"Mel bangun." Ucap Niko membangunkan Amel yang masih tak sadarkan diri.
Mereka semua berada di suatu tempat yang menyeramkan. Kanan dan kiri mereka dikelilingi makam tua yang rimbun. Serta langit yang memerah diselimuti kabut tebal.
"Niko, Ari." celetuk Amel yang bangun dari pingsannya. "Ini kita dimana?"
"Gue juga ngga tau, mel." jawab Niko.
"Aku rasa ini bukan dunia kita." Sahut Ari sembari menatap sekelilingnya.
"Sepertinya gue tau tempat ini." Kata Amel lalu berdiri untuk melihat dan memastikan kembali tempat itu. "Nik, lo inget gue pernah cerita tentang makam tua dan pohon besar?"
"Iya mel, gue inget. Jadi sekarang kita harus bagaimana mel? Apa kita akan terjebak disini selamanya?"
"Kita semua ikuti arah jalan ini." Ucap Amel sambil menunjuk jalan yang diapit oleh kedua makam yang saling berjajar seperti jalanan setapak.
Mereka semua mengikuti arah jalan itu. Mereka kesulitan melihat jalan karena keadaan yang sangat gelap dan berkabut, ditambah lagi cuaca yang sangat dingin menusuk tulang.
Saat tengah berjalan mencari arah, tiba-tiba langkah mereka terhenti. Mereka mendengar suara teriakan yang sangat keras persis di belakangnya.
"Mel, itu suara apa mel?" Tanya Ari dengan wajah yang sangat panik.
"SIJI NYOWO BAKAL ILANG SOKO KOWE KABEH."
(Satu nyawa bakal hilang dari kalian semua)Setelah mendengar suara itu mereka semua lari tak tentu arah. Mereka juga melihat mayat-mayat yang tergantung di atas pohon seperti menyambut kedatangan mereka.
Kali ini Amel bersama sahabatnya itu berada di situasi yang pernah ia mimpikan sebelumnya. Hingga tibalah mereka di suatu tempat yang berbeda. Tempat itu sedikit terang seperti ada cahaya di dalamnya.
Mereka semua melihat gubuk kecil yang di sampingnya ada pohon yang sangat besar.
"Mel sekarang ini kita dimana lagi?"
"Gue juga ngga tau nik."
"Tolong aku!!"
Terdengar suara wanita meminta tolong dari arah gubuk itu. Mereka bingung apa yang seharusnya mereka lakukan.
Salah satu dari mereka, Ari memberanikan diri untuk memasuki gubuk itu. Ari mulai membuka pintu itu secara perlahan. Setelah pintu yang terbuat dari bambu itu terbuka, tubuh Ari lemas dan langsung jatuh ke tanah begitu saja.
Amel dan Niko yang melihat Ari terjatuh pun langsung mendekatinya. Wajah mereka semua kaget dan sangat histeris.
"BELLAAA" Teriak Amel dengan sangat kerasnya.
Mereka semua melihat Bella tengah menangis ketakutan dikeliling banyak pocong yang sangat menyeramkan.
Amel pun menghampiri Bella dan langsung menariknya untuk dibawa keluar gubuk itu.
Amel dan Bella berpelukan sambil menangis sejadi-jadinya."Amell, gue takuttt mell. Gue pengen pulang." ucap Bella menangis dipelukan Amel.
"Iya iya sekarang kita pulang ya, kita akan baik-baik aja." Amel mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu.
Tiba-tiba dari belakang mereka ada sekumpulan mayat hidup tengah menghampiri mereka. Mereka semua sangat ketakutan dan bingung harus bagaimana lagi.
Hingga saat itu juga Amel melihat sosok hitam itu kembali muncul dari dari tengah-tengah mayat itu. Sosok hitam itu menghampiri Amel.
"PAPA" ucap Amel terkejut setelah sosok hitam itu muncul dari hadapannya.
Amel pun berdiri dan menghampiri papanya itu. "Papa, Amel rindu papa. Jangan tinggalin Amel lagi, pa." ucap Amel menangis dipelukan papanya itu.
"Nak, sudah saatnya kamu kembali ke duniamu. Maafkan papamu ini nak."
"Setelah ini kamu akan mengetahui semuanya. Sekarang kamu harus cepat kembali dan selamatkan semuanya."
"Papa mau kemana, pa?"
Di sisi lain Amel juga melihat ketiga sahabatnya sedang bersama mamanya yang bernama Bu Sinta. Mereka semua sedang berjalan menuju pohon besar samping gubuk itu.
"Ikuti mamamu, cepat!"
"Tapi kan pa. Amel masih rindu papa."
"Waktu kamu tidak lama nak."
"ANAKMU BAKAL MATI." ucap salah satu dari mayat-mayat itu.
Pak Handoko pun tiba-tiba saja menghilang dari hadapan Amel, dan mayat-mayat itu semakin mendekatinya. Amel pun langsung pergi dan mengikuti ketiga sahabatnya bersama mamanya itu.
"Mamaa." ucap Amel memeluk mamanya.
"Anakku Amel. Kamu anak yang hebat, mama bangga sama kamu."
"Mama, Amel rindu sama mama."
"Mama sama Papa juga rindu sama kamu, nak. Sekarang bukan waktunya lagi untuk bersedih, sudah waktunya kamu bersama temanmu untuk kembali."
Mereka semua berada di balik pohon besar samping gubuk itu. Di sana ada lubang yang cukup besar yang dikelilingi asap putih.
"Kalian semua lompatlah, waktu kalian tidak lama lagi."
Mayat-mayat hidup itu semakin mendekati mereka semua. Bu Sinta pun telah menghilang dari hadapan mereka semua.
"Mel, akankah kita bertemu kembali?" ucap Bella kepada Amel dengan penuh kesedihan.
"Semua akan baik-baik saja, percaya sama gue ya."
Tanpa berfikir lama lagi mereka semua pun lompat ke dalam lubang itu.
***
Setelah mencari letak dimana kotak itu dikuburkan akhirnya Ningsih pun menemukanya. Karena penasaran apa isi di dalam kotak itu, ia pun langsung membukanya.
Ningsih melihat foto ibunya waktu pernikahan dulu. Tapi anehnya, ibunya tak menikah dengan Pak Rusdi bapaknya melainkan dengan Pak Handoko, papanya Amel.
Di dalam kotak itupun, Ningsih juga melihat foto orang tua Amel dan boneka dari jerami.
Ia pun menyadari bahwa Ibunya lah yang telah melakukan semua itu dan mencelakakan semua orang. Tapi ia masih dibuat kebingungan kenapa ada foto pernikahan ibunya dengan Pak Handoko.
-NEXT PART 17-
Kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini? Akankah semua rasa penasaran Ningsih terjawab?
Dan apa sebenarnya tujuan bu Rumi selama ini?
Jangan lupa follow, vote & komen ya guys.
Thank u.****
#FYI New Story : MALAM SATU SURO cek profil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL DESA : DESA MATI [SEGERA TERBIT]
HorreurSetelah kepergian orang tuanya (Amelia) memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah kurang lebih 6 tahun berada di luar kota. Amel berniat melanjutkan kehidupanya di desa tempat dimana ia dibesarkan. Amel tidak sendiri, ia pergi bersama...