CHAPTER 23

1.4K 137 5
                                    

HAPPY READING

"Panik kau Dek, Dek." Lova terkekeh, ia menjilat es krim di tangannya, tubuhnya ia senderkan pada mobil yang entah milik siapa, manik matanya menatap arah laju nya mobil milik Gheva.

Ia melirik sekilas ke arah restoran berbintang itu, sebelum melangkah pergi, meninggalkan sedikit keheningan di tempat parkir restoran.

Kakinya melangkah santai, gadis itu memakai hoodie oversize berwarna coklat, hotpants levis, dengan sepatu bots wanita berwarna hitam, rambut panjangnya ia gerai dengan bebas.

Kalian tidak salah menduga, ia benar mengikuti Gheva dan Aca, siapa tahu akan ada pertunjukan bagus, dan ternyata benar, ia melihat pertemuan ayah dan putrinya yang sangat mengharukan menurutnya.

"Durhaka banget lo Ca, ngelupain Bapak sendiri, ckckck." ujarnya sembari menggeleng kecil.

Jalanan masih sangat ramai, para pejalan kaki di trotoar yang keluar malam juga masih banyak. Inilah hal yang di sukai Lova di dunia novel ini, para pejalan kaki yang menikmati suasana malam masihlah banyak.

Para pedagang kaki lima yang menjarahkan dagangan mereka berjejer rapi, tempat mereka bersih-bersih, hal yang sangat indah untuk di pandang.

"Vibes nya kek di Malioboro," kekeh nya, ia menatap para pedagang itu, hingga matanya jatuh pada penjual cilor.

Dengan kening di kerutkan, gadis itu meraba saku hoodie nya dan menemukan uang dua puluh ribu rupiah. "Hehe, jajan ah." dengan antusis ia menghampiri pedagang itu.

"Mang, cilor nya sepuluh ribu ya, makan sini." katanya.

"Ah, siap Neng. Di tunggu ya."

Lova mengangguk, ia duduk di kursi yang sudah di sediakan, gadis itu duduk diam dengan wajah antusias.

Tujuh menit kemudian, pesanannya telah jadi. Ia tersenyum menatap si penjual. "Makasih, Mang."

"Sama-sama Neng, selamat makan."

Meninggalkan dunianya yang teramat rumit karena ulahnya sendiri, ia mulai fokus menyantap cilor-cilor yang nampak menggoda, cabai bubuk dari cilor itu ia tambah lagi.

"Enak banget," serunya. Gadis itu dengan semangat terus menyantap makanan nya itu.

"Boleh kita duduk?"

Suara berat seorang laki-laki memasuki indera pendengarannya, Lova mendongak menemukan dua orang asing laki-laki tampan yang menatapnya.

"Duduk aja." jawab nya acuh setelah seperkian detik, dan kembali melanjutkan makan nya.

"Boleh kenalan?" suara itu kembali terdengar, Lova mengangguk saja.

"Gue Bagas, dan ini Deon." ujar cowok itu ramah, "dan nama lo?"

"Dea." jawab Lova.

"Oh, salam kenal Dea." tukas Bagas.

Lova hanya mengangguk ringan, ia menuangkan air ke dalam gelas yang sudah di sediakan, kemudian menegaknya hingga tandas.

"Lo sendiri De?" tanya Bagas, sepertinya cowok ini lebih banyak omong dari pada teman di samping nya, pikir Lova.

"Iya."

Mendengar jawaban singkat itu, Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, cowok itu merasa canggung, kakinya menyenggol kaki Deon di bawah meja, membuat Deon menatapnya.

"Lo yang benar aja, diam dari tadi, yang ngebet sama dia itu lo, ngomong kek." bisiknya teramat pelan.

Deon hanya melirik sekilas, ia menatap kembali gadis cantik yang sangat menarik di matanya. "Kenapa lo sendiri?"

RIELOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang