama Lova terdiam sembari menahan ngilu, setelah rasa ngilu itu reda ia mendonggak, menatap Gheva yang juga menatapnya khawatir.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit? Kamu kemarin juga kehujanan, kita kerumah sakit ya?" ucap Gheva, cowok itu benar-benar khawatir terhadap keadaan kekasihnya.

Lova bungkam, matanya memanas, tak lama isakan kecil keluar dari bibirnya.

"Riel...."

"Kenapa?" jawab Gheva lembut, cowok itu menangkup kedua pipi kekasihnya "jangan nangis!"

"Kenapa kamu ngakuin kalo kita yang udah dorong Dev...?"

Deg!!!

Pertanyaan itu membuat tubuh Gheva menegang, cowok tampan dengan tatapan elangnya itu menatap Lova dalam.

"Kenapa nggak kamu bilang kalo Aca yang udah dorong Dev? Jawab Riel, kenapa?" tanya Lova sembari mengguncang bahu Gheva.

Menatap sang kekasih dengan intens, Gheva merapikan rambut Lova, cowok itu membasahi bibir nya sekilas "mereka udah terlanjur percaya, kalo waktu itu aku bilang Aca yang dorong, jelas mereka nggak bakal percaya"

"Kenapa?" tanya Lova lirih

Gheva kembali menangkup kedua pipi Lova, ia tersenyum lembut "sayang, dengar! Bukan hanya sekedar anak pembantu, di belakang Aca ada seseorang yang selalu menutupi perilaku busuknya"

"Siapa?"

"Ayah nya, Tuan Alex" jawab Gheva

Manik Lova bergetar, cewek itu shock, dari ingatannya Tuan Alex adalah pamannya sendiri "tapi....kenapa dia ngelakuin ini semua, dan kenapa kita nggak tau kalo Aca anak.....Paman?"

Gheva terkekeh, cowok itu mengecup kening Lova lembut "Ia menyembunyikannya, Aca adalah anak kandungnya bersama dengan seorang jalang di sebuah club malam, seminggu dia membawa Aca ke rumah, istrinya meninggal"

"Tante Rissa meninggal karena kecelakaan, dan itu memang di sengaja. Rencana Alex, setelah Aca besar ia akan memasukkannya ke dalam mansion kamu, dengan status anak angkat, tapi kedua orang tua kamu tidak pernah mengidahkan, fokus mereka hanya ke kamu" tuturnya, cowok itu kembali berfikir, mengingat ngingat kejadian itu yang ia dapat dari orang suruhannya.

"Karena rencana awal gagal, ia kembali memasukkan Aca dengan menyuap seorang pelayan, mengatakan jika Aca adalah anak pelayan itu. Dan ya, rencananya berhasil, Aca masuk mansion dan menjadi bagian dari kita ketika bermain"

"Aku sudah curiga dari awal, hingga aku menyuruh Uncle Bram untuk menyelidikinya, sehari sebelum kejadian itu terjadi bukti sudah di tanganku, namun hanya sebuah rekaman suara" ujarnya, Gheva kembali menyandarkan tubuhnya pada headboard kasur, cowok itu mengangkat tubuh mungil Lova lalu mendudukannya di pahanya, kemudian memeluk cewek itu erat.

"Dan ketika kejadian itu terjadi, sengaja aku mengatakan kalau kita yang mendorong Dev..." cowok itu mendonggak, menghalau air matanya ketika mengingat tentang Dev, atau Devandra Kalingga, kakak kembar nya yang sudah tiada.

"Jika aku mengatakan Aca yang mendorong, dan mengeluarkan bukti itu, maka hukuman kita akan bertambah, sudah pasti Alex akan membalikkan semua keadaan untuk melindungi Aca, menyewa pengacara handal dan mengatakan jika rekaman suara itu palsu"

Lova diam menyimak, otaknya mencerna semua kejadian yang di bicarakan oleh Gheva, tangannya menepuk pelan lengan cowok itu.

"Waktu itu kita hanya seorang anak kecil, yang tidak punya apa-apa, di tambah orang tua lebih percaya dengan Aca. Aku pikir keputusanku adalah yang terbaik, ketika mereka hendak mengirim kamu ke luar negri, sengaja aku suruh Uncle Bram untuk ikut denganmu, membuat seolah olah kecelakaan, namun ternyata kecelakaan itu benar terjadi, dan dari itu semua kamu koma, batin kamu terguncang, ingatan kamu hilang, hingga menyebabkan kamu eggan untuk berbicara lagi" cowok itu mengecup puncak kepala Lova berkali kali "tapi aku bersyukur, kamu mau kembali berbicara dan sudah mengingat semuanya dengan sendirinya, tanpa paksaan ataupun terapi" kekehnya

"Riel, kenapa Paman pengen banget ngebuat Aca menjadi bagian dari kami?" tanya Lova penasaran

"Harta warisan" jawab Gheva "ia menginginkan harta warisan yang akan turun 70% kepada Ayahmu, dan jika Aca menjadi bagian dari kalian, ia yakin Aca bisa merebut semua harta warisan itu"

Lova yang mendengarnya mendengus kesal "sampai segitunya, emang harta bakal dibawa mati apa?!"

"Sekarang kamu udah dapat semua bukti-bukti kejahatannya?" tanya Lova, cewek itu mengelus pipi Gheva lembut.

Gheva memejamkan matanya, menikmati elusan dari sang kekasih "sebagian" jawabnya, ia kembali membuka mata "mau ikut bergabung?" tanya nya bercanda

Namun siapa sangka, pertanyaan itu malah di angguki serius oleh Lova "aku mau"

Gheva terkekeh geli "emang apa yang bakal kamu lakuin sama otak kecil kamu ini?"

"Kecil-kecil gini berguna yaa" mata Lova melotot, cewek itu mendegus kesal "kenapa nggak kamu manfaatin aja pertunangan kalian"

Melihat Gheva yang terdiam Lova kembali bersuara "aku tau karena nggak sengaja ngedengar waktu kalian bicara di kelas, aku nggak marah, cuma kesal aja. Walau kamu nggak mau sama dia"

"Aku rasa dia udah mulai berubah sekarang, manfaatin pertunaangan kalian, buat dia menjadi bucin ke kamu kayak dulu lagi. Di balik itu, kamu korek semua informasi dari dia, kalau udah dapat baru kita serang balik, buat mentalnya hancur" Jelas Lova

"Lalu nyerahin semua bukti kejahatan mereka ke polisis" lanjutnya

"Emang kamu nggak cemburu?" Gheva mengangkat satu alisnya

"Cemburu lah, tapi aku tau dimana nempatin rasa cemburu itu. Di kondisi kita, aku nggak mungkin ngerepotin kamu" jawab Lova

Gheva tersenyum, ini salah satu alasan mengapa dulu ketika orang tuanya berencana untuk menjodohkan Lova dengan Dev ia tidak setuju, sementara dirinya akan dijodohkan dengan Aca, bagi Gheva itu tidak adil, Lova hanya untuknya, Lova adalah pasangannya, sesuai nama mereka, RieLova.

"Jadi....."

"Mulai besok kamu dekatin Aca, buat dia buncin ke kamu kayak dulu lagi. Jangan beritahu siapa-siapa tentang hal ini, termasuk sahabat kamu, biarlah rencana ini kita jalani berdua aja" ucap Lova

"Fokus ke hubungan kalian, masalah Alex biar aku sama Uncle Bram yang urus, lagian aku yakin, kalau kamu bersikap baik ke anaknya, dia nggak bakal ngapain-ngapain kamu, termasuk kedua orang tua kamu, aku juga yakin mereka nggak bakal mukul kamu lagi" ujarnya

Hehe, selamat datang di awal kehancuran Deby. Emang lo nggak salah, tapi raga yang lo tempati itu banyak salahnya. Batin Lova

To Be Continue.......

Vote and komen jangan lupa okay, sekian terimakasih.

Oh iya, tandain kalo ada typo.

RIELOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang