Karena Rendy tidak mau berurusan sama hal-hal aneh lagi, ia tak mendengarkan kata mereka berdua.
Ia terus melanjutkan perjalanannya, hingga dengan terpaksa Niko pun menginjak rem mobil yang tengah Rendy kendarai secara mendadak.
Mobil yang mereka tumpangi pun oleng dan hampir saja menabrak pohon di depannya.
Karena Niko telah melakukan hal konyol, Rendy pun sangat marah. Hingga terjadilah adu mulut diantara mereka berdua.
Amel yang melihat kegaduhan itu pun teriak dan mencoba untuk melerainya.
"UDAHH!! Ini bukan waktunya untuk berantem."Amel pun langsung keluar lalu meninggalkan mereka berdua di dalam mobil.
"Mel, lo mau kemana?" Tanya Niko lalu ikut keluar dari mobil untuk menghampiri Amel.
"Udah nik, kalo lo mau pergi silakan! Gue mau jemput Bella sendiri. Lagian ini belum terlalu jauh kok, awass!!"
"Mel jangan mel, bahaya. Mending kita pulang cari pertolongan dulu, di sana udah ga aman mel." Sahut Rendy menyela pembicaraan mereka berdua.
Amel pun tak menggubrisnya lalu pergi begitu saja.
"Ini semua gara-gara lo!!" Bentak Niko sambil mendorong tubuh Rendy kebelakang lalu pergi mengejar Amel. "Mell, tunggu!!!"
Rendy yang melihat kedua sahabatnya pergi pun tak mengejarnya. Ia lebih memilih pergi untuk mencari pertolongan lain. Karena ia sudah tidak mau lagi berurusan sama hal-hal aneh di sana.
"Salah sebenarnya gue meninggalkan mereka semua. Tapi, apa boleh buat?" Gumam Rendy dalam hati.
Ia pun kembali masuk ke dalam mobil dan langsung pergi begitu saja meninggalkan tempat itu.
•~__________~•
"Mel, udah ya jangan ngambek lagi." Ucap Niko menenangkan Amel yang sedang marah kepadanya.
Amel hanya diam dan tetap melanjutkan langkah kakinya untuk kembali ke desa itu.
Tak lama mereka berjalan akhirnya mereka tiba di sana dan langsung menuju ke rumah Amel. Saat mereka berdua kembali tiba di sana, mereka tak melihat siapapun di rumah itu. Tapi anehnya, pintu rumah itu terbuka.
"Nik, bukanya pintu ini tadi udah kita tutup ya? Ee,, atau jangan-jangan Bella ada di dalem lagi?" Amel pun langsung masuk begitu saja ke dalam rumahnya. "Bel, Bellaaa."
Begitu sepi, tak ada suara apapun di sana. Hanya ada tumpukan kardus dan mayat yang masih tergantung tepat di atas mereka.
Saat mereka berdua mencoba untuk masuk lebih dalam, tiba-tiba saja pintu tertutup.
"Brakkkk"
Mereka berdua terkejut, tapi tak menghiraukanya. Karena akhir-akhir ini banyak kejadian aneh jadi mereka mengabaikannya begitu saja dan tetap fokus untuk mencari Bella.
Amel pun masuk ke dalam salah satu kamar lalu terdiam bagaikan patung dengan tatapanya yang sangat kosong.
"Mel, lo kenapa?" Tanya Niko kebingungan dengan sikap Amel.
"Ini kamar gue yang dulu, nik. Tempat di mana gue merasakan kesedihan dan kebahagiaan sendirian."
Lalu, Amel pun pergi ke kamar yang lainya. Di sana dia menemukan boneka dari jerami dengan tusukan jarum di atas piring serta banyak bunga berceceran di sekitarnya.
Amel juga melihat ada foto kedua orang tuanya di sana. Disitulah ia merasa ada yang janggal. Ia merasa ada yang telah berbuat jahat dan mencelakai orang-orang.
Tangan Amel mengepal lalu pergi dengan ekspresi yang sangat marah. "Nik, ikut gue sekarang!!"
"Kemana mel?
"Udah buruan!!"
Saat mereka ingin keluar dari rumah, Niko menemukan sesuatu di depan pintu.
"Mel, ini bukanya kacamata Bella ya? Tapi dia dimana?"
"Gue tau. Ikut gue sekarang!"
Mereka pun meninggalkan rumah Amel dan langsung pergi menuju ke rumah Ningsih.
Setibanya di sana, Amel langsung berteriak dari depan pintu rumah Ningsih.
"Assalamu'alaikum, Ningsih. Bu Rumii."
Namun tak ada jawaban. Lalu, ia bersama Niko menuju ke belakang rumah Ningsih dan mencari mereka di sana.
Amel teringat, kalau sebelumnya Bella pernah bilang kalau ia pergi ke kamar mandi rumah Ningsih.
"Bel, Bella. Apa kamu di dalam?" Ucap Amel di depan kamar mandi.
Amel membuka pintu kamar mandi itu tapi tak ada siapapun di sana. Mereka berdua bingung, semua orang menghilang dengan tiba-tiba dan kemana perginya.
"Sekarang kita harus gimana mel? Ternyata Rendy benar, seharusnya kita pulang dulu cari pertolongan."
"Tapi gue udah khawatir duluan nik. Gue takut kalau Bella kenapa-napa."
"Yaudah, sekarang kita pulang dulu. Biar gue yang telfon Rendy supaya dia jemput kita di sini."
Niko pun mencoba untuk menghubungi Rendy tapi sayang ponselnya tidak tersambung karena tidak ada sinyal sama sekali.
"Aduhhh, maaf mel. Ga bisa tersambung. Jadi, sekarang gimana? Masa iya kita jalan kaki?" Ucap Niko kebingungan.
Mereka pun kembali ke depan rumah Ningsih. Di saat mereka sedang kebingungan, Amel melihat sebuah mobil pick up melintas tepat di depan mereka.
"Mas, mass. Berhenti." Panggil Amel lalu mendekat ke mobil pick up itu.
"Iya, ada apa?"
"Mass kita bo,,, loh Ari? Kamu Ari kan?" Tanya Amel kepada pria di dalam mobil itu.
"A a Amel ya, temanku dulu kan?"
"Eh iya, Alhamdulilah kamu inget. Ar kami boleh minta tolong ngga? Ikut numpang sampai depan jalan raya ya."
"Boleh boleh, kebetulan kita satu arah, silakan! Mari!"
"Makasih ya Ar, untung kita bertemu di sini."
Akhirnyaa mereka mendapatkan tumpangan untuk pergi mencari pertolongan. Mereka pun pergi meninggalkan desa itu dan akan kembali lagi setelah mendapatkan bantuan.
Masih menjadi pertanyaan, kemana perginya Ningsih dan Ibunya. Apa mereka ada sangkut pautnya sama kehilangan Bella dan kematian semua orang?
NEXT PART 12
Guys bantu vote & komen ya.Jangan lupa follow juga biar ga ketinggalan kisah selanjutnya, thank u.
#FYI New Story : MALAM SATU SURO cek profil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL DESA : DESA MATI [SEGERA TERBIT]
HororSetelah kepergian orang tuanya (Amelia) memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah kurang lebih 6 tahun berada di luar kota. Amel berniat melanjutkan kehidupanya di desa tempat dimana ia dibesarkan. Amel tidak sendiri, ia pergi bersama...