"Terus sekarang Ningsih harus bagaimana bu?"
"Kamu kembali pulang, kamu ajak Amel kesini!"
"Tapi, kan bu?"
Bu Rumi hanya diam dengan wajah yang seakan-akan Ningsih sudah tau jawabannya.
"Baik, bu." ucap Ningsih lalu pergi meninggalkan ibunya dan kembali pulang ke rumahnya.
Rendy yang melihat dan mendengarkan pembicaraan mereka dibuat kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ngapain ya mereka?"
Setelah Ningsih pergi, bu Rumi pun melanjutkan langkahnya untuk pergi ke suatu tempat. Rendy pun mengikutinya secara diam-diam dari belakang.
Di sana Rendy melihat sebuah gubuk kecil yang ntah apa isi di dalamnya itu. Rendy yang tengah membuntuti bu Rumi dari belakang pun bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari gubuk itu dan mengamatinya dari kejauhan.
"Apa sih yang dilakukan bu Rumi di sana?"
Saat Rendy tengah mengalihkan pandangannya, tiba-tiba saja bu Rumi menghilang. Ia kebingungan kemana lagi perginya bu Rumi itu.
Tiba-tiba Rendy melihat cahaya di dalam gubuk kecil itu. Karena penasaran, ia pun mencoba untuk melihatnya lebih dekat.
Ternyata bu Rumi sedang menyalakan sebuah lentera, Rendy mencoba melihat apa yang tengah bu Rumi lakukan di dalam gubuk itu dengan melihat dari celah-celah gubuk.
Rendy pun dibuat terkejut karena ia melihat sahabatnya yaitu Bella tengah terbaring tak sadarkan diri di samping tumpukan jerami di dalam gubuk itu.
"Pukk". Sesuatu menepuk pundaknya dari belakang. Rendy kembali melihat sosok hitam itu berdiri persis di depannya, lalu ia pun mencoba untuk menghampiri sosok itu. Saat Rendy tengah melangkah, kakinya tak sengaja menginjak ranting kayu.
Karena kaget Rendy pun langsung mencari tempat sembunyi di balik pohon agar bu Rumi tidak mengetahui keberadaannya.
Terlihat bu Rumi sedang berjalan keluar dari gubuk untuk mencari dari mana suara itu berasal. Rendy kebingungan lalu ia mencoba untuk mencari tempat sembunyi yang lain.
Rendy melihat pintu belakang gubuk itu terbuka lalu ia pun masuk ke dalamnya. Ia bersembunyi di balik tumpukan jerami. Di sana pun ia juga melihat Bella terbaring dan masih tak sadarkan diri. Sementara bu Rumi masih berada di luar gubuk untuk mencari asal suara tadi.
Tak lama kemudian bu Rumi kembali masuk ke dalam gubuk itu. Rendy yang tengah bersembunyi di balik tumpukan jerami itu pun menciun aroma tak sedap.
"Bau apa sih ini?" Batin Rendy sambil menahan rasa mualnya. "Kek bau bangkai."
Bu Rumi pun kembali keluar gubuk, entah apa yang sedang dilakukannya itu. Terdengar suara orang tengah mencangkul di depan gubuk. Rendy semakin dibuat penasaran dengan apa yang akan dilakukan bu Rumi itu.
Rendy melihat dari dalam celah-celah gubuk dan melihat bu Rumi tengah mencangkul seperti ingin menguburkan sesuatu. Ia juga melihat banyak kuburan-kuburan lain yang posisinya sejajar. Di samping kuburan itu pun juga ada pohon besar.
Saat itu pun, Rendy tiba-tiba teringat akan cerita yang pernah diceritakan Amel. Walaupun katanya cuma mimpi tapi ternyata itu benar adanya.
"Apa ternyata selama ini adalah sebuah petunjuk?" Rendy bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Bau yang sempat ia cium kali ini semakin menyengat. "Bau apa sih ini?" Batin Rendy sambil melihat sekelilingnya.
Ia kembali melihat sahabatnya yaitu Bella yang terbaring di samping tumpukan jerami itu. Sementara bu Rumi masih berada di luar gubuk, Rendy pun mendekati Bella untuk melihat kondisinya lebih dekat.
"Bel, ternyata lo disini. Gue sama yang lain bingung mau cari lo dimana lagi, bel. Maafin gue ya Bel."
Rendy mencoba untuk membangunkan Bella tapi masih tak sadarkan juga. Ia juga memikirkan sebuah cara agar ia dan Bella bisa pergi dari gubuk itu.
****
Ningsih kembali menuju ke rumahnya. Di sana ia melihat Amel pingsan tak sadarkan diri bersama Niko, dan Ari. Ningsih merasa kasihan kepada mereka, tubuhnya menjadi lemas lalu ia pun terjatuh ke tanah seakan menyesali perbuatannya.
"Maafin Ningsih, Ningsih udah jahat kepada kalian." Ucap Ningsih lirih menahan rasa tangisnya.
"Ningsih, anakku."
"Ba-pakk.."
Muncul seorang laki-laki berdiri di hadapannya Ningsih, laki-laki itu adalah almarhum bapaknya, pak Rusdi.
"Maafkan bapakmu ini, nak."
"Maafkan bapakmu ini yang tak pernah membuatmu merasakan apa itu sebuah kebahagiaan."
"Bapakk... Ningsih rindu bapak." Ucap Ningsih lalu berdiri untuk memeluk bapaknya itu. "Jangan tinggalin Ningsih lagi, pak. Ningsih kesepian disini."
"Ningsih"
Tiba-tiba suara itu berubah menjadi orang lain. Ningsih pun melepas pelukanya itu.
"Pak Handoko." Ucap Ningsih terkejut.
Wajah pak Rusdi berubah menjadi wajah Pak Handoko, almarhum ayahnya Amel. Ningsih pun meminta maaf kepada pak Handoko dengan apa yang telah ia lakukan kepada Amel dan yang lainya itu.
"Pak Handoko, maafkan Ningsih. Ini semua karena ibu Ningsih. Di-dia yang melakukan se-semua in-ini pak." Ucap Ningsih menangis dan bicara terbata-bata.
"Kamu tidak salah, nak."
"Ayah yang salah. Maafkan ayah selama ini.""Ayah?? Maksud pak Handoko apa?" Tanya Ningsih kebingungan.
Pak Handoko pun membisikkan sesuatu ke Ningsih, tak lama setelah itu Ningsih pun langsung pergi meninggalkan pak Handoko dan masuk ke dalam rumahnya.
Ia langsung menuju dan memasuki kamar ibunya untuk mencari apa yang telah dibisikan oleh pak Handoko tadi.
Ningsih mencoba mencari sebuah kotak kecil yang terkubur di bawah tanah ranjang kamar itu. Ia pun menggeser ranjang itu dan mulai mencari dimana letak kotak itu dikuburkan.
Akankah Ningsih menemukan kotak kecil itu? Sebenarnya apa yang telah dibisikan pak Handoko kepada Ningsih?
Apakah ada rahasia yang selama ini disembunyikan?
-Next PART 16-
Jangan lupa follow, vote & komen ya guys.
Thank u.****
#FYI New Story : MALAM SATU SURO cek profil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL DESA : DESA MATI [SEGERA TERBIT]
TerrorSetelah kepergian orang tuanya (Amelia) memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah kurang lebih 6 tahun berada di luar kota. Amel berniat melanjutkan kehidupanya di desa tempat dimana ia dibesarkan. Amel tidak sendiri, ia pergi bersama...