CHAPTER 21

1.1K 125 15
                                    

HAPPY READING

Gheva merenung, cowok itu mengusak kasar rambutnya, permintaan Lova bak beban berat bagi dirinya. Menjauhi gadis itu? Sementara sehari tidak memeluknya saja Gheva nyaris gila, yang benar saja?

"Aku nggak bisa Lov!" desahnya malas, ia berbalik menatap Lova yang sedang duduk anteng sembari memperhatikan kuku-kuku cantiknya.

Gadis itu melirik Gheva sekilas, kemudian kembali pada kegiatan awalanya. "Nggak bakal ngerugiin kamu, cuma ini satu-satunya cara, kamu benar-benar perlakuin dia kayak kamu cinta banget ke dia, cuma beberapa bulan Riel, aku yakin setelah itu rencana selanjutnya bakal mudah buat kita lakuin." tuturnya.

Melihat keterdiaman Gheva, Lova bangkit, ia menangkup wajah tampan cowok itu. Ini juga bukan keinginan nya, tapi apa boleh buat? Jika orang yang mereka lawan bukanlah orang biasa.

Mata teduhnya memandang Ghvea lamat, ia tersenyum manis yang mampu membuat degub jantung Gheva menggila.

"Beautiful," lirih nya.

"Riel... Mau ya? Kali ini." kata Lova dengan nada lembut.

Gheva mengangguk tanpa sadar, manik nya seolah terkunci oleh manik teduh gadis di hadapan nya. Dealova Xeriyna selalu mampu mengalihkan dunia seorang Ghevariel Kalangga.

Melihat anggukan itu senyum Lova mengembang cerah, ia meneluk laki-laki kesayangan nya itu dan di balas dengan erat.

Wajah ayu dengan tatapan teduh itu berubah menjadi senyum miring, manik matanya berbinar cerah. Lova tak sabar untuk bermain, pasti menyenangkan melihat permainan ini dimana dirinya adalah seorang pengendali.

Bakal gue buat lebih seru daru novel-novel sebelumnya, batin gadis itu.

***

Melihat jam di pergelangan tangannya, pukul tujuh malam. Aca keluar kamar, ia menuruni anak tangga bak seseorang yang memang di lahirkan dengan sendok perak.

"Mau kemana? Kok rapi gitu?" pertanyaan itu keluar dari bibir mama nya.

Aca tersenyum, ia berlari kecil menghampiri Viona yang duduk anteng menonton televisi.

"Aca mau keluar, sama Gheva Ma. " jawabnya dengan senyum malu-malu.

Viona terkekeh melihat itu, ia mengelus kepala Aca dengan sayang, senyum lembut keibuan selalu terpancar dari dirinya. Namun sayang, senyum itu salah tempat ia limpahkan. "Serius? Dia udah nerima kamu?"

Aca mengangguk antusias. "Udah Ma, di sekolah dia selalu sama aku, kayaknya dia udah cinta banget sama Aca, Ma." ujarnya sembari tersenyum hingga matanya menyipit.

Viona terkekeh, "anak Mama cantik gini, nggak mungkin Gheva nggak suka."

"Ih, Mama, Aca Malu." ucapnya cemberut.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara pintu mengalihkan perhatian ibu dan anak itu, Aca tersenyum senang. "Itu pasti Gehva." katanya semangat.

Aca langsung bangkit, ia berjalan menuju pintu utama.

Ceklek!

"Gheva," dengan ceria ia menyambut Gehva, ingin menubruk tubuh cowok itu dengan sebuah pelukan namun Gheva segera menghindar.

"Dandanan lo udah rapi, takutnya ntar kalo meluk gue bakal berantakan. Ini kencan pertama kita." cetus Gheva cepat sebelum Aca menyadari.

Senyum Aca semakin mengembang mendengar kalimat perhatian itu, ia dengan malu-malu memperlihatkan cowok itu masuk. "Si-silahkan masuk dulu Ghev, Mama ada di dalam."

RIELOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang