"KA KAMU SIAPA?" Tanya Rendy sambil menjatuhkan kayu bakar di tangannya.
"NINGSIH DIMANA? KAMU APAIN DIA?" Tanya Niko dengan nada tinggi.
"Saya gak tau mas. Lepaskan tali leher saya. Sakitttt, tolonggg!!"
"Nik dia kan yang bunuh diri tadi. Dia mayat tadi kan nikkkkk."
"Ren kita larii rennn, rennnn ayoo rennn!!!!"
Mereka berdua ketakutan dan pergi meninggalkan perempuan itu.
"LEPASKAN TALI LEHERKU!!!!"
Mereka tak peduli dan terus lari sekencang-kencangnya untuk mencari jalan keluar hutan.
________
Sementara di rumah Ningsih.
"Mell, Amell."
"Hah, iya. Ningsih ada apa?" Jawab Amel terbangun dari tidurnya.
"Rendy sama Niko udah pulang?"
"Loh bukannya tadi ikut kamu nyari kayu bakar ya?" Tanya Amel terheran-heran.
"Iya, tadi kita nyari kayu bakar. Terus kita pencar. Karena aku terlalu fokus mengambil kayu bakar, aku tidak memperhatikan mereka. Saat aku panggil dan balik badan, mereka udah nggak ada."
"Aku ngga tau apa-apa, ini aja aku bangun juga karena kamu sendiri yang bangunin."
"Maaf ya mel, aku gak tau. Aku kira mereka udah pulang duluan. Aku gak tau kalo ternyata mereka masih di hutan."
"Aduh gimana dong, yaudah kita cari mereka sekarang!!" Ucap Amel lalu pergi keluar kamar.
"Gak bisa mel, di luar gelap. Sebentar lagi hujan turun." Ucap Ningsih menghentikan langkah Amel.
Kemudian Amel mengambil handphone untuk melihat jam.
"Lihat sekarang jam 2 siang. Kita masih ada waktu untuk mencari mereka."
Tiba-tiba bu Rumi masuk ke dalam rumah dan bertanya-tanya.
"Ada apa ini? Kenapa kalian sangat panik." Tanya bu Rumi penasaran.
"Bu Rumi habis dari mana? Tanya Amel balik.
"Saya habis ngelayat dari rumah tetangga yang bunuh diri tadi. Ini juga baru pulang dari pemakamannya. Soalnya di luar gelap banget, hujan juga mau turun."
"Tapi ibu tadi siang di sini kan? Ibu nyuruh saya makan di dapur kan?"
"Loh nggak nak, habis naruh piring bunga di bawah kasur tadi ibu langsung pergi keluar ngelayat. Emangnya ada apa? "
Amel hanya terdiam lalu menangis sambil memegangi kepalanya.
"Mel kamu kenapa mel?" Tanya Ningsih sambil merangkul Amel.
"Ningsih tolong, temen-temen aku hilang. Bella juga gak sadarkan diri, aku harus gimana Ningsih. Tolongg aku Ningsih tolongggg." Ucap Amel menangis dipelukan Ningsih.
"Nak Amel, udah nak. Sini duduk dulu. Tenang ya." Ucap bu Rumi memenangkan Amel.
Kemudian Ningsih pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih.
"Amel minum dulu ya. Semua akan baik-baik saja kok." Ucap Ningsih sambil memberikan air itu ke Bu Rumi.
"Ini nak, minum dulu!" Ucap bu Rumi sambil meminumkan air itu ke Amel.
Setelah itu, Amel terdiam dan pandangannya kosong seperti tidak percaya dengan kejadian yang menimpa ketiga sahabatnya.
Tak lama kemudian hujan turun dengan derasanya. Kilat dan petir menyambar. Karena kondisi rumah gelap Ningsih pun mulai menyalakan lentera.
Sementara Amel masih duduk terdiam di kursi ruang tamu berharap kedua sahabatnya pulang dengan selamat sebelum adzan magrib.
__________
"Ren ayo rennn! Cepat rennn!!!
Rendy dan Niko masih mencari jalan keluar hutan. Mereka kesulitan karena hujan deras dan keadaan sangat gelap.
Mereka terus berlari agar bisa kembali ke rumah Ningsih.
"Nik gue capek nik." Ucap Rendy terengah-engah.
"Ren kita harus cepat pergi ren. Kita ini tersesat dan gatau sekarang dimana."
"Gw tau nik gw tauuuu, terus sekarang gimana? Hah gimanaaa?"
Mereka berdua hanya bisa pasrah dengan keadaan. Rendy sudah merasa lelah dan Niko pikiranya sangat kacau.
"Ren ayo ren, jangan nyerah gitu aja. Kita pasti bisa keluar dari sini."
"Iya nik, kita harus bisa keluar dari sini. Kasihan Amel sama Bella pasti mencari kita."
Mereka pun kembali mancari jalan agar bisa keluar dari hutan. Waktu menunjukan pukul 17:20, tapi mereka tak kunjung menemukan arah jalan pulang.
Cahaya kilat menyambar, Rendy dan Niko melihat sebuah pohon yang tak asing dari kejauhan.
"Ren itu bukanya pohon pisang?"
"Iya nik, itu pohon pisang. Kita pernah melewatinya waktu baru datang ke sini kan?"
"Iya berarti di situ ada jalan nik, ayo kita kesana nik."
Mereka pun lari dan menghampiri pohon pisang itu yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ren ini, jalan renn. Kita selamat renn."
"Iya nik, ini jalan yang persis yang kita lewati kemarin."
"Ayo ren, kita ikuti ren. Ayoo rennnnn!"
Mereka pun mengikuti jalan itu dan mulai melihat perumahan.
Setelah kurang lebih setengah jam akhrinya mereka bisa kembali melihat perumahan warga.
Waktu magrib telah tiba, akhrinya mereka bisa keluar dari hutan itu.
"Alhamdulillah, kita selamat ren." Ucap Niko bahagia sambil memeluk Rendy.
Lalu mereka kembali jalan untuk secepatnya pergi ke rumah Ningsih.
__________
Waktu menunjukan pukul 17:50, Amel masih duduk terdiam di ruang tamu. Ia masih menunggu kedatangan kedua sahabatnya itu.
"Mell, makan dulu yuk." Ucap Ningsih sambil membawakanya sepiring nasi.
Tak ada jawaban, Amel hanya terdiam dengan pandanganya yang kosong.
TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Dengan capat Amel berdiri dan langsung membuka pintu itu.
"Rendyy, Nikoo." Ucap Amel menangis histeris dipelukan mereka berdua. "Kalian kemana aja? Gue khawatir sama kalian."
Akhirnya mereka berdua pulang ke rumah Ningsih dengan selamat. Ningsih yang berdiri di belakang Amel terharu melihat persahabatan mereka.
NEXT PART 8
Jangan lupa komen & vote (pencet bintang di bawah) ya gais. Agar makin semangat lagi nulisnya. Thnk u :D#FYI New Story : MALAM SATU SURO cek profil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL DESA : DESA MATI [SEGERA TERBIT]
TerrorSetelah kepergian orang tuanya (Amelia) memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah kurang lebih 6 tahun berada di luar kota. Amel berniat melanjutkan kehidupanya di desa tempat dimana ia dibesarkan. Amel tidak sendiri, ia pergi bersama...